Wiranto Sesali Kesalahan Kolektif Reformasi


Ketua Umum Partai Hanura Wiranto bersama para kader Hanura pada HUT Hanura ke-9, di Cipayung, Jakarta Timur, Senin (21/12). (Foto: MP/Fachruddin Chalik)
MerahPutih Politik - Ketua Umum partai Hanura Wiranto merefleksikan penggalan dari sejarah kebangsaan Indonesia. Menurutnya, pada akhir abad ke-20, bangsa indonesia sepakat untuk melakukan reformasi nasional.
"Kita menyadari bahwa reformasi adalah keniscayaan, seperti gelombang samudera yang tak mungkin dihentikan. Sesuatu yang harus dilakukan agar kita mampu mengimbangi gerakan pembaruan yang terjadi di seluruh dunia," jelasnya saat peringatan HUT Hanura ke-9, di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (21/12).
Wiranto menambahkan, reformasi adalah harapan karena di dalamnya terkandung mimpi rakyat tentang Indonesia yang sangat indah, demoktratis dengan memuliakan hak-hak individu. Reformasi adalah perubahan guna mengganti bagian-bagian yang telah usang dan tidak lagi sesuai dengan perubahan zaman.
"Reformasi adalah kemajuan yang akan membawa Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju, negara yang lebih terhormat dan disegani dalam pergaulan bangsa-bangsa. Namun dalam kenyataannya, ternyata jauh panggang dari api, apa yang terjadi sangat jauh berbeda dengan apa yang dikehendaki dan diharapkan oleh bangsa Indonesia. Setelah kurang lebih 17 tahun reformasi berjalan, bangsa Indonesia justru terjebak dalam jalan yang berliku dan tidak mendekatkan kita pada tujuan reformasi," jelasnya.
Mantan Panglima ABRI pada era Soeharto ini mengungkapkan, bangsa ini bagaikan musafir yang telah kehilangan arah kompas yang menuntun menuju tujuan. Bangsa Indonesia telah semakin jauh dari target-terget reformasi yang menjanjikan banyak hal. Pada situasi seperti yang telah dilakukan bukan melakukan evaluasi untuk mengoreksi kembali road map, perjalan reformasi, namun justru sibuk saling salah menyalahkan saling mencurigai, ada juga yang menyesali reformasi yang disepakatinya bahkan tidak sedikit masyarakat yang merindukan keadaan masa lalu sebelum reformasi bergulir.
"Kalau kita lebih jujur untuk melihat realitas maka kita akan tahu bahwa sebenarnya reformasi adalah kesepakatan kolektif bangsa, kalau reformasi itu menghasilkan kondisi seperti ini, maka itu adalah kesalahan kolektif," urainya. (aka)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Sepak Terjang Wiranto, Pernah Diisukan Berseberangan kini Jadi Penasihat Khusus Prabowo

Swasta Bersedia Bantu Impor Sapi Perah Program Makan Bergizi Gratis

Arah Politik Hanura Bakal Diputuskan Dua Hari ke Depan

Oso Akui Ada yang Mencoba Merongrong Partai Hanura

Partai Hanura Gelar Munas, Oso Masih Diusulkan Jadi Ketum
Hanura Fokus Daftarkan PHPU DPRD di MK, Sengketa DPR Dilepas

Wiranto Beberkan Alasan Dukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Hanura Sebar 1,6 Juta Kader di TPS Pemilu 2024

Ketum Hanura Minta Kader Partai Perjuangkan Kursi Perwakilan Hingga Nasional
