PANDEMI mengubah skema wisata di Indonesia. Setelah terpuruk akibat tak ada wisatawan sudi berkunjung, banyak lokasi wisata berbenah tak hanya memperbaiki sarana dan prasarana melainkan pula konsep wisatanya. Beberapa desa wisata di Indonesia kini mengusung konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
Dengan menghadirkan konsep baru tersebut, sejumlah desa wisata bisa unjuk gigi di industri pariwisata lokal dan Internasional.
Baca Juga:
Sustainable tourism merupakan pariwisata nan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi untuk masa kini serta masa depan, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.
Seperti dikutip dari laman kemenparekraf.go.id, ada sejumlah desa wisata menjadi percontohan keberhasilan dari konsep sustainable tourism.
Desa pertama, Desa Pujo Kidul di malang. Desa ini terletak di Kecamatan Pujon, berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Malang. Lokasinya berada di dataran tinggi, tak ayal bila desa ini memiliki lingkungan masih asri dan suasana sejuk.

Desa Pujon Kidul mengandalkan kelestarian alam dalam konsep sustainable tourism pada ektor pertanian serta peternakan. Sejumlah atraksi wisata bisa dilakukan di Desa Pujo Kidul, antara lain menanam sayuran, memetik sayuran, hingga memerah susu sapi.
Selanjutnya, Desa Panglipuran di Bali. Desa ini masuk dalam 100 besar Destinasi Berkelanjutan versi GGDD. Bahkan, desa wisata nan terletak di Bangli, Bali ini dinobatkan sebagai Desa terbersih di dunia.
Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan di Desa Penglipuran lahir dari aturan adat desa. Salah satu aturan adat tentang larangan menggunakan kendaraan bermotor pada area desa. Tujuannya, untuk menjaga kebersihan udara di Desa Penglipuran, sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan.
Kemudian, terdapat juga aturan adat mengatur perihal tata ruang Desa Penglipuran, konsep Tri Mandala. Tata ruang adat tersebut membuat Desa Penglipuran terlihat lebih rapih dan tertata
Baca Juga:
Sementara ketiga ialah Desa Kete Kesu di Toraja. Desa ini mengusung konsep sustainable tourism dalam kategori pelestarian bagi masyarakat dan pengunjung. Desa ini memiliki Atraksi wisata sangat ikonik, berupa upacara adat rambu solo dan kuburan di tebing batu, ditaksir sudah berusia 500 tahun.

Selain itu, wisatawan pun bisa melihat rumah adat tongkonan berjajar rapi di Kete Kesu. Kabarnya, rumah-rumah adat itu sudah berusia lebih dari 300 tahun. Tidak hanya dari segi peninggalan, desa ini pun terkenal sebagai penghasil kerajinan pahat hingga lukis.
Keempat, Desa Ponggok. Potensi alam Desa Ponggok berasal dari lima sumber mata air. Dulunya, air berlimpah hanya dipakai untuk irigasi sawah dan perkebunan saja. Namun, kini masyarakat memanfaatkan sumber air tersebut sebagai destinasi wisata.
Desa Ponggok memiliki sejumlah destinasi wisata unggulan, salah satunya Umbul Ponggok nan sempat viral beberapa tahun lalu. Di Umbul Ponggok wisatawan bisa berenang, snorkeling, latihan menyelam, hingga berswafoto di bawah air.
Kemudian, tidak hanya Umbul Ponggok, ada juga empat sumber mata air lain untuk dikunjungi, meliputu Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro.
Dengan memanfaatkan potensi alam tersebut, Desa Ponggok menjadi salah satu desa terkaya di Indonesia, dengan pengahasilan desa per tahun mencapai Rp14 miliar.
Selanjutnya, desa dengan konsep sustainable tourism kelima tak lain Kampung Blekok di Situbondo. Desa ini terpilih sebagai finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Nama Kampung Blekok kian ramai diperbincangkan karena menjadi rumah bagi berbagai jenis tanaman mangrove dan ribuan burung.
Dalam upaya melestarikan burung blekok nan hampir punah, masyarakat setempat membuat penangkaran burung di desa wisata Kampung Blekok. Wisatawan nan berkunjung ke desa ini bisa turut serta dalam kegiatan penangkaran, memberi makan burung, dan merawat burung sedang sakit. (Ryn)
Baca Juga:
Kangen Jalan-Jalan, Wisatawan Indonesia Inginkan Perjalanan Bebas Repot