RATUSAN laki-laki, perempuan, dan anak-anak menumpuk di pintu keluar Stadion Kanjuruhan. Dengan wajah bengkak dan napas yang tersendat, mereka mencoba menyelamatkan diri. Namun nahas, mereka terjebak di dalam stadion saat kericuhan merebak setelah laga Arema FC dan Persebaya Surbaya. Mereka tak sempat mencapai pintu keluar akibat serangan gas air mata pada Sabtu (1/10).
Ribuan orang di media sosial mengomentari kejadian itu. Tak sedikit dari mereka yang bertanya, seberapa berbahayakah sebenarnya dampak gas air mata atau tear gas ini? Bukankah hanya membuat mata perih? Nyatanya, ancaman dari alat pengendali massa ini jauh lebih seram daripada itu.
BACA JUGA:
Mengacu pada laman Healthline, gas air mata sebenarnya bukanlah zat gas. Tear gas adalah sebuah bahan kimia berbentuk bubuk yang diberi tekanan udara. Mereka biasanya ditempatkan di wadah berbentuk kaleng. Bubuk ini akan langsung berubah menjadi kabut dan asap ketika kaleng tadi dilempar.

Bahan paling umum yang terkandung di dalam gas air mata adalah klorobenzalmalononitril atau disebut juga gas CS. Bahan lainnya yang tak kalah sering ditemukan adalah gas CR, gas CN, dan pepper spray.
Paparan terhadap gas air mata sendiri bisa menyebabkan sejumlah iritasi dan peradangan pada mata, sistem pernapasan, dan kulit. Efeknya bagian tubuh akan merasa sakit karena gas air mata ini sendiri memicu reaksi dari syaraf perasa sakit. Beberapa orang menyatakan kalau efek terkena gas air mata terasa seperti bubuk cabai yang terhirup oleh hidung.
Pada mata, tear gas dapat menyebabkan mata yang berair, gatal, sensasi terbakar, dan kesulitan penglihatan untuk sementara waktu (blur). Selain itu, gas ini juga bisa membuat area sekitar mata jadi membengkak dan tertutup karena rasa perih. Paparan terhadap gas air mata dalam jarak pendek juga bisa memicu kebutaan dan katarak.
BACA JUGA:
5 Pertandingan Sepak Bola Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
Lalu, pada sistem pernapasan, tear gas dapat melukai membran serta dinding lapisan hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Lebih jauh, gas air mata menyebabkan kesulitan bernapas, tersedak, batuk, muntah, dan sesak. Paparan gas air mata yang terlalu lama juga bisa menyebabkan kematian, terutama bagi mereka yang punya masalah pernapasan.
Sedangkan pada kulit, tear gas menyebabkan sejumlah iritasi seperti gatal, memerah, melepuh, alergi dermatitis, hingga ke kulit yang terbakar.
Tingkat keparahan dari efek gas air mata ini bergantung pada seberapa lama seseorang terpapar dengan bahan kimiawi tersebut. Selain itu, pada ruangan tertutup, efek gas air mata bisa jauh lebih berbahaya. Kondisi kesehatan bawaan seperti asma juga bisa menyebabkan efek samping gas air mata memburuk.

Pertolongan pertama pada paparan gas air mata adalah dengan meminimalisasi paparan. Sebisa mungkin langsung lari menjauh ke tempat yang lebih terbuka.
Namun, jika terkendala, mengurangi paparan tear gas juga bisa dengan menutup mulut dan hidung menggunakan masker, kain, selendang, atau benda lain. Hal ini bertujuan agar gas air mata tidak banyak terhirup ke dalam tubuh. Memakai kacamata juga bisa menghindari bubuk tear gas masuk lebih banyak ke mata.
Pada beberapa orang, efek samping gas air mata hanya berlangsung sementara. Sedangkan pada orang lain, alat ini bisa menyebabkan penyakit serius. Maka dari itu, setiap orang yang terpapar gas air mata disarankan untuk melakukan pengecekan medis ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatan masing-masing.(mcl)
BACA JUGA: