HENTAKAN musik disc jockey yang dinamis terdengar agak lembut dan bernuansa alam. Tak lama berselang, tiga orang perempuan berbaju biru hasil pewarnaan alami memasuki titian peraga.
Pakaian mereka seakan senada dengan alunan musik yang berkumandang. Pakaian biru itu tersusun atas potongan-potongan kain denim dan perca sisa. Busana apik itu seakan ingin berkata bahwa tak ada bahan sisa yang boleh terbuang untuk menyelamatkan bumi.
Busana berbahan denim itu merupakan salah satu dari deretan koleksi ramah lingkungan yang dihadirkan oleh ESMOD Jakarta di Kuningan City Hall, Jum'at (4/11). Melalui peragaan busananya yang bertajuk "ESMOD Jakarta Creative Show", sekolah mode tersebut menunjukkan karya bertemakan Eco-Concious dan Indonesian Heritage.
Terdiri atas 204 looks karya 97 mahasiswa, koleksi-koleksi ini didesain dengan memperhatikan banyak aspek lingkungan dan keindahan budaya Indonesia. Patrice Desilles, Academic Programme Manager ESMOD Jakarta, berkata bahwa ini menjadi langkah dan kontribusi ESMOD untuk menjaga lingkungan dari segi industri fesyen.
Baca juga:

"Denim tersebut dari family saya di Prancis, saya kumpulkan semua (bahan-Red.) yang mereka enggak mau lagi," ungkap sosok yang akrab disapa Sir Patrice, Jumat (4/11), kepara Merahputih.com. Dia menjelaskan tentang denim sisa itu yang berasal dari produksi celana dan jaket.
Jika diperhatikan, saat ini industri fesyen di Indonesia dan mancanegara berlomba-lomba mengangkat tema ramah lingkungan. Seakan menjadi tren, mayoritas jenama mulai mengampanyekan produk yang ramah lingkungan. Hal ini juga dirasakan oleh ESMOD.
Dalam kurikulum mereka, ESMOD mengajarkan proses ramah lingkungan dalam setiap proses produksi, terutama dari segi pemilihan bahan dan pemotongan pola.
Sir Patrice menyadari bahwa fesyen merupakan salah satu industri yang paling banyak mencemari lingkungan. Entah itu dari segi produksi kain, pewarnaan tekstil, sampai ke pemakaian busana. Banyak orang berlomba-lomba membeli pakaian baru tiap bulan atau tahunnya. Ini membuat pakaian lama tak terpakai dan sia-sia.
Nah, untuk mengatasi hal itu pelan-pelan, Sir Patrice mengakui bahwa setiap pihak yang terlibat di industri fesyen harus mulai berbenah diri, termasuk dirinya. Tujuannya agar industri ini tetap bisa bertahan ke depannya tanpa merusak bumi.
"Kita bekerja sama dengan PT Asia Pacific Rayon dan kami bikin fiber dari kulit pohon akasia," tutur Sir Patrice kepada Merahputih.com tentang salah satu contoh jenis kain ramah lingkungan yang berasal dari alam atau organik.
Baca juga:

Selain kepekaan terhadap lingkungan alam, tema 'Eco-Concious' juga menunjukkan kepekaan terhadap lingkungan sosial. Dalam peragaan busana 2022 ini, ESMOD berusaha menghadirkan potongan pakaian ramah disabilitas. Ini akan membawa kepercayaan diri serta pikiran bahwa teman-teman difabel tetap bisa hidup normal dan bahagia meski memiliki perbedaan.
Selain menampilkan karya 97 mahasiswa yang akan lulus pada Desember mendatang, acara ini juga memberikan penghargaan pada mahasiswa-mahasiswi berbakat di ESMOD.
Pada akhir sesi peragaan busana, Sir Patrice memanggil mahasiswinya untuk naik ke atas titian peraga bersama dengan model mereka masing-masing. Penghargaan ini dibagi dalam dua kategori.
Kategori pertama Coup De Court Du Jury Award 2022. Pemenangnya adalah Putri Rajwa Calista dari program studi (prodi) International Business Fashion, Irma Tedja dari prodi Fashion Design & Pattern Making, dan Crystalia Clarissa dari prodi Fashion Design & Creation.
Kategori kedua Golden Needed Award 2022. Pemenangnya adalah Nashifa Shabira dari prodi International Business Fashion dan Crystalia Clarissa dari prodi Fashion Design & Creation. (mcl)
Baca juga:
Serat Bebas Emisi Karbon Jadi Primadona Fashion Ramah Lingkungan