Tahun 2016, Dolar AS Masih Akan Tetap Perkasa


Petugas menghitung pecahan Dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (12/8). (Foto Antara/Rivan Awal Lingga)
MerahPutih Bisnis - Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/the Fed) pada tanggal 27-28 Oktober 2015 akan menetapkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR). DBS Group Research memproyeksikan the Fed akan kembali mempertahankan FFR setelah tujuh tahun lamanya.
DBS Group Research memprediksi the Fed baru akan menaikkan suku buka di awal tahun 2016 kemudian sekali lagi di Triwulan III tahun 2016. Walaupun langkah ini tidak seagresif yang diperkirakan sebelumnya, kebijakan bank sentral ini akan tetap menunjang kuatnya uang dollar Amerika Serikat (USD) seperti sekarang ini.
"Hal ini dikarenakan adanya monetary policy divergence di antara the Fed, Bank of Japan dan European Central Bank (ECB). DBS Grup Research masih memperkirakan nilai dolar AS akan tetap mengalami penguatan di tahun 2016, alasan utamanya adalah karena ada kemungkinan the Fed akan menaikkan suku bunga," kata ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi dalam DBS Asian Insights Media Luncheon di jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (27/10).
Menurutnya, saat ini the Fed hanya menunda menaikkan suku bunga. Sebab, dengan menaikkan suku bunga otomatis mata uang US dolar akan menguat terhadap mata uang lainnya.
"Kalau dilihat dari pengalamanan sebelumnya, kenaikan suku bunga the Fed sendiri mampu merangkak naik sebesar 3,75 persen sampai dengan 4,5 persen. Dampak yang dirasakan adanya kemungkinan rupiah melemah. Saya melihat akan terjadi beberapa dampak di Indonesia," tuturnya.
Selain itu, perlambatan produk domestik bruto di Indonesia. Hal ini dapat terjadi apabila pertumbuhan investasi di Indonesia terus mengecewakan, serta volume ekspor terlihat belum mengalami peningkatan.
"Pertumbuhan konsumsi selama ini menjadi pilar utama perekonomian Indonesia, juga telah melemah di beberapa tahun belakang ini," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Gundy, peran pemerintah untuk membantu meningkatkan kerja perekonomian Indonesia sangat penting.
"Hal ini mengingat tingginya resiko adanya downward spiral di perekonomian Indonesia," terangnya.
Seperti diketahui, Gubernur the Fed Janet Yellen berulang kali mengisyaratkan bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini untuk pertama kali sejak 2006. Namun, pada pertemuan terakhir pada 17 September lalu, the Fed memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level terendah, yakni 0 persen. (Abi)
BACA JUGA:
- Pernyataan the Fed Membingungkan, IHSG Kembali Tertekan
- Jelang Pengumuman The Fed Rupiah Menguat Jadi Rp14.453 per Dollar AS
- Ketidakpastian Rencana Kenaikan Suku Bunga The Fed Picu Depresiasi Rupiah
- Rupiah Tertekan Semakin Dalam Akibat Ketidakpastian The Fed
- Ini Alasan BI Pertahankan BI Rate Tetap 7,5 Persen
Bagikan
Berita Terkait
DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?

Suku Bunga Bank Indonesia Sudah Diturunkan Berkali-kali, Bunga Kredit Perbankan Masih Tinggi

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

BI Rate Turun Lagi Ketiga Kalinya Tahun Ini Jadi 5,25 Persen, IHSG Ditutup Menguat

Suku Bunga Bank Indonesia Bakal Dipangkas Lagi Imbas Tarif Trump

BI Beri Sinyal Suku Bunga Acuan Turun Lagi untuk Ketiga Kalinya Tahun Ini

Pelemahan Rupiah Ditahan Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga

Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Rate Turun 25 Poin Jadi 5,5%

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen
