Tradisi Fang Sheng, Ironi Melepas Hewan Liar ke Alam Bebas

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Minggu, 20 September 2015
Tradisi Fang Sheng, Ironi Melepas Hewan Liar ke Alam Bebas

Iwan Kuya (38), seorang penjual kura-kura untuk tradisi Fang Sheng, memegang kura-kura dagangannya yang dibeli dari peternakan di Cibubur. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Tradisi Fang Sheng sangat erat dengan ajaran agama Buddha Mahayana Tiongkok. Ada makna tersirat di balik ritual melepas makhluk hidup ini. Ritual ini digelar dengan melepaskan hewan hidup ke alam. Fang Sheng dipercaya memiliki pengaruh bagi kehidupan dan keberuntungan.

Biasanya, warga keturunan Tionghoa melepaskan hewan semisal penyu, kura-kura, ikan, atau burung dalam tradisi Fang Sheng. Penyu yang berumur panjang dipercaya sebagai suatu permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar umur panjang menyertai orang yang melepas.

Tradisi melepasan makhluk hidup ke alam liar dalam ajaran agama Buddha disebut sebagai Fang Sheng. Fang Sheng berasal dari bahasa Mandarin. Fang berarti “melepas” dan Sheng merunjuk pada “makhluk hidup”. Dengan demikian, Fang Sheng memiliki pengertian melepaskan makhluk hidup. Makhluk hidup hewan itu dilepas ke habitat masing-masing agar dapat mereguk kembali  alam bebas dan bahagia.

Hewan-hewan yang sebelumnya dikurung dilepaskan ke alam liar. Makhluk hidup itu dibiarkan lepas untuk mendapat kesempatan untuk terus hidup di tempat mereka seharusnya. Warga Tionghoa akan mencari hewan-hewan yang terkurung atau membutuhkan perlindungan manusia untuk kemudian dilepaskan ke alam liar.

Warga keturunan Tionghoa dengan tradisi Fang Sheng turut serta dalam membantu melestarikan hewan yang terancam punah. Penyu dan kura-kura misalnya, kedua hewan terancam di habitatnya karena perburuan. Daging dan telur penyu dikonsumsi. Maka, masyarakat Tionghoa berusaha menyelamatkan dan melepaskan kembali ke habitatnya yaitu secara simbolis melepaskan penyu ke pantai saat ritual Fang Sheng.

Tapi tradisi Fang Sheng tak lepas dari kontroversi. Tradisi sangat mulia ini dikotori oleh sebagian orang yang ingin mendapatkan keuntungan dari masyarakat Tionghoa yang mencari hewan untuk dilepaskan.

Kenyataan saat ini, bahwa banyak juga orang yang memanfaatkan momen tradisi Fang Sheng untuk mencari uang. Mereka akan menangkap hewan penyu dan burung untuk kemudian dijual di Klenteng atau Vihara tempat melaksanakan ritual ini.

Pada umumnya, masyarakat Tionghoa saat ini sudah berpikiran rasional dan sudah tidak begitu menyetujui Fang Sheng dengan cara membeli binatang di pasar lalu kemudian dilepaskan kembali. Selain karena tidak tahu apakah hewan itu didapat dengan cara berburu atau bukan, ada kemungkinan banyak binatang itu diternak atau dipelihara. Jika dilepas ke alam bebas, binatang peliharaan akan mati karena tidak tahu bagaimana mencari makan di alam bebas. Pada intinya, hal yang ditekankan dalam tradisi Fang Sheng saat ini yaitu mengetahui asal usul hewan yang akan dilepaskan.

Salah seorang pedagang hewan untuk ritual Fang Sheng Iwan Kuya (38) mengatakan,  ia sudah 14 tahun menjual kura-kura untuk tradisi Fang Sheng di depan Klenteng Boen Tek Bio, Tangerang. Ia melanjutkan, bahwa kura-kura yang dijual dibeli dari peternakan di Cibubur. Kura-kura itu kemudian dijual dengan harga Rp150.000 per ekor. Ia bisa menjual 30 ekor penyu per hari.

