Kerja Total, CEO Starbucks Terjun Jadi Barista


Selama hampir setengah tahun terakhir, CEO Starbucks Laxman Narasimhan telah membenamkan dirinya pada perusahaan kafe tersohor yang dipimpinnya itu. (foto: Starbucks)
SELAMA hampir setengah tahun terakhir, CEO baru Starbucks Laxman Narasimhan telah membenamkan diri pada perusahaan kafe tersohor yang dipimpinnya itu. Hal itu termasuk mengikuti pelatihan sebagai barista.
"Aku telah mengalami setiap aspek bisnis untuk mempelajari apa artinya mengenakan celemek hijau," katanya dalam surat yang dikirim Kamis (23/3) pagi kepada staf, menjelang rapat pemegang saham Starbucks tahun ini.
BACA JUGA:
Narasimhan diangkat sebagai penerus CEO sebelumnya, Howard Schultz, pada 2022. Sebagai CEO, ia kini memimpin lebih dari 36 ribu cabang toko milik Starbucks.

Seperti dilansir Insider, dalam suratnya, ia mengatakan ia melihat peluang untuk membangun kembali Starbucks dengan memprioritaskan hubungan manusia di atas setiap cangkir kopi. Meski Narasimhan tidak menyebutkan strategi semacam apa yang sedang berlangsung untuk menyatukan toko-toko Starbucks, ia membahas rencana terbaru yang akan diaplikasikan ke perusahaan mencakup beberapa hal. "Fokus pada peningkatan toko, pelanggan, dan tentu saja, pengalaman mitra, termasuk perekrutan dan retensi jangka panjang, dan melanjutkan investasi kami dalam upah mitra dan operasi toko," katanya.
Narasimhan menyatakan prosesnya untuk mempelajari dan mendalami setiap aspek di Starbucks belumlah berakhir. "Agar kami tetap dekat dengan budaya dan pelanggan kami, serta tantangan dan peluang kami, aku bermaksud terus bekerja di toko selama setengah hari setiap bulan. Aku berharap setiap anggota tim kepemimpinan juga memastikan pusat dukungan kami tetap terhubung dan terlibat dalam realitas toko kami untuk diskusi dan perbaikan," ungkapnya.
BACA JUGA:
Terkait dengan budaya merek, Narasimhan mengatakan, "Kami harus menghargai sejarah kami dan menghormati apa yang membuat Starbucks hebat, sambil mengembangkan dan memodernisasi merek, bisnis, dan budaya kami untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Hal Itu berarti berfokus pada inovasi digital dan tidak melakukan pemborosan."

Sementara itu untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, CEO berusia 55 tahun itu menjelaskan ia akan mencari cara untuk lebih meningkatkan citra brand melalui kopi dan toko mereka. "Kami akan memperkuat dan memperluas pengalaman digital bagi pelanggan. Kami akan bekerja untuk mengurangi pemborosan dan bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi dan, yang terpenting, kami akan menghidupkan kembali budaya kami tentang apa artinya menjadi mitra di Starbucks, " ungkapnya.(dsh)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting

Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024

Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis

Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi

Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS

IHSG Terperosok dan Alami Trading Halt, DPR Langsung Kunjungi BEI

Setelah 28 Tahun, Donatella Versace Turun dari Jabatan Chief Creative Officer, Menyerahkan Tanggung Jawab ke Pihak di Luar Keluarga

Direksi Shell Mengundurkan Diri, Perusahaan Ingin Struktur Baru demi Efisiensi dan Nilai Bisnis

Apple dan Indonesia Dikabarkan Capai Kesepakatan untuk Penjualan iPhone 16

Penjualan Eropa Jeblok, Nilai Pasar Tesla Anjlok Sampai di Bawah USD 1 Triliun
