3 Fase Kritis DBD yang Perlu Diwaspadai


Fase kritis demam berdarah dengue (DBD) perlu diwaspadai. Foto: Unsplash/engin akyurt
MerahPutih.com - Fase kritis demam berdarah dengue (DBD) perlu diwaspadai. Fase tersebut akan muncul sejak gejala pertama hingga benar-benar sembuh.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM mengingatkan, betapa pentingnya mewaspadai fase kritis pada pasien DBD.
Baca juga:
Menurutnya, masih banyak orang yang belum memahami, bahwa fase kritis pasien DBD adalah hari ketiga sampai keenam infeksi, di mana merupakan fase berbahaya yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal.
"Fase inilah titik kritis, angka kematian itu tinggi," kata Soroy, saat taklimat media via daring, Selasa (27/2).
Pada acara yang digelar oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia tersebut, Soroy menjelaskan tiga fase klinis penyakit DBD.
Fase pertama, terjadi dalam satu hingga tiga hari pertama infeksi. Lalu, kadar virus pada tubuh tinggi dan terjadi peningkatan kekentalan darah disertai dehidrasi.
Soroy menyebutkan, pada fase pertama pasien DBD harus terhidrasi dengan baik, kemudian kebutuhan cairan tubuhnya harus dipastikan terpenuhi.
Fase kedua, terjadi saat hari ketiga hingga keenam infeksi, yang merupakan fase kritis. Dalam fase ini, dapat terjadi komplikasi, seperti syok, perdarahan, kerusakan organ, serta penurunan kadar trombosit darah.
Baca juga:
Soroy juga menambahkan, bahwa angka kematian pasien DBD pada fase kedua tergolong tinggi. Lalu, penanganan yang baik pada fase ini merupakan kunci untuk mencegah komplikasi serius yang bisa berakibat fatal.
Sementara itu, fase ketiga merupakan fase pemulihan. Pada fase ini, pasien umumnya direkomendasikan untuk beristirahat.
"Jadi, biasanya saya menyarankan untuk istirahat lima hari karena bagaimanapun virus sisa itu masih ada dan pasien dalam tiga minggu masih dalam kondisi kadang-kadang lemah," kata Soroy.
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang umumnya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Soroy menjelaskan, gejala klinis yang umumnya dialami penderita DBD adalah demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan muncul bintik merah pada kulit.
Perkembangan penyakit tersebut, menurut dia, dipengaruhi oleh faktor seperti imunitas tubuh dan muatan virus.
"Pasien-pasien yang disertai dengan diabetes atau (penyakit) jantung tentu imunitasnya juga sudah menurun dan ini progres untuk berat itu bisa muncul. Lalu yang kedua adalah viral load atau muatan virus. Itu menggambarkan virulensi, pertumbuhan tinggi, atau berkonsekuensi terhadap respons imun tubuh," jelasnya. (*)
Baca juga:
Peneliti IPB Sebut Tembakau Alternatif Jadi Pilihan Kurangi Merokok
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
