Saat Desainer Louis Vuitton Pentaskan Wayang Bocor

Pertunjukan wayang bocor. (merahputih/man)
MerahPutih Budaya – Dalam rangka perayaan dua tahun, Galeri Indonesia Kaya mempersembahkan rangkaian pertunjukan yang mengangkat kolaborasi dua generasi sejak Sabtu, 3 Oktober 2015 sampai dengan Sabtu 10 Oktober 2015 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Puncak perayaan dua tahun Galeri Indonesia Kaya ini menampilkan perupa kontemporer Eko Nugroho, seniman Indonesia yang sempat membuat heboh fashion internasional karena mendesain scarft untuk brand fashion Internasional ternama, Louis Vuitton (LV) di Paris.
Jauh sebelum mendesign untuk Louis Vuitton, Eko beserta rekan-rekannya di Yogyakarta sudah merintis Wayang Bocor, sebuah pertunjukan yang memadukan unsur tradisi dalam pertunjukan wayang kontemporer yang pastinya secara visual pasti sangat bagus.
Wayang Bocor dimulai sejak tahun 2008 dan merupakan proyek penciptaan karya pertunjukan wayang kontemporer yang terinsipirasi dari wayang kulit tradisional.
Proyek ide kreatif dari Eko Nugroho ini melibatkan para seniman mulai dari penulis naskah, sutradara, manajer produksi, penata lampu, sampai penata musik yang memadukan unsur tradisi dalam pertunjukan wayang kontemporer sehingga menghasilkan pertunjukan yang baru dan segar.
Dalam setiap pertunjukannya, Wayang Bocor selalu menghadirkan cerita-cerita sederhana yang berlangsung di masyarakat, seperti cerita Dimisscall leluhur yang dibawakan di Galeri Indonesia Kaya yang bercerita tentang sebuah desa dimana terdapat pohon tua yang tiba-tiba berpenghuni dan warga desapun gempar. Kejadian-kejadian aneh menghantui kehidupan sehari-hari mereka hingga suatu saat seorang anak remaja hilang tanpa jejak.
Lalu siapakah sesungguhnya sosok misterius yang menghuni pohon tua tersebut? Dan apa hubungan dia dengan hilangnya seorang anak remaja?
Pada pertunjukan Wayang Bocor, pakem pertunjukan sebuah wayang tradisi tetap dihadirkan yaitu permainan wayang dalam bayangan dengan menggunakan kelir dan sorot lampu.
Namun dalam kehadirannya, tokoh wayang sudah tidak lagi menggunakan tokoh-tokoh dalam wayang tradisi. Figur-figur yang diciptakan atas sensitivitas imajinasi Eko Nugroho dalam karyanya yang berbentuk lukisan, patung, drawing, bordir, dan animasi. Kelir yang dihadirkan di panggung juga bisa lebih dari satu dengan berbagai macam bentuk.
Lampu tidak hanya hadir sebagai pembuat bayangan atas wayang, namun juga menjadi elemen penting yang menciptakan suasana dari peristiwa. Sedangkan dalam musik, bunyi gamelan sebagai musik utama pengiring wayang dalam wayang tradisional tetap dapat didengarkan dan dinikmati melalui musik digital.
Elemen baru yang dicobakan sebagai bagian dari eksplorasi adalah kehadiran para aktor di panggung yang bermain di depan kelir, kadang juga berperan seperti wayang yang hadir sebagai bayangan, dan juga berkolaborasi dengan wayang itu sendiri ataupun yang memainkan wayang-wayang tersebut.
Elemen terakhir yang dimunculkan adalah narator sebagai pengganti dalang yang berfungsi untuk membawakan cerita layaknya dalang.
"Kami sangat bangga bisa ikut meramaikan perayaan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya yang tanpa henti tetap mendukung para seniman dalam berekspresi dan berkarya sesuai dengan idealismenya. Melalui pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya ini, Wayang Bocor semakin dikenal publik dan ide ini bisa terus digulirkan secara rutin. Semoga para penonton mampu menikmati pertunjukan yang segar dan sederhana, juga cerita yang ringan namun sarat dengan makna,” tukas Eko Nugroho kepada merahputih.
Sementara secara terpisah Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menyampaikan kesan terhadap pertunjukan Wayang Bocor.
“Kami berterima kasih kepada masyarakat atas dukungan dan antusiasnya memenuhi ruang publik ini. Antusiasme ini menunjukkan optimisme terhadap pelestarian budaya oleh semua pihak. Wayang Bocor juga selalu mengangkat cerita yang dekat dengan kehidupan masyarakat kita sehingga pementasan ini patut untuk dinantikan,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. (man)
Baca Juga:
- Mengenal Tari Topeng Malangan, Wisata Budaya Malang yang Hampir Punah
- Menengok Situs Budaya Moraya yang Rusak Tak Terurus
- Parade Budaya di Festival Senggigi 2015
- Tari Beskalan, Wisata Budaya di Malang untuk Ritual Hingga Sambutan Selamat Datang
- Mengenal Tari Tebe yang Dijadikan Simbol Kebahagiaan Masyarakat Belu