Pengamat: Persepsi Publik kepada Ahok Mulai Menurun


Diskusi "Jakarta di Tangan Ahok" di Bakoel Coffe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (15/9). (Foto: MerahPutih/John Abimanyu)
MerahPutih Megapolitan - Pengamat politik Ubaidillah Badrun melihat, beberapa bulan terakhir ini, sejumlah perilaku Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menunjukkan citra yang negatif.
Ubaidillah mengatakan, kemampuan Ahok merangkul partai-partai, inkonsistensinya, pindah haluan dari independen ke partai membuat publik berpikir ternyata Ahok tidak sekonsisten seperti yang dibayangkan selama ini.
"Kedua resitensi publik di Jakarta juga mulai meningkat. Tidak hanya kelompok-kelompok organisasi keagamaan yang menolak, tapi juga kelompok nasionalis. Mereka meminta Mega (Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri) tidak mencalonkan Ahok," ujar Ubaidillah saat ditemui usai diskusi "Jakarta di Tangan Ahok" di Bakoel Coffe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (15/9).
Ubaidillah menambahkan, alasannya cukup rasional, Ahok itu bukan anggota parpol. Kedua, pemenang pemilu legislatif di DKI adalah PDIP.
"Jadi yang layak untuk menjadi gubernur DKI adalah kader PDIP. Fakta-fakta ini yang membuat persepsi publik kepada Ahok mulai menurun," tuturnya.
Elektabilitas Ahok kemudian mengalami penurunan. Kedua alasan ini menjadi kritik yang tajam buat Ahok untuk berpikir. Publik saat ini mulai kritis kepada Ahok dan publik mulai tidak menerima Ahok.
"Ketiga, secara politik Jakarta punya dua kekuatan besar yang bisa dipadukan yakni PDIP dan Gerindra. Argumentasinya, kita ingin pemerintahan yang efektif, menghadirkan rezim yang efektif dan menghadirkan Jakarta yang maju, kota beradab disandingkan dengan kota-kota besar di dunia. Butuh pemerintah yang bekerja efektif. Salah satunya adalah dukungan parlemen. Faktanya, PDIP dan Gerindra adalah dua parpol yang menguasai Jakarta," tandasnya. (Abi)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Ketua DPD Golkar Sumut Ambil Formulir Cagub Dari PDIP
