Taman Ismail Marzuki Dulu Kebun Binatang Kini Padepokan Seniman


Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. (Foto: MP/Noer Ardiansjah)
MerahPutih Budaya - Dilatarbelakangi kebiasaan kaum borjuis Eropa pada abad ke-19, akhirnya mendorong sekelompok pencinta satwa berkebangsaan Belanda untuk mendirikan sebuah komunitas penyayang binatang pada tahun 1860-an.
Ide tersebut adalah tentang hubungan pendirian kebun binatang dan keterkaitan pada ilmu pengetahuan yang diwacanakan dalam suatu pertemuan.
Syahdan, komunitas tersebut mendirikan sebuah yayasan atau perkumpulan yang menangani tumbuh-tumbuhan dan binatang. Tepatnya pada tahun 1864, anggota komunitas sepakat membentuk Vereeniging Bataviasche Planten en Dierentuin atau Perkumpulan Penyayang Tumbuhan dan Binatang Batavia.
Anggota daripada komintas itu adalah orang-orang yang berprofesi sebagai pejabat pemerintahan kolonial dan pebisnis yang masing-masing menyukai binatang. Selain itu, mereka juga ingin membagi pengetahuan tentang ragam binatang kepada masyarakat luas melalui kebun binatang. Adapun nama dari kebun binatang itu adalah Planten en Dierentuin atau Tanaman dan Kebun Binatang.
"Pembangunan kebun binatang itu dimaksudkan untuk memberi alternatif hiburan bagi masyarakat umum yang juga memiliki nilai edukatif," jelas Sulaiman Harahap (31), sejarawan dari Studio Sejarah yang juga peneliti di Dewan Kesenian Jakarta dari tahun 2008 kepada merahputih.com di gedung Dewan Kesenian Jakarta, Cikini, Selasa (9/2).
Lelaki yang seringkali terlibat dalam penelitian Dewan Kesenian Jakarta itu memaparkan, di balik pembangungan kebun binatang tersebut, ada pula seorang pribumi yang memberikan peranan sangat penting. Tanpa adanya kebijakan dari orang pribumi itu, kata Sulaiman, belum tentu wacana mendirikan Tanaman dan Kebun Binatang berjalan dengan sempurna.
"Dia itu ialah Raden Saleh, pelukis Indonesia berdarah Jawa-Arab yang menjadi pelukis di Istana Kerajaan Belanda pada abad ke-19. Oleh karena, beliau menghibahkan tanahnya, lebih kurang 10 hektare. Lantas, komunitas tersebut membangun sebuah kebun binatang," kata Sulaiman.
Dahulunya, tambah Sulaiman, tanah yang sekarang Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan tempat hiburan yang berupa kebun binatang, bioskop, dan juga taman olahraga.
"Iya. Di sini merupakan kandang binatang. Dan sekarang, tempat ini menjadi kandangnya para seniman. Ha ha ha," tambahnya tertawa. (ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Menilik Pertunjukan Musikal Petualangan Sherina 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta

Garin Nugroho Kirim Pesan untuk Presiden Prabowo lewat 'Balas Budi untuk Rakyat'

Aksi Pertunjukan Musikal Bertajuk Moonboy & His Starguide The Musical

TIMFest Kembali Digelar untuk Rayakan Ekosistem Seni di Jakarta

Antusias Warga Berburu Buku dalam Gelaran Pesta Literasi Indonesia 2024

Mengintip Pameran Sastra Jakarta 2024 di Galeri HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta

Melihat Pameran Seni Desain Bertajuk Harmonisasi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta

Melihat Pementasan Teater Bertajuk "Matahari Papua" di Taman Ismail Marzuki

Jelang Pementasan Teater bertajuk Matahari Papua: Saatnya Merdeka dari Naga

TIM Art Fest Digelar 30 Mei - 1 Juni 2024
