Encek Bacih Pilih Kie Lin sebagai Khas PGB Bangau Putih


Pertunjukan Kie Lin PGB Bangau Putih saat perayaan Cap Go Meh 2017 di Bogor. (Merahputih.com/Noer Ardiansjah)
PADA 25 Desember 1952, Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih resmi dibuka untuk umum. Tak disangka respons peminat bela diri sangat luar biasa. Saat itu, puluhan orang, baik dari dalam maupun luar kota Bogor bergabung dengan perguruan bela diri yang didirikan oleh Lim Sin Tjoei atau Encek Bacih.
Tempat pelatihan yang awalnya di Lebak Pasar, kemudian pindah ke Gedung Dalam Jalan Perniagaan (sekarang Jalan Suryakencana).
Beberapa bulan kemudian, agar membedakan ciri dari PGB Bangau Putih dari perguruan lainnya, Encek Bacih tidak memilih barongsai sebagai cirinya. Ia justru memilih hewan mitos lain dari Tiongkok yang bernama Kie Lin/Qilin.
BACA JUGA: Dalami Ilmu Kungfu, Lim Sin Tjoei Muda Banyak Berguru
Menurut Alex Cheung dkk dalam buku Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia, Kie Lin/Qilin adalah makhluk yang dianggap suci dalam legenda Tiongkok. Dalam legenda Tiongkok, Kie Lin melambangkan kemakmuran dan kedamaian.
"Pertunjukan barongsai memang umum, tetapi pertunjukan Kie Lin di Indonesia terbilang langka saat itu. Kie Lin PGB Bangau Putih secara rutin tampil dalam perayaan Cap Go Meh di kota Bogor. Kie Lin PGB juga pernah mengikuti festival budaya di Semarang," tulis Alex Cheung dalam bukunya.
Sementara itu, berdasarkan catatan klasik Bunsu Tan Tiang Toan, seorang sahabat dari Encek Bacih mengatakan, bentuk kepala Kie Lin seperti naga. Badannya seperti menjangan, tetapi bersisik seperti ikan, kakinya seperti kuda, dan ekornya seperti singa.
"Yang mempunyai permainan Kie Lin yang bentuknya paling mirip dengan Kie Lin yang sebenarnya hanya PGB Pek Ho Pay di Bogor," kata Ketua Kuo Chi Yen Chiu She, Tan Tiang Toan.
Kiprah PGB Bangau Putih dalam Dunia Persilatan
Dua tahun setelah berdiri, pada 1954 PGB Bangau Putih menginduk ke PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia). PPSI dibentuk di Bandung pada 1957 oleh Kolonel RA Kosasih, Kolonel Hidayat, dan Kolonel Harus.
Tujuan awal dibentuknya PPSI adalah menggalang tokoh pencak silat untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang saat itu berkembang di wilayah Jawa Barat, Lampung, Jakarta, dan beberapa daerah lainnya.
Kemudian, pada tahun 1955 grup latihan pertama PGB Bangau Putih Jakarta terbentuk, di daerah Tanah Tinggi III, di rumah Tjong Sun, sahabat Encek Bacih.
Pembentukan berbagai grup pelatihan ini terus berlanjut, salah satunya di Bungur Besar, di rumah Encek Bu Seng yang merupakan tokoh masyarakat Tionghoa dan juga seorang ahli pernapasan, yang terbentuk pada tahun 1956.
PGB Bangau Putih merupakan salah satu perguruan yang melakukan pembauran tanpa memandang suku, ras, dan agama yang memiliki falsafah mengutamakan cinta kasih dan persaudaraan.
Murid-muridnya datang dari berbagai latar belakang dan suku bangsa. Di Bogor sendiri Encek Bacih banyak memiliki murid orang Amerika.
Di kalangan para murid asing dan lidah orang Indonesia secara umum, nama Suhu Subur Rahardja atau Suhu Subur lebih populer dibandingkan nama Lim Sin Tjoei. Namun, di kalangan keluarga dan sebagian murid-murid atau masyarakat yang berasal dari etnis Tionghoa, nama panggilan Babah Tjoei atau Encek Bacih masih terus digunakan hingga kini.
BACA JUGA: Riwayat Guru Besar Encek Bacih; Anak Kecil Nakal yang Setia Kawan
Pada 1963 atas prakarsa Kodam VI Siliwangi (sekarang Kodam III), PGB turut berpartisipasi dalam operasi Pagar Betis. PGB juga dilibatkan dalam proyek pembangunan asrama zeni Angkatan Darat di Lawang Gintung untuk Resimen Tjakrabirawa. (*)