Penjelasan Azyumardi Azra Terkait Wacana Islam Nusantara


Azyumardi Azra, intelektual Muslim paparkan pandangannya terkait Islam Nusantara (Foto: fdi.uinjkt.ac.id)
MerahPutih Nasional - Lahirnya wacana Islam Nusantara tak terlepas dari efek kekerasan yang mengatasnamakan Islam yang beberapa dasawarsa ini melanda dunia internasional.
Sebut saja sejumlah pemboman dan pembunuhan yang berdalih membela Islam, muncul pemberontakan radikalis Islam di beberapa negara dan terakhir muncul ke permukaan kekejaman ISIS yang dengan kencang memproklamirkan Negara Islam.
Fenomena kekerasan yang mengatasnamakan Islam ini, tentu saja menimbulkan banyak efek negatif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Muncul Islamofobia di sejumlah negara Eropa, stigma teroris bagi orang Muslim, hingga kekerasan terhadap minoritas Muslim mendera beberapa belahan dunia.
Disisi lain, di negara-negara Islam Asia Tenggara, khususnya Indonesia, kehidupan umat Muslim menampilkan panorama yang santun, damai, toleran, dan menghargai perbedaan perlu ditransformasikan guna menghilangkan stiqma kekerasan atas nama Islam, yang kian melekat di mata dunia internasional.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu gagasan yang tekstual dan kontekstual untuk menangkal gerakan radikal mengatasnamakan Islam.
Azyumardi Azra, seorang intelektual Muslim ternama mengatakan Islam Nusantara bukanlah nama yang baru muncul, Islam Nusantara mengacu kepada gugusan kepulauan yang mencakup Malaysia, Pattani Thailand, Moro Filipina, Singapura dan Brunai, atau sering juga disebut Islam Asia Tenggara.
Lantas, apa yang membedakan Islam Nusantara dan Islam yang ada di Timur Tengah atau Saudi Arabia?
Menurut Azyumardi Azra, seperti yang dikutip merahputih.com dari beberapa sumber terpercaya, menyebutkan doktrin Tauhid Islam Nusantara tidak berbeda dengan mayoritas Muslim ahlusunnah wal jamaah di dunia, meyakini doktrin Rukun Iman dan Rukun Islam secara utuh. Namun, pada sebagian praktek ibadah, dipengaruhi kebudayaan lokal, dan tasawuf seperti perayaan maulid nabi, walimatul ars, tahlilan dan lainnya.
Singkatnya, Islam Nusantara sangat terpengaruh sejumlah tokoh pemikir Islam pertengahan. Seperti pemikiran kalam (teologi) Asy'ariyah, fiqih Syafi'i, tasawuf sunni al-Ghazali, dan praktek tokoh sufi seperti Abdul Qodir Jailani.
Berbeda dengan Islam Timur Tengah atau Saudi Arabia, yang cenderung saklek dan kaku, sebab hanya memiliki dua tokoh sentral pemikir. Seperti kalam (teologi) Salafi-Wahabi dan Fiqh Hambali, yang cenderung sangat tekstual.
"Makanya tak heran jika aliran ini dengan mudah mengkafirkan umat Islam lainnya, dan menganggap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah bid'ah," katanya.
Selain itu, aliran ini sama sekali tidak mengakui adanya aliran tasawuf yang banyak dipraktekkan di Indonesia, bahkan dunia Islam pada umumnya.(fdi)
Baca Juga:
Habib Rizieq : Islam Nusantara No, Islamkan Nusantara Yes
Rhoma Irama Tolak Islam Nusantara
Quraish Shihab Setuju Islam Nusantara
FPI: Islam Nusantara Agenda Liberal Yahudi
Bagikan
Berita Terkait
Ketum Muhammadiyah: Rangkaian Ibadah Idul Adha Media Kikis Sifat Kebinatangan Manusia

3 Panduan Dasar Cara Cek Arah Kiblat Saat Istiwa A’zam 27-28 Mei

Matahari Tepat di Atas Kabah, Jangan Lupa Cek Akurasi Arah Kiblat 27 dan 28 Mei

Membangun Harmoni dan Persaudaraan Kebangsaan, Begini Seruan MUI untuk Kolaborasi Lintas Sektor Melawan Islamofobia dan Menjaga Integrasi Nasional

Marak Hasutan Provokasi, Ketum Walisongo: Jangan Sampai Terprovokasi Adu Domba Oknum Tak Bertanggungjawab

Umat Islam Diminta Jaga Persatuan di Momentum Lebaran, Jangan Terprovokasi Hasutan Memecah Belah

Muhammadiyah Masuk 4 Besar Ormas Terkaya di Dunia, Ini Deretan Asetnya yang Mencapai Rp 460 Triliun

Umat Muslim Laksanakan Salat Jum'at Pertama Bulan Suci Ramadan 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal Jakarta

Kemenag Buka Kesempatan bagi Generasi Muda Belajar Ilmu Hisab

Kalender Jawa Februari 2025: Lengkap dengan Weton, Pasaran, serta Tanggal Islam
