Mengupas Kisah Miris Mantan Atlet Taekwondo dari Papua

Eddy FloEddy Flo - Jumat, 16 Oktober 2015
Mengupas Kisah Miris Mantan Atlet Taekwondo dari Papua

Mantan atlet Taekwondo berprestasi asal Papua, Abdul Rozak (baju kuning) saat berfoto bersama dengan anak didiknya. (foto: Youtube)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Olahraga - Seperti kata pepatah, 'Habis Manis Sepah Dibuang', hal itu-lah yang dialami oleh sejumlah mantan-mantan atlet Indonesia selepas pensiun.

Padahal sebelumnya, atlet-atlet ini pernah mengharumkan nama bangsa di mata dunia saat melakoni kejuaraan-kejuaraan internasional di berbagai negara.

Namun, setelah mereka pensiun pemerintah tidak pernah melihat para pejuang itu 'ada'. Bahkan, kebanyakan para mantan atlet ini hidupnya terantar usai pensiun, sehingga banyak dari mereka melakukan apa saja untuk bisa menyambung hidup.

Hal ini pun dialami oleh Abdul Rozak. Mungkin nama Addul Rozak tidak terkenal seperti mantan-mantan atlet lainnya. Namun, siapa sangka mantan atlet asal Papua ini pernah meraih emas di Asian Games 1986, Seoul, Korea Selatan cabang olahraga (cabor) Taekwondo.

Singkatnya, setelah pensiun, atlet yang sudah mengikuti Pra PON sejak tahun 1983-1984 dan mengikuti PON di tahun 1985 itu memiliki kehidupan yang terbilang sangat miris.

Dimana, atlet yang sudah masuk dalam pelatnas Taekwodo sejak tahun 1985 itu hidup lontang-lantung dalam kekurangan. Bahkan, peraih medali SEA Games 1987 di Jakarta, Indonesia itu harus bekerja serabutan demi menghidupi keluarganya.

Sebagai pendatang dari Papua, pria kelahiran 8 Mei 1967 itu menempati rumah kontrakan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, bersama keluarga. Padahal, dia sangat berharap memperoleh bantuan pemerintah sehingga bisa mengubah nasib.

Namun pemerintah belum membuka mata. Rozak tetap banting tulang bekerja seadanya. Bahkan dia rela menjadi debt collector atau juru tagih utang di Ibu Kota.

Tak ayal kisah miris yang dialaminya itu membuat dirinya membenci pemerintah. Bahkan ia enggan mengingat kejadian saat dirinya meraih medali emas pada ajang-ajang internasional yang pernah dilaluinya.

Ya, dalam sebuah wawancara khusus dengan N3 Channel yang diunggah ke laman Youtube, kisah yang dialaminya tersebut tidak sebanding dengan jerih payah latihan yang ia jalani sebelum mengikuti kejuaran-kejuaraan internasional tersebut.

Ia bercerita pada saat itu ketertarikan kepada dunia Taekwondo begitu menggebu-gebu di dalam dirinya. Bahkan, ia selalu berlatih bersunguh-sunguh saat dirinya dipanggil untuk mengikuti pelatnas pertama kali pada tahun 1985.

"Taekwondo adalah jati diri saya. Saya selalu bersungguh-sungguh berlatih saat saya latihan di unit (pelatnas) ataupun klub," tutur Rozak dalam sebuah wawancara khusus dengan N3 Channel yang diunggah ke laman Youtube.

"Bahkan saat saya libur saya juga selalu laltihan, dengan ber-jogging bersama teman saya Budi Setiawan di kawasan Jakarta Barat, dari Grogol sampai ke Kalideres," sambungnya.

Ia mengatakan saat melakukan jogging, dirinya sempat di bilang 'Orang Gila' oleh para tukang becak yang berada di sepanjang jalan Grogol-Kali Deras.

"Dulu kan masih banyak tukang becak di daerah sana, saya pernah di bilang orang gila oleh tukang becak karena saya jogging secara zig zag melewati becak-becak yang lagi pada mangkal itu," tuturnya sambil tersenyum.

Ia menyebutkan salah satu pelatih yang membawa dirinya bisa meraih emas di ajang ASEAN Games dan SEA Games itu. Menurutnya, Yakub Lubis-lah yang membuat dirinya bisa menjadi yang terbaik dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut.

"Saya bisa maju sampai tingkat nasional dan internasional karena pelatih saya Yakub Lubis. Sekarang dia masih ada berada di Tangerang," pujinya sambil menundukan kepala.

Tak segan-segan dalam video yang berdurasi 06 menit 34 detik itu, Rozak menyambangi kediaman sang pelatih idamannya