Karinding Attack Jadikan Alat Musik Tradisional Merdesa

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 09 Agustus 2022
Karinding Attack Jadikan Alat Musik Tradisional Merdesa
Karinding Attack Jadikan Alat Musik Tradisional Merdesa (Foto: instagram @karinding.attack)

DINAMIKA bunyi Karinding ternyata bisa kawin dengan musik metal, malah death metal. Alat musik asal Sunda terbuat dari pelepah kawung atau pohon aren, bisa juga dibuat dari bambu tersebut tampak berpadu dengan ritme cepat lagu-lagu cadas.

Pada tahun 2009, Karinding menjadi magnet di kalangan anak muda. Grup musik Karinding Attack dimotori para pionir dari komunitas metal Ujung Berung Rebels berhasil membuat Karinding bagian penting nuansa khas lagu cadas mereka.

Karinding Attack (KARAT) didirikan pada bulan Maret 2009 silam. Berawal dari perkenalan sebuah sindikasi kerja Bandoong Sindekeit merupakan sayap kerja komunitas Ujungberung Rebels sedang menggarap sebuah produksi.

Baca Juga:

Desa Beleka, Sentra Anyaman Rotan Nan Mendunia

Kemudian, pada tanggal 13 Desember 2008 dalam peluncuran sebuah produk, digelar sebuah acara diberi nama Karinding Attack menampilkan kelompok master karinding, Bah Olot. Setelah acara itu bergulir, Bandoong Sindekeit dan anak-anak Ujungberung Rebels mulai mempelajari karinding.

Alat musik Karinding mulai dikenal luas karena sejumlah pergerakan para pemuda, salah satunya grup band Karinding Attack (Foto: instagram @welsasih)

Anak-anak biasa memainkan alat musik modern dengan lagu cadas tersebut kemudian belajar cara memainkan alat musik Karinding dengan menempelkan bagian tengah di depan mulut sedikit terbuka, kemudian bagian pemukul di sebelah kanan disentil dengan jari hingga bagian jarum bergetar.

Getaran tersebut menghasilkan bunyi-bunyian yang bisa diatur tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman resonansi, dan tutup buka kerongkongan atau embusan serta tarikan napas.

Awalnya, Karinding digunakan sebagai alat penghibur diri para petani di kala senggang bertani. Selain itu, Karinding juga dipercaya sebagai alat pengusir hama, karena suaranya bisa membuat hama-hama di ladang lari.

Dalam perkembangannya Karinding tak sekadar digunakan untuk kepentingan berladang, tapi dimainkan pada ritual atau upacara adat. Bahkan, di kalangan pemuda, Karinding kemudian dikenal sebagai alat musik untuk menarik lawan jenis.

Seperti ketika seorang laki-laki berkunjung ke rumah perempuan, maka laki-laki tersebut akan memainkan alat musik karinding untuk memikat sang pujaan hati.

Alat musik Karinding mungkin tidak sepopuler alat-alat musik tradisional lainnya, tapi memasuki pertengahan tahun 2000-an, alat musik tradisional Jawa Barat tersebut perlahan mulai dikenal.

Karinding Attack gaungkan alat musik tradisional ke kancah dunia (Foto: instagram @karinding.attack)

Ketika anak anak muda penggemar musik cadas tersebut mulai mahir memainkan Karinding, mereka lantas membuat grup musik.

Pada awal penggarapannya, Karinding Attack terdiri dari Mang Engkus, Mang Utun, Man Jasad, Ki Amenk, Kimung, Okid, Wisnu, Hendra, Gustaff, Iman Zimbot, Ranti, Gustavo, Kimo, Diki, Kiki, Ari, dan sebagainya.

Namun, personel kemudian memutuskan untuk bersama Karinding Attack, akhirnya Mang Engkus, Mang Utun, Ki Amenk, Man Jasad, Kimung, Okid, Wisnu, Hendra, dan Iman Zimbot.

Karinding Attack memandang Karinding sebagai salah satu musik pemersatu musik lainnya. Seperti dikutip dari laman Kemendikbud.go.id, Karinding Attack mengusung misi dalam setiap tahapan dengan mengingatkan generasi muda bangsa akan pentingnya revitalisasi warisan leluhur bangsa Indonesia.

Dukumentasi lengkap berupa tulisan, foto, video dan audio, disusun Kimung menjadi 'Jurnal KARAT' nan bisa diakses publik. Komitmen mereka dalam meregenerasi Karinding mematahkan paradigma negatif masyarakat tentang komunitas bawah tanah.

Bahkan, Karinding Attack diakui sebagai salah satu duta Sunda nan berhasil memberi dan mengembangkan pemahaman sosial budaya Sunda di kalangan anak muda. Karinding nan semula hanya jadi musik tradisional, dimainkan para petani di masa lalu, kini menjelma jadi alat musik anak muda.

Baca Juga:

Unjuk Gigi Desa Wisata Usung Konsep Sustainable Tourism

Karinding Attack juga sudah berkolaborasi dengan sejumlah musisi ternama, seperti Chieko Fukuda (Musisi tradisional Jepang), Budi Arab, Burgerkill, Donor Darah, Kelas Ajag, Sony Akbar, Diki, Eye Feel Sick, Europe in de Troppen, Polyeseter Embassy, Sarasvati, Iwan Fals, Noah, Afgan, Trie Utami, Angklung Smansa dan LSS ITB. Karinding Attack juga berkolaborasi dengan seniman visual seperti Tisna Sanjaya, dan Vina Andrawati.

Dalam perjalannya, Karinding Attack terus tampil di berbagai kesempatan, seperti acara musik-musik Underground di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Bahkan pada tahun 2017 lalu, Karinding Attach menggelar tur Eropa yang meliputi 5 kota. Antara lain yaitu Berlin (Jerman), Brusel (Belgia), Amsterdam (Belanda) dan Rotterdam (Belanda). Dengan begitu, Karinding Attack secara tidak langsung telah membuat seni Tradisional Merdeka dari Desa, dan lebih dikenal luas hingga berbagai belahan dunia. (Ryn)

Baca Juga:

Pentingnya Promosi Pariwisata Berbasis Teknologi

#Agustus Warga +62 Merdesa #Alat Musik
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan