Seren Taun Cigugur, Tradisi Syukuran Masyarakat Agraris

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Selasa, 06 Oktober 2015
Seren Taun Cigugur, Tradisi Syukuran Masyarakat Agraris

Tradisi adat Seren Taun. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Segenap warga membawa padi sebagai simbol kebersamaan saat perayaan adat Seren Taun di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Selasa (6/10).

Seren Taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan tiap tahun sebagai budaya. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Tradisi Seren Taun Cigugur masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat sekitarnya, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara.

Tradisi adat Seren Taun Cigugur ini merupakan perwujudan atas rasa syukur masyarakat Cigugur yang mayoritas petani terhadap karunia sang pencipta dan dirayakan pada 22 Raya Agung tahun Saka Sunda.

Istilah Seren Taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren Tahun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.

Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan Seren Taun sudah turun-temurun dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran. Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno.

Rangkaian ritual upacara Seren Taun berbeda-beda dan beraneka ragam dari satu desa ke desa lainnya, akan tetapi intinya adalah prosesi penyerahan padi hasil panen dari masyarakat kepada ketua adat. Padi ini kemudian akan dimasukkan ke dalam leuit (lumbung) utama dan lumbung-lumbung pendamping. Pemimpin adat kemudian memberikan indung pare (induk atau bibit padi) yang sudah diberkati dan dianggap bertuah kepada para pemimpin desa untuk ditanan pada musim tanam berikutnya.

 

Baca Juga:

  1. Mengenal Tari Topeng Malangan, Wisata Budaya Malang yang Hampir Punah
  2. Menengok Situs Budaya Moraya yang Rusak Tak Terurus
  3. Parade Budaya di Festival Senggigi 2015
  4. Festival Saprahan, Budaya Makan Bersama di Pontianak
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan