Hana Madness, Ciptakan Karakter Menggemaskan dari Jiwa yang Depresi

Minggu, 08 September 2019 - Dwi Astarini

DERETAN lukisan doodle dengan karakter imut tergantung rapi di galeri Ciputra Artpreneur. Tak hanya menggemaskan, lukisan tersebut disempurnakan dengan warna-warna cerah. Siapa pun yang melihat lukisan tersebut akan mendapat kesan ceria dan segar. Pelukis seolah ingin menularkan keriaan dari karakter-karakter yang terlukis di atasnya. Tak ada yang menyangka bahwa seniman di balik karya-karya yang jenaka dan menggemaskan tersebut ialah penyintas bipolar disorder dan schizofrenia.

Hana Alfikih atau yang lebih populer dengan nama Hana Madness ialah seniman di balik karakter menggemaskan tersebut. Ia juga dikenal sebagai aktivis kesehatan mental. Ia mengungkapkan, seperti pengidap mental disorder lainnya, ia menggunakan kesenian sebagai terapi. Dalam perjalanannya, ia menemukan banyak tantangan dari diri sendiri, keluarga hingga lingkungan. Sejak 2012, ia berbagi bagaimana seni lukis membuatnya lebih diperhatikan dan didengar publik.

BACA JUGA: Art Brut: Karya Istimewa Anak-Anak Spesial

Karakter-karakter tersebut mengungkapkan ribuan perasaan dan pikirannya yang bertentangan. "Karakter saya cukup merepresentasikan gejolak kejiwaan saya yang saya transformasikan ke dalam karakter yang lucu," tuturnya ditemui di Ciputra Artpreneur, Jumat (6/9).

hana madness
Mentrasnformasikan kondisi kejiwaan ke dalam karakter lukisan. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Hana membeberkan sejumlah alasan menggunakan karakter lucu untuk menggambarkan masalah kejiwaan yang mendesak di dirinya. "Saya merasa tertampar ketika melihat media-media selalu menggambarkan bentuk gangguan kesehatan jiwa dalam bentuk yang menyedihkan dan menakutkan. Untuk itu, saya coba buat dengan karakter-karakter seperti ini," urainya.

hana madness
Diundang ke Inggris untuk berpameran dan berbagi pengalaman. (foto: Instagram @hanamadness)

Sepanjang kariernya, Hana telah berpartisipasi di berbagai pameran seni, baik di dalam atau luar negeri. Sebelum menampilkan karyanya di Indonesia, Hana membawa karya-karya tersebut ke Inggris. "Kemarin saya dipercaya sebuah komunitas yang fokus pada rehabilitasi ketergantungan obat –obatan dan alkohol di Kota Saint Helens, Inggris. Kota tersebut memiliki angka bunuh diri cukup tinggi," ceritanya. Ia mengatakan kota tersebut cukup depresif sehingga panitia menempatkan Hana di Liverpool yang berjarak cukup dekat. "Melihat kota tersebut yang cukup dark, mereka berekspektasi saya membawa karya yang berwarna-warni," jelasnya.

Lewat karya-karyanya, Hana mengatakan ia mencoba hadir dengan diri dan kemampuannya. Selain itu, lewat karya, ia ingin menyuarakan bahwa ia memiliki gangguan kejiwaan dan berharap orang lain melihat sisi lain dirinya.

hana madness
Bangga karyanya diapresiasi. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Sebagai seorang seniman yang memiliki gangguan mental, ia bangga ketika karyanya mendapat tempat di hati masyarakat tanpa memandang latar belakangnya. "Kami menunjukkan seni yang orang pada akhirnya tidak peduli siapa pembuatnya, tetapi mereka akan benar-benar mengapresiasi karyanya," tukasnya.(avia)

BACA JUGA: Fotografi, Media Ekspresi Anak Berkebutuhan Khusus

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan