Dalami Ilmu Kungfu, Lim Sin Tjoei Muda Banyak Berguru


Encek Bacih saat mengajar anaknya yang bernama Gunawan Rahardja. (Repro Merahputih.com/buku Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia)
MASA kecil Lim Sin Tjoei atau Encek Bacih dilalui lazimnya seorang anak lelaki. Namun, tak juga lepas dari pendidikan bela diri yang telah diterapkan oleh ayahnya, Lim Kim Sek. Tak heran, sejak berusia 6 tahun Lim Sin Tjoei sudah mengenal gerak dasar bela diri.
Akan tetapi, dua tahun kemudian Lim Kim Sek meninggal. Duka pun melanda hati Lim Sin Tjoei. Kesedihan begitu dalam dirasakan lelaki yang kelak menjadi salah seorang pendekar tiada santirannya itu.
Sementara, paman Lim Sin Tjoei yang bernama Lim Kim Bouw alias Encek Kim Bouw telah melihat bibit bakat bela diri yang dimilikinya. Karena itu, beberapa hari setelah kepergian ayahnya, Lim Sin Tjoei diangkat menjadi anak oleh Encek Kim Bouw.
Sempat Jaga Toko Obat
Meski berprofesi sebagai sinshe (tabib), kemahiran Encek Kim Bouw dalam bela diri tak boleh diragukan. Bakat pendekar memang telah mengalir di dalam darah keluarga besar mereka. Lim Sin Tjoei pun akhirnya dikenalkan lebih dalam bela diri pencak silat di daerah Pulo, Bogor.
Sejak berusia 8 tahun, Lim Sin Tjoei telah dirawat oleh pamannya terkasih, Lim Kim Bouw. Selain rutin belajar bela diri, Lim Sin Tjoei muda juga turut membantu Encek Kim Bouw di toko obat Sumber Sehat.
Dari hal itu pula, Encek Bacih tak dinyana paham mengenai ilmu pengobatan tradisional Tionghoa. Keahlian ini juga, yang kelak membawa nama Lim Sin Tjoei semakin disegani oleh warga Bogor dan sekitarnya. Bahkan gelar Suhu pun disematkan pada diri Lim Sin Tjoei kelak.
BACA JUGA: Riwayat Guru Besar Encek Bacih; Anak Kecil Nakal yang Setia Kawan
Setelah Lim Sin Tjoei beranjak dewasa, ia kemudian meneruskan belajar dari beberapa guru bela diri lainnya baik dari pencak silat aliran Cimande ataupun kungfu aliran Pek Ho Kun dan juga aliran Shaolin Selatan.
Dalam buku Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia Alex Cheung dkk menjelaskan, selain memperdalam bela diri Lim Sin Tjoei juga mempelajari spiritualisme dan pengolahan pernapasan.
Beberapa nama guru-guru Lim Sin Tjoei antara lain Gusti Agung Gede Djelantik Bale Wangsa (seorang raja Bali yang dibuang Belanda ke Cirebon), Tjong Kim Nji alias Tjong Kun wie, Liu Tay Chi (yang mengajar Pek Ho Kun), Embah Sutur, Bapak Mada, Haji Dulhamid (Tarikolot Cimande), dan Bapak Sabuy.
"Ketika menginjak usia 25 tahun, saat itu Lim Sin Tjoei muda telah menguasai beberapa ilmu bela diri yang kemudian masing-masing inti bela diri tersebut digabungkan dengan tidak membeda-bedakan kelebihan atau kekurangannya," tulis Alex Cheung dalam bukunya.
Dari sekian banyak aliran yang dikuasai Encek Bacih, gerakan silatnya paling banyak dipengaruhi oleh aliran Shaolin Selatan dan juga pencak silat Cimande.
BACA JUGA: Kisah Encek Bacih dan Empat Pendekar Pendiri PGB Bangau Putih
Ia juga banyak meramu beberapa jurus yang diambil dari hasil pengamatannya di alam, seperti jurus macan, ular, monyet, ayam hutan, burung merak, dan tentu saja jurus bangau. Kungfu Bangau Putih alias Pek Ho Kun sendiri adalah salah satu aliran kungfu yang bersumber dari daerah Hokkian.
Di dalam perguruan Shaolin Pek Ho Pay yang kemudian menjadi PGB Bangau Putih, diajarkan intisari kungfu Pek Ho Kun dan kungfu aliran Shaolin Selatan, yang kemudian ditambahkan beberapa aliran bela diri lain, termasuk Pencak Silat.

(*)