Pesantren Ajarkan Radikalisme Tak Pantas Ada di Indonesia
Ilustrasi Teror Peledakan (MerahPutih/Alfi Rahmadhani)
MerahPutih Nasional - Pesantren yang mengajarkan paham radikalisme adalah pesantren keblinger. Pesantren seperti ini tidak boleh ada di Indonesia. Apalagi pesantren didirikan bukan untuk mengajarkan kekerasan, tapi untuk mengajarkan Islam yang indah dan damai.
"Meski jumlahnya tidak banyak, pesantren yang mengajarkan radikalisme itu telah keblinger dan tidak sesuai dengan cita-cita pendirian awal pesantren oleh para ulama dan wali yaitu mengajarkan Islam indah, lembut, dan menyejukkan. Makanya bisa dilakukan penelitian ulama dari pesantren, Insya Allah tidak akan tergiur untuk melakukan kekerasan karena memang tidak memungkinan melakukan kekerasan di pesantren," papar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail seperti siaran pers yang diterima MerahPutih.com, Jumat (05/2).
Ahmad Satori Ismail sendiri juga dikenal sebagai pengasuh beberapa pondok pesantren antara lain, Pesantren Al-Hasan di Bekasi (Jawa Barat), Pesantren Khusnul Khotimah di Kuningan (Jawa Barat), Pesantren Al-Himmah dan Pesantren Al-Bayyan di Cirebon (Jawa Barat), serta Pesantren Bani Abdillah Al-Khairiyyah di Banten. Saat ini, ia juga menjadi Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi).
Menurutnya, pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait lainnya harus benar-benar mencermati keberadaan pondok pesantren yang melenceng dari konsep pendiriannya tersebut. Selain mencoreng citra pondok pesantren, mereka juga telah melakukan pelanggaran. Apalagi mereka berencana mendirikan negara sendiri atau tindakan-tindakan lain yang mengancam kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Islam itu indah, Al Quran juga indah, Rasulullah juga indah, para sahabat indah, maka kalau orang mengaku Islam tapi berbuat kasar, apalagi membunuh, maka jelas itu bukan Islam. Seperti ISIS yang menyembelih orang, menyerang negara lain tapi gak berani menyerang Israel, apa itu? Kalau ada ISIS yang katanya ingin ke Indonesia atau orang Indonesia bergabung ke ISIS untuk melakukan tindakan merusak, itu bukan watak Islam. Al Quran menyuruh kita untuk membangun dan memperbaiki umat manusia, tidak ada satu pun perintah untuk kekerasan," papar Satori.
Ia menjelaskan, pesantren adalah lembaga yang sejak dulu didirikan oleh walisongo dan pejuang Islam dengan tujuan utama mengajarkan agama Islam dari tingkat dasar sampai tinggi. Dan itu selalu dipelihara dengan baik karena pesantren selalu mencerminkan keindahan Islam itu sendiri. Bahkan saat perang kemerdekaan, banyak pejuang lahir dari pesantren untuk memerdekakan bangsa.
"Fungsi pesantren sangat luar biasa dan itu sudah berlangsung berabad-abad. Sekarang ribuan pesantren besar dan kecil tetap mengajarkan Islam yang indah dan damai. Tak salah pesantren identik dengan tempat lahirnya ulama-ulama besar," imbuh Satori.
Terkait pesantren yang menyimpang dengan mengajarkan paham radikalisme, Satori menganjurkan agar pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) lebih masif lagi menggelar sosialisasi tentang paham radikalisme dan terorisme di lingkungan pesantren. Itu penting karena memang tidak ada tempat radikalisme dan terorisme di pesantren.
"Kita perlu terus membentengi pesantren dari pengaruh paham-paham tersebut. Artinya dialog dan sosialisasi pencegahan terorisme harus dimasifkan agar para santri memahami bahwa sekarang ada kelompok yang ingin mengadu domba Islam. Juga pentingnya tetap fokus mengamalkan Islam yang indah dan lembut," ungkapnya.
Hal senada juga diutarakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Salahudin Wahid atau Gus Solah. Adik kandang mantan Ketua Umum PBNU Gus Dur ini, mengungkapkan, pesantren yang terindikasi radikalisme di Indonesia memang ada. "Tapi saya tidak tahu jumlah pastinya," kata Gus Solah.
Menurut Gus Solah, seharusnya pesantren itu tidak boleh bersentuhan dengan hal-hal berbau radikalisme dan terorisme. Selama sekian abad pesantren memberi ilmu dan pemahaman keagamaan yang tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil). Pesantren hampir sebagian besar berorientasi kepada NU yang punya nasionalisme tinggi karena perjalanan sejarah bangsa kita yang panjang.
Baca juga:
- Ideologi Pancasila Mampu Selamatkan Generasi Muda dari 'Racun' Terorisme
- Jokowi: Warga Tidak Pernah Takut Melawan Terorisme
- Indonesia Tidak Bisa Diintimidasi oleh Terorisme
- Indonesia Tunjukkan Keberanian Melawan Terorisme
- Imam Nahrawi Dorong Pihak Berwajib Tumpas Pelaku Terorisme
Bagikan
Berita Terkait
Densus 88 Ungkap Fakta Baru Kasus Ledakan SMAN 72, Pelaku Kerap Akses Situs Darknet
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat
Ledakan Terjadi SMAN 72 Jakarta Belum Terindikasi Aksi Terorisme
Pesantren SAQJ Situbondo Libur Sepekan Pascainsiden Atap Asrama Ambruk Tewaskan Santriwati
Polisi Mulai Terpapar Radikalisme, As SDM Kapolri Waspadai Fenomena Polisi Cinta Sunah
Semangat Resolusi Jihad Kembali Dipompa Presiden Prabowo Melalui Pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren
Wapres Gibran Bawa Kabar Gembira! Prabowo Beri Kado Istimewa yang Bikin Santri Full Senyum, Apa Ya?
Hari Santri Momentum Menyalakan Jihad Ilmu dan Pengabdian Sosial
Hari Santri 2025: Cak Imin Ajak Santri Menerobos Belenggu Keterbatasan