Pemimpin-Ulama Bersatu, Solusi Kikis Terorisme di Indonesia

Luhung SaptoLuhung Sapto - Jumat, 05 Agustus 2016
Pemimpin-Ulama Bersatu, Solusi Kikis Terorisme di Indonesia

Presiden Joko Widodo (kanan) saat membuka MTQ Nasional ke-26 di Mataram, NTB, Sabtu (30/7). (Foto: Setkab)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional - Terorisme adalah momok yang mengancam kedamaian dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu terorisme harus dikikis dari Bumi Nusantara. Bersatunya pemimpin dan alat negara dengan ulama menjadi solusi terbaik mengikis terorisme.

"Kami menyambut dengan baik upaya pemerintah yang terus melibatkan berbagai elemen masyarakat, terutama ulama dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Kita memang harus bersinergi dalam memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya," ujar Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini di Jakarta, Jumat (5/8).

Selama ini, ulama Indonesia, terutama dari NU selalu proaktif dalam membantu program penanggulangan terorisme yang digalang pemerintah melalui, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurutnya, peran ulama dengan dukungan pemerintah, akan berperan besar dalam pencegahan terorisme, terutama untuk memberikan pemahaman yang benar tentang Islam rahmatan lil alamin.

Seperti diketahui, pelaku terorisme selalu menjadikan islam sebagai 'kendaraan' mereka melakukan aksi kekerasan. Pemahaman yang salah tentang jihad, serta ideologi takfiri dijadikan pembenaran dalam melancarkan tindakannya. 

Menurut Helmy, memang ada perbedaan peran para ulama di Indonesia dengan negara-negara lain. Di Indonesia, ulama mempunyai dua fungsi yaitu pengembangan pendidikan keagamaan dan memberikan peringatan untuk mengajak umat mengajarkan kedamaian. Artinya ulama bisa memegang peran sebagai pemersatu umat.

“Di negara lain termasuk di negara timur tengah peran ulama itu hanya melakukan pendidikan agama saja. Jadi ketika ada konflik antar warga, para ulama di luar negeri itu tidak bisa mendamaikan. Berbeda dengan Indonesia yang bisa dikatakan hampir setiap hari ada konflik antar warga. Disitu para ulama kita juga turun tangan untuk melerai dan mendamaikan,” ujar pria kelahiran Cirebon, 1 Agustus 1972 ini.

Tak salah bila banyak negara yang ingin mengekspor peran ulama Indonesia ke negaranya masing-masing. Hal itu didasarkan fakta semakin suburnya gerakan radikalisme dan terorisme yang mengusung konsep keagamaan, terutama islam, seperti keberadaan kelompok militan ISIS yang akhir-akhir ini banyak menebar teror di Eropa, Timur Tengah, bahkan di Indonesia.

“Ancaman mereka sangat nyata sehingga tidak hanya pemerintah dan ulama saja yang bersatu dan bersinergi, tapi seluruh elemen masyarakat harus ikut berperan untuk memerangi mereka. Contohnya serangkai teror bom di bulan Ramadhan dan Idul Fitri kemarin. Itu tidak mungkin tidak direncanakan. Tahun ini kita sudah merasakan dengan adanya teror bom di Jalan Thamrin dan Mapolresta Surakarta.

Helmy menilai, potensi radikalisme dan terorisme ini harus dikikis sampai akarnya. Ia khawatir bila benih-benih radikalisme dan terorisme ini tidak cepat diatasi, Indonesia akan mengalami ancaman yang lebih besar. Ia mencontohkan ada suatu ormas yang jelas menolak NKRI dan Pancasila. Ironisnya, ormas tersebut masih belum diambil tindakan.

"Mereka jelas menyebut produk dari Proklamasi telah melahirkan thogut-thogut dan melahirkan kita-kita yang dianggap telah keluar dari ajaran islam dan mereka sebut kafir," ungkap Helmy.

Helmy menjelaskan, NKRI itu lahir dari konsensus dan kesepakatan seluruh elemen bangsa Indonesia melalui pendekatan dan pandangan agama. Dan dalam ajaran islam disebutkan bahwa bermusyawarah dengan antar sesama untuk menghasilkan permusyawaratan dalam suatu konsensus. Dengan demikian, konsensus NKRI ini harus ditaati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Begitu juga dengan NU yang menjadi salah satu ormas terpenting dalam pendirian NKRI, dari awal hormat dan taat pada Pancasila yang menjadi pendangan keagamaan. "Karena kita ulul amri minkum yakni taat pada pemimpin yang kita sepakati. Kalau mereka tidak mengakui, berarti mereka tidak mengakui konsensus. Itu artinya mereka melawan NKRI," tukas Helmy. 

Helmy menolak anggapan masih terjadinya aksi bom di Indonesia karena islam masih lemah pada tataran praktis atau kecolongan, meski mayoritas umat islam di Indonesia, baik itu NU maupun Muhammadiyah berpegang pada islam moderat.

“Ini bukan semata-mata NU atau Muhammadiyah kecolongan dengan pemikiran Islam yang moderat yang selama ini kita dengungkan. Ini tugas semua pihak untuk selalu mengajarkan kedamaian. Negara yang pengamananya sudah maksimal seperti Prancis, Amerika saja juga kecolongan. Negara mana di dunia ini yang intelejennya maju tidak kecolongan? Jadi kecolongan menurut saya karena belum menjadi tugas bagi semua pihak termasuk masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, DR. Zubair Mag mengatakan bahwa beberapa pihak menganggap negara kita itu kafir karena dasar negaranya bukan Al Quran dan Hadist-hadist . “Padahal kita tahu bahwa dasar nagara kita yaitu Pancasila adalah kesepakatan atau rumusan yang dibuat oleh para ulama Indonesia sendiri,“ kata Zubair. 

