Kesehatan

Binge Eating Disorder, Umum Terjadi namun Sedikit yang Mengerti

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Senin, 01 Maret 2021
Binge Eating Disorder, Umum Terjadi namun Sedikit yang Mengerti

BED adalah gangguan pola makan yang paling umum terjadi. (Foto: 123RF/MR. Prot Tachapanit)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DARI waktu ke waktu, kebanyakan dari kita makan berlebihan. Mungkin nambah sepiring lagi, atau menghabiskan satu box es krim dalam sekali makan. Tetapi pada titik manakah contoh makan berlebihan ini menjadi gejala gangguan makan yang lebih serius: Binge Eating Disorders (BED).

BED adalah gangguan makan yang paling umum di AS, kata National Eating Disorders Association (NEDA). Dan ini sangat berbeda dari binge eating sesekali. Inilah mengapa dokter mengatakan makan berlebihan dengan gejala tertentu mungkin memerlukan perawatan.

Baca juga:

Terapkan Mindfulness dalam Keseharianmu

Binge Eating Disorder, Umum Terjadi namun Sedikit yang Mengerti
Dikenal sebagai gangguan pola makan yang merugikan kesehatan. (Foto: 123RF/lightfieldstudios)

BED bukan hanya gangguan makan yang paling umum di AS, tetapi juga yang terbaru diakui secara resmi oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5), alat yang digunakan dokter untuk mendiagnosis gangguan makan.

Ditambahkan ke DSM-5 pada tahun 2013, BED ditandai dengan episode berulang dari makan dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dimakan orang lain dalam jangka waktu yang sama (biasanya dalam dua jam).

Seseorang dengan BED akan makan berlebihan, rata-rata, setidaknya sekali seminggu selama tiga bulan. Selama binges ini, seseorang merasa kehilangan kendali, seolah-olah mereka tidak bisa berhenti makan atau mengatur apa atau berapa banyak yang mereka makan. Perilaku tersebut membuat mereka merasa tertekan.

Binge Eating Disorder, Umum Terjadi namun Sedikit yang Mengerti
Binge eating disorder paling banyak terjadi di AS. (Foto: 123RF/MR. Prot Tachapanit)

Demi memenuhi kriteria diagnostik BED, orang tersebut juga harus melakukan setidaknya tiga hal berikut selama (dan, untuk yang terakhir, setelah) episode binge eating:

- Makan lebih cepat dari biasanya

- Makan sampai mereka merasa tidak nyaman

- Makan makanan dalam jumlah besar meskipun mereka tidak lapar secara fisik

- Makan sendiri karena mereka malu dengan porsi makan mereka yang berlebihan

- Setelah binge atau makan berlebihan, merasa tertekan, bersalah, atau muak dengan diri sendiri

Orang dengan bulimia nervosa akan binge eating pada gilirannya. Tetapi dengan BED, dan tidak seperti bulimia nervosa, tidak ada tindakan setelah itu untuk membatalkan atau mengganti apa yang dimakan, seperti muntah yang disengaja.

Debra Safer, MD, seorang profesor di Departemen Psikiatri di Universitas Stanford dan co-direktur Program Gangguan Makan Dewasa Stanford mengatakan, kesalahpahaman umum adalah bahwa BED hanyalah malas. Bukan itu masalahnya.

"Orang [dengan BED] bukan malas, mereka memiliki banyak kemauan dalam banyak hal dalam hidup mereka. "Tapi itu bukan pilihan. Tidak ada yang mau mengalami kelainan makan," katanya pada laman Health (28/2). Ia menambahkan, kondisi mereka kompleks, dengan dasar biologis, psikologis, dan sosial.

Baca juga:

Jalankan Pedoman Gizi Seimbang, ini 4 Poin Pentingnya

Binge Eating Disorder, Umum Terjadi namun Sedikit yang Mengerti
Binge eating disorder bisa terjadi pada siapa saja. (Foto: 123RF/Olga Yastremska)

Menurut Ariana Chao, PhD, asisten profesor dan direktur medis di Center for Weight and Eating Disorders di Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania, jenis makanan yang disantap oleh penderita BED bervariasi, berbeda untuk setiap orang.

Meskipun dia menemukan pasien yang mengatakan mereka makan wortel atau sayuran, tapi lebih sering orang dengan BED menyantap makanan berkalori tinggi dan padat energi yang lebih mudah dicerna dalam jumlah besar. Biasanya mereka makan es krim, kue, atau pizza selama episode binge eating.

Apa saja gelala BED?

1. Fluktuasi berat badan, naik dan turun, bisa menjadi tanda BED, menurut Chao. Dia mengatakan bahwa BED dapat dikaitkan dengan masalah berat badan dan bentuk tubuh, sehingga orang dengan BED mungkin mengalami tekanan terhadap faktor-faktor tersebut juga

2. Hilangnya sejumlah besar makanan dalam waktu singkat atau bahwa ada banyak pembungkus dan wadah kosong di sekitarnya juga bisa menjadi tanda bahwa orang itu menderita BED

3. Seseorang dengan BED juga dapat mencuri atau menimbun makanan di tempat-tempat aneh

4. Berhenti berkumpul dengan teman-teman atau berpartisipasi dalam aktivitas biasa, khawatir tentang makan di depan umum

5. Memiliki masalah pencernaan

Gejala tersebut perlu kamu cermati, karena BED jika tidak segera ditangani juga akan membahayakan kondisi fisik. Sama seperti gengguan makan lain, selain menyerang psikos, fisik pun akan terganggu.

Baca juga:

Anak Muda, Kamu Juga Bisa Kena Hipertensi

BED dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas seiring waktu. Jadi, risiko kesehatan yang menyertai BED adalah risiko kesehatan yang sama yang terkait dengan obesitas. Chao menunjukkan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa BED meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi.

Secara psikis, BED juga dapat memiliki konsekuensi kesehatan yang serupa dengan stigma berat badan, termasuk depresi, ketidakpuasan tubuh, dan rasa percaya diri yang rendah. (aru)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan