SETELAH penjual gaun pengantin terbesar David’s Bridal menyatakan bangkrut, bisnis penjualan cincin pertunangan juga belum pulih dari pandemi COVID-19. Perusahaan perhiasan terbesar di Amerika Serikat Signet Jewelers menyatakan pandemi merusak penjualan cincin pertunangan karena mengakibatkan hubungan goyah atau bahkan menghancurkan hubungan.
Signet Jewelers (SIG) dan jenama-jenama lain termasuk Zales, Jared, Kay Jewelers, dan Diamonds Direct mengatakan banyak hubungan yang memudar karena pembatasan saat tahun 2020. Signet Jewelers’ president Jamie Singleton menyatakan fenomena ini masih terjadi sampai sekarang.
Baca Juga:
Tidak Menghadiri Pernikahan Mantan Bukti Kamu Berhasil Mendamaikan Ego Pribadi
“Menurut penelitian perusahaan, pasangan rata-rata bertunangan sekitar 3,25 tahun setelah mereka mulai berkencan,” kata Singleton yang dikutip dari CNN. Sesuai dengan penelitian tersebut, penjualan perhiasan pertunangan makin menurun pada tahun 2023 dan masih akan berlanjut hingga 2024.

“Ketika orang-orang mulai keluar dari pembatasan, kami memantau kembalinya kencan. Faktanya, angka orang berkencan saat ini naik hingga 8 persen dari sebelum COVID,” kata Singleton.
Kenaikan ini tidak berarti pertunangan dapat pulih dengan cepat, tetapi potensinya menjanjikan untuk peningkatan yang akan datang dalam pertunangan. Singleton meyakini bahwa angka pertunangan dapat naik lagi di masa depan.
Baca Juga:
CEO Signet Jewellers Virginia C. Drosos mengatakan kepada investor bahwa perusahaannya sedang berjuang untuk mencapai target pendapatan USD 9 miliar hingga USD 10 miliar atau setara dengan Rp 132,5 triliun hingga Rp 147,2 triliun setiap tahun dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
“Kami berharap ini akan mendorong peningkatan yang signifikan dalam bisnis kami selama beberapa tahun mendatang,” harapnya.

Sementara itu, pandemi juga menghambat penjualan gaun pengantin karena semua jenis pertemuan sosial terhenti, dan hampir semua pasangan juga menunda pernikahan mereka. David’s Bridal mengatakan persaingan dari penjualan baju pernikahan secara online dan yang bekas membuat bisnisnya merugi.
“Semakin banyak pengantin yang memilih pakaian pernikahan yang tidak terlalu tradisional, termasuk gaun pengantin yang dibeli secara bekas. Pergeseran preferensi konsumen ini secara signifikan memperburuk krisis keuangan perusahaan,” kata David's Bridal saat pengajuan kebangkrutan. (vca)
Baca Juga:
Dua Tahun Pertama Pernikahan Penting untuk Masa Depan, Ini Alasannya