Menkeu: Nilai Tukar Rupiah Masih Terkendali


Petugas sedang menghitung pecahan uang dolar Amerika di Jakarta, Jumat (5/6). (Foto Antara/Puspa Perwitasari)
MerahPutih, Keuangan-Perekonomian Indonesia menghadapi tantangan yang cukup kompleks, baik dari sisi eksternal maupun domestik. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Demikian kesimpulan Rapat Koordinasi BI bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang dilaksanakan hari ini, 4 Agustus 2015.
Rakor BI dan Pemerintah dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menko Maritim Indroyono Soesilo, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, dan Menteri ESDM Sudirman Said.
Perekonomian Indonesia saat ini menghadapi tantangan eksternal yang bersumber dari pertumbuhan ekonomi global yang lebih melambat dibandingkan prakiraan semula, harga komoditas ekspor yang masih terus menurun, serta potensi gejolak di pasar keuangan global yang masih tinggi. Dari sisi domestik, tantangan bersumber dari realisasi stimulus fiskal yang masih belum secepat perkiraan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, volatilitas pasar keuangan domestik yang cukup tinggi, serta beberapa kendala struktural lainnya yang masih mengemuka.
"Pemerintah dan Bank Indonesia pada hari ini sepakat untuk terus memperkuat jalinan koordinasi kebijakan melalui bauran kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural, untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Direktur Eksekutif?? Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara di Jakarta, Selasa (4/8).
Rapat koordinasi menyepakati bahwa, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan menurun dan berada pada tingkat yang lebih sehat. "Nilai tukar Rupiah meskipun mengalami tekanan sejalan dengan mata uang dunia lainnya, namun dengan fluktuasi yang tetap terkendali," lanjutnya.
Pemerintah terus meningkatkan stimulus fiskal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat reformasi struktural untuk memperkuat fundamental perekonomian. Peningkatkan stimulus fiskal dilakukan melalui berbagai kebijakan untuk mengoptimalkan penyerapan belanja, baik Pusat dan Daerah. Stimulus kebijakan fiskal, baik pusat dan daerah, akan terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan multiplier effect (dampak pengganda) pada kegiatan ekonomi yang sedang menurun. Hal ini merupakan kunci dalam meningkatkan keyakinan pelaku ekonomi dan memacu kembali pertumbuhan ekonomi.
Tirta menambahkan kebijakan reformasi struktural ditempuh melalui percepatan pembangunan infrastuktur, konsistensi reformasi subsidi energi, jaring pengaman sosial, peningkatan kapabilitas industrial dan nilai tambah ekspor, serta pendalaman pasar keuangan.
"Bank Indonesia dan Pemerintah berkomitmen untuk menempuh bauran kebijakan makroekonomi nasional, sesuai dengan kewenangannya masing-masing," katanya. (Luh)
Baca Juga:
Rupiah Melemah Jadi Peluang Tingkatkan Ekspor
Ekspor ke Tiongkok Menurun Picu Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Bagikan
Berita Terkait
Menilik Nilai Tukar Rupiah Hampir Rp 16.500 Per Dollar AS

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Meningkat

Rupiah dan IHSG Kompak Melemah
