Rupiah Tergerus Rp13.563 per Dolar AS


Petugas menerawang mata uang rupiah pecahan Rp100.000 di tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10). (Foto Antara/M Agung Rajasa)
MerahPutih Keuangan - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kembali melemah. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah terdepresiasi 29 poin dibandingkan sebelumnya.
Data Bank Indonesia (BI) menempatkan Jisdor di level Rp13.563 per dolar AS, atau melemah 29 poin atau 0,21 persen dibandingkan kurs sebelumnya.
Menurut data Bloomberg, rupiah terpantau di level Rp13.541 per dollar AS sedangkan data Yahoo Finance, rupiah berada di posisi Rp13.540 per dollar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan nilai tukar rupiah masih terpengaruh oleh data inflasi inti Amerika Serikat yang naik.
Kondisi itu mendorong dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.
"Kondisi perekonomian domestik yang relatif masih positif sedikit tertutupi oleh sentimen dari eksternal sehingga rupiah mengalami tekanan," kata Reza dalam siaran persnya, Senin (19/10).
Data ekonomi AS mulai membaik sehingga pelaku pasar uang mulai melepas rupiah dan beralih ke dolar AS. Terlebih, laju rupiah mulai melambat setelah beberapa hari menguat signifikan. Hal ini membuat para pelaku pasar uang berpikir penguatan rupiah tidak lagi sekencang beberapa waktu lalu.
Namun begitu, pelaku pasar masih menunggu realisasi Paket Kebijakan Ekonomi IV yang dilansir Rabu (14/10) pekan lalu. Selain itu, BI telah menetapkan BI Rate tetap 7.5 persen. Ditambah harga komoditas mulai naik, pelaku pasar uang berharap rupiah tidak tertekan lebih dalam.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra secara terpisah menyatakan perekonomian Tiongkok yang mulai berekspansi pada kuartal ketiga diharapkan dapat berdampak ke perekonomian negara di kawasan Asia.
Ia menyampaikan produk domestik bruto Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen pada kuartal ketiga. Namun, itu masih berada di laju kuartalan paling lambat sejak peridoe tiga bulan 2009, berdasarkan data yang dikeluarkan sebelumnya.
Ariston Tjendra mengatakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi mengalami penguatan kembali menyusul adanya harapan positif dari paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan.
"Melalui paket kebijakan itu diharapkan perekonomian Indonesia tumbuh lebih baik ke depannya," katanya. (Luh)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu

Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang

Langkah BI Stabilkan Rupiah di Tengah Ketegangan Aksi Demo

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

Kebijakan Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melemah, Tarif Trump Bakal Dorong Inflasi

Sri Mulyani Akui Rupiah Terkena Imbas Kebijakan Tarif Trump, Fundamental Diklaim Kuat

Sepekan Terakhir, Modal Asing Rp 2,36 Triliun Bersih Masuk Indonesia Dorong Rupiah Menguat Tipis

Penguatan Rupiah Bakal Didorong Isu Suku Bunga

Tekanan Trump ke Bank Sentral Amerika Bikin Rupiah Menguat

DPR Puji Langkah Taktis BI Hingga Rupiah Kokoh di Level Rp16.700, Pasar Keuangan Aman Terkendali