Menurutnya, pihak-pihak yang menginginkan negara Islam dan mengkafir-kafirkan bangsanya sendiri adalah pihak yang tidak paham sejarah. “Mereka menganut paham yang lahir di luar Indonesia dan dipaksa berkembang di negari ini. Umat Islam sendiri kok yang mendirikan negara Indonesa ini sehingga dasar negara kita sebenarnya adalah konsep Islam yang bisa diterima oleh semua pihak di Indonesia,” jelas Zubair.

BACA JUGA:

  1. Sinergi Ulama dan Umaro Memperkuat Pencegahan Terorisme
  2. Ahmad Syafii Maarif: Klaim Teroris Santoso Mati Syahid Salah Besar
  3. Penanggulangan Terorisme Harus dari Akarnya
  4. Pengamat: Klaim Santoso Mati Syahid Bentuk Perang Opini
  5. Ulama ASEAN Waspadai Ancaman ISIS di Asia Tenggara

 

#Nahdlatul Ulama #BNPT #Islam #Terorisme
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
Pakar Ungkap Dua Kunci Kerentanan Anak di Ruang Digital yang Bisa Dimanfaatkan Jaringan Terorisme
Proses perekrutan seringkali dimulai dari aktivitas permainan yang terkesan normal
Angga Yudha Pratama - Selasa, 25 November 2025
Pakar Ungkap Dua Kunci Kerentanan Anak di Ruang Digital yang Bisa Dimanfaatkan Jaringan Terorisme
Indonesia
Polisi Dalami Pola Perekrutan Anak di Game Online Buat Aksi Terorisme
Sigit menjelaskan, temuan tersebut bermula dari aktivitas anak-anak dalam kelompok komunitas yang tumbuh dari hobi.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 21 November 2025
Polisi Dalami Pola Perekrutan Anak di Game Online Buat Aksi Terorisme
Indonesia
Polisi Bongkar Sindikat Teroris ‘ISIS’ Perekrut Anak-Anak, Lakukan Propaganda via Gim Online sampai Medsos
Para tersangka itu merekrut anak dan pelajar dengan memanfaatkan ruang digital, mulai dari media sosial, gim online, aplikasi pesan hingga situs tertutup.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Polisi Bongkar Sindikat Teroris ‘ISIS’ Perekrut Anak-Anak, Lakukan Propaganda via Gim Online sampai Medsos
Berita Foto
Densus 88 Polri Ungkap Kasus Teroris Rekrut Anak-anak dari Media Sosial dan Game Online
Konferensi pers penanganan rekrutmen secara online terhadap anak-anak oleh kelompok teroris di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 18 November 2025
Densus 88 Polri Ungkap Kasus Teroris Rekrut Anak-anak dari Media Sosial dan Game Online
Indonesia
110 Anak Diduga Direkrut Teroris, Gunakan Video Pendek, Animasi, Meme, dan Musik Propaganda
Anak itu direkrut melalui modus penyebaran, propaganda dilakukan secara bertahap lewat media sosial hingga game online.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 18 November 2025
110 Anak Diduga Direkrut Teroris, Gunakan Video Pendek, Animasi, Meme, dan Musik Propaganda
Indonesia
Densus 88 Ungkap Fakta Baru Kasus Ledakan SMAN 72, Pelaku Kerap Akses Situs Darknet
Densus 88 mengungkap pelaku ledakan SMAN 72 kerap mengakses situs darknet dan merakit sendiri bahan peledak. 96 orang luka-luka dalam peristiwa itu.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 11 November 2025
Densus 88 Ungkap Fakta Baru Kasus Ledakan SMAN 72, Pelaku Kerap Akses Situs Darknet
Indonesia
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
Uji Lab Puslabfor akan memastikan serbuk tersebut, sementara motif bullying santer jadi dugaan penyebab aksi ini
Angga Yudha Pratama - Minggu, 09 November 2025
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
Indonesia
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat
Terduga pelaku ledakan SMAN 72 Kelapa Gading, yang berstatus ABH dan diduga korban bullying, telah dioperasi karena luka berat di kepala dan dirawat intensif di ICU
Angga Yudha Pratama - Minggu, 09 November 2025
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat
Indonesia
Ledakan Terjadi SMAN 72 Jakarta Belum Terindikasi Aksi Terorisme
Polri bersama dengan TNI masih mendalami insiden ledakan dalam bangunan SMAN 72 Jakarta yang berada di dalam Kompleks TNI AL, Jakarta, Jumat siang.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 07 November 2025
Ledakan Terjadi SMAN 72 Jakarta Belum Terindikasi Aksi Terorisme
Indonesia
DMI Kecam Peristiwa Tragis Pemuda Musafir Dikeroyok dan Meninggal Saat Mau Istirahat di Masjid
DMI mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan menindak tegas seluruh pelaku sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 04 November 2025
DMI Kecam Peristiwa Tragis Pemuda Musafir Dikeroyok dan Meninggal Saat Mau Istirahat di Masjid
Bagikan