Iwan mengatakan, ia bukan semata-mata mencari keuntungan. Ia berjualan karena untuk membantu menyebarkan kura-kura atau satwa dari peternakan untuk hidup dan berkembang biak di alam bebas, yaitu melalui jalan tradisi Fang Sheng.  Kura-kura yang dijual untuk tradisi Fang Sheng berasal dari 3 peternakan di Bogor, Rangkas Bitung, dan Cibubur. Ketiga peternakan itu sekarang sudah tidak buka lagi.

"Yang menjadi pelanggan biasanya umat Buddha atau pesanan perusahaan yang ingin melakukan tradisi Fang Sheng. Membantu melestarikan satwa sebuah berkah tersendiri untuk saya dan keluarga," kata Iwan. (rkf)

 

Baca Juga:

  1. Parade Budaya di Festival Senggigi 2015
  2. Parade Budaya Sail Tomini 2015 di Sulawesi Penuh Warna-Warni
  3. Tradisi Popokan di Semarang Jadi Simbol Tolak Keburukan
  4. Nagasari, Kue Tradisional Favorit Keluarga
  5. Mengenal Tradisi Pladu dari Tulungagung
#Hewan Langka #Tionghoa #Fang Sheng #Tradisi Fang Sheng
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Fun
Kucing Merah Kalimantan Muncul Setelah 20 Tahun, Ini Keunikan dan Ancaman terhadap Keberadaannya
Catopuma badia, kucing misterius endemik Kalimantan, terekam lagi di TN Kayan Mentarang setelah dua dekade. Ini dia keunikan, habitat, dan ancaman konservasinya!
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 03 Juni 2025
Kucing Merah Kalimantan Muncul Setelah 20 Tahun, Ini Keunikan dan Ancaman terhadap Keberadaannya
Fun
Kura-Kura Galapagos Berumur 100 Tahun Hasilkan Anak untuk Pertama Kalinya
Spesies kura-kura nan terancam punah dan berusia hampir 100 tahun ini akhirnya menjadi orangtua untuk pertama kalinya.
Dwi Astarini - Selasa, 08 April 2025
 Kura-Kura Galapagos Berumur 100 Tahun Hasilkan Anak untuk Pertama Kalinya
Berita Foto
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti
Umat membagikan makanan untuk buka puasa bagi umat muslim di Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta Barat, Senin (10/3/2025).
Didik Setiawan - Senin, 10 Maret 2025
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti
Berita Foto
Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025
Warga Etnis Tionghoa memilih berbagai pernak-pernik Imlek di Kawasan Pecinan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (20/1/2025).
Didik Setiawan - Senin, 20 Januari 2025
Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025
Indonesia
Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian
Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO), menerima masukan dari Komunitas Tionghoa terkait gedung Chinese Opera
Frengky Aruan - Rabu, 23 Oktober 2024
Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian
Indonesia
Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China
Ridwan Kamil (RK) atau Bang Emil blusukan di Kawasan Glodok, Jakarta Barat, Rabu (23/10).
Frengky Aruan - Rabu, 23 Oktober 2024
Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China
Dunia
Ilmuwan Ingin Bangkitkan Beruang Raksasa yang Punah Ribuan Tahun Lalu
Ilmuwan ingin bangkitkan beruang raksasa yang punah ribuan tahun lalu. Para ahli juga sudah menyusun daftar hewan punah yang bisa dibawa kembali ke dunia modern.
Soffi Amira - Selasa, 08 Oktober 2024
Ilmuwan Ingin Bangkitkan Beruang Raksasa yang Punah Ribuan Tahun Lalu
Lifestyle
Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya 4 Kali Burj Khalifa
Ilmuwan temukan gunung bawah laut. Kemudian, tingginya empat kali dari Burj Khalifa.
Soffi Amira - Jumat, 30 Agustus 2024
Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya 4 Kali Burj Khalifa
Lifestyle
Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa
Masyarakat Tionghoa memiliki sejumlah nilai filosofis yang kaya, dan salah satunya adalah keyakinan terhadap angka 8.
Pradia Eggi - Rabu, 24 Januari 2024
Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa
Indonesia
Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo
Beberapa kegiatan, di antaranya karnaval, bazar kuliner, dan panggung hiburan dan grebeg Sudiro sendiri merupakan bagian dari perayaan Imlek di Solo.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 23 Januari 2024
Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo
Bagikan