Menengok Sejarah Cina Benteng di Tangerang


Di tempat ini, yaitu antara Robinson dan Masjid Jami Kali Pasir, dipercaya oleh masyarakat, dahulunya benteng pertahanan Belanda, untuk menjaga wilayah perbatasan Banten&Batavia. (MP/widi Hatmoko)
MerahPutih Budaya – Bicara soal komunitas Cina Benteng, tidak terlepas dari sejarah masuknya warga Tiong Hoa di wilayah Tangerang. Berdasarkan sumber dari salah seorang Budayawan Tiong Hoa Tangerang, Oey Tjin Eng, masuknya warga Tiong Hoa di Tangerang diperkirakan sekitar tahun 1407, yaitu ketika rombongan Chen Ci Lung atau Ha Lung terdampar di Teluknaga, salah satu daerah pesisir utara wilayah
Tangerang. (saat ini menjadi salah satu nama kecamatan di wilayah Kabupaten Tangerang-red).
Pada waktu itu, menurut Oey Tjin Eng, wilayah tersebut merupakan wilayah kekuasaan Sang Hyang Anggalarang dari Kerajaan Pajajaran. Terdamparnya Chen Ci Lung atau Ha Lung ini, diikuti juga oleh 9 orang gadis cantik. Yang kemudian, 9 gadis cantik tersebut diperistri oleh 9 prajurit Anggalarang, dengan konvensasi, Chen Ci Lung atau Ha Lung diberi sebidang tanah. Dan, Chen Ci Lung pun menikah dengan wanita lokal.
"Dari perkawinan-perkawinan tersebut, munculah apa yang dinamakan peranakan," kata Oey Tjin Eng kepada merahputih.com, di Sekretarian Bon Tek Bio, Kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, Kamis (22/09).
Berkembangnya warga peranakan ini, kata Oey Tjin Eng, meluas sampai wilayah Pangkalan (salah satu tempat di sekitar wilayah Teluknaga-red), yang pada akhirnya banyak bermukim di sekitar pinggiran Kali Cisadane, di sekitar wilayah Kali Pasir (Pasar Lama Kota Tangerang-red). Seiring perkembangannya, wilayah ini menjadi pusat perdagangan warga Tiong Hoa peranakan.
Oey Tjin Eng juga mengungkapkan, di sekitar tempat ini, tepatnya antara Masjid Jami Kali Pasir sampai dengan Robinson, terdapat benteng pertahan Belanda. Karena benteng tersebut dibuat oleh orang-orang yang berasal dari Makasar, benteng tersebut dikenal dengan nama Benteng
Makasar. Dari situlah, warga Tiong Hoa peranakan di Tangerang terkenal dengan sebutan Cina Benteng. Karena banyak bermukim di sekitar benteng.
"Benteng itu bisa dikatakan sebagai batas pertahanan Belanda waktu itu. Wilayah di seberang benteng, atau seberang kali ke sana, itu
wilayah Banten. Dan, seberang sini, itu wilayah Batavia, yang saat itu wilayah kekuasaan kolonial Belanda," tandasnya. (Wid)
BACA JUGA:
- Pintu Air Sepuluh “Sangego” Sumber Kehidupan Masyarakat Tangerang
- Tari Cukin Kreasi Empat Budaya di Tangerang
- Pemkab Tangerang Usulkan Raperda Pengelolaan Cagar Budaya
- Tangerang Dibangun dari Empat Akar Budaya Berbeda
- Seren Taun Kasepuhan Banten Kidul Resmi Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda
Bagikan
Berita Terkait
Banjir di Sebagian Besar Pemukiman dan Jalan Umum di Kota Tangerang Berangsur Surut

Gara-Gara BMKG, Status Siaga Bencana Hidrometeorologi Tangerang Diperpanjang Sampai Maret

Banjir Kota Tangerang Terjadi di Lima Titik, Evakuasi Dilakukan

Menilik Tandon Ciater, Waduk Wisata yang jadi Resapan Air di Tangsel

Bantah Isu 30 Orang Tewas, Polisi Beberkan Akibat dari Aksi Ugal Ugalan Sopir Kontainer

Polisi Sebut Tidak Ada Korban Meninggal dari Peristiwa Truk Ugal-ugalan di Tangerang

Wajah Pertumbuhan Tangerang Raya yang Bakal Jadi New Greater Jakarta

Cegah Pelecehan Seksual Anak Asuh, Panti Asuhan di Tangerang Didata Ulang

Akses Peringatan Dini Banjir Kota Tangerang Lewat Aplikasi Pos Duga TMA

Pemkot Tangerang Buka Kelas Penulis Skenario Film Gratis
