Jenis-Jenis Diet Ekstrem yang Sebaiknya Dihindari


Diet ekstrem kerap dilakukan untuk mencapai berat badan ideal dalam waktu singkat. (Foto: Freepik/Rawpixels)
BEBERAPA orang yang memiliki bobot berlebih kerap melakukan diet untuk menguranginya. Sampa-sampai diet ekstrem pun kerap dilakukan demi mencapai berat badan ideal dalam waktu singkat.
Hati-hati, jangan sampai salah langkah. Diet ekstrem ini justru dinilai tidak efektif dalam menurunkan berat badan, bahkan berisiko mengganggu kesehatan.
Baiknya, kamu kenali lebih dulu jenis diet apa yang sesuai. Melansir WebMD, berikut beberapa jenis diet ekstrem yang sebaiknya kamu hindari:
1. Diet cacing pita
Diet ini tergolong ekstrem karena dilakukan dengan cara menelan cacing pita atau telurnya. Ketika telur menetas, cacing pita akan hidup dan berkembang di dalam tubuh dengan cara mengambil kalori ekstra dari makanan yang kamu konsumsi.
Dengan begitu, kamu tetap bisa mengonsumsi makanan apa pun yang diinginkan tanpa harus mengkhawatirkan berat badan. Namun, semua itu hanyalah teori. Pada dasarnya, diet cacing pita sama halnya dengan infeksi cacing pita yang berbahaya.
Salah satu bahaya diet ini adalah kamu tidak bisa mengontrol di mana parasit tersebut akan hidup. Cacing pita akan menghasilkan telur dan menetas menjadi larva. Larva ini bisa saja menempel pada organ atau jaringan lain di luar saluran pencernaan. Misalnya paru-paru, otot, mata, dan bahkan otak.
Ketika itu terjadi, larva bisa menimbulkan beberapa gejala sesuai organ tempat larva menempel. Apabila ada di otak, gejalanya dapat berupa sakit kepala hebat, kejang, atau koma.
Baca juga:

2. Diet sup kol
Orang-orang yang melakukan diet sup kol meyakini bahwa berat badan bisa turun hingga 4,5 kg hanya dengan makan sup kol untuk sarapan, makan siang, dan makan malam selama seminggu.
Sup kol dimakan setiap hari dengan sayuran dan buah-buahan tertentu, disertai dengan minum 6–8 gelas air putih dan konsumsi multivitamin. Namun, banyak ahli kesehatan memperingatkan bahwa diet ekstrem ini tidak sehat dan hasilnya hanya bersifat sementara.
Salah satu bahaya yang paling besar adalah kekurangan nutrisi, sehingga banyak orang yang berisiko mengalami anemia defisiensi besi atau malnutrisi akibat diet ini. Selain itu, karena diet sup kol sangat tinggi serat, beberapa orang juga berisiko mengalami perut kembung dan kram perut.
3. Diet 500 kalori
Sesuai dengan namanya, diet ekstrem ini hanya memperbolehkan orang yang menjalaninya untuk mengonsumsi makanan sebanyak 500 kalori setiap hari.
Cara ini tergolong ekstrem karena mengharuskan kamu untuk mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi secara drastis. Padahal, jumlah asupan kalori yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 2.000 kalori setiap harinya.
Diet ekstrem semacam ini biasanya ditujukan untuk mereka yang sangat kelebihan berat badan dan tidak mampu untuk menurunkan berat badan setelah mencoba berbagai jenis diet. Namun, diet 500 kalori memerlukan pengawasan medis karena berisiko menyebabkan tubuh kekurangan vitamin dan mineral.
Baca juga:

4. Diet pembersih atau diet detoks lemon
Diet ekstrem jenis ini dilakukan dengan menghindari konsumsi makanan padat dan hanya diperbolehkan mengonsumsi tiga jenis minuman: air lemon, air garam, dan teh herbal laksatif.
Umumnya, diet detoks lemon dilakukan selama 10 hari. Tujuannya menurunkan berat badan, detoksifikasi sistem pencernaan, serta membuat tubuh lebih segar dan sehat.
Namun, diet ekstrem ini membuat tubuh kekurangan banyak nutrisi penting, seperti vitamin, mineral, protein, karbohidrat, lemak, dan serat. Bahkan, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan diet ini benar-benar dapat menghilangkan racun dalam tubuh.
Mengurangi berat badan boleh kamu lakukan, terutama untuk menjaga berat badan tubuh ideal agar terhindar dari penyakit tertentu.
Namun, bila dilakukan dengan cara yang salah, diet ekstrem justru berisiko memicu berbagai gangguan kesehatan. Baiknya rencanakan program dietmu diawasi oleh ahli gizi, ya. (dgs)
Baca juga:
Diet Defisit Kalori dapat Perlambat Penuaan pada Orang Dewasa Sehat?
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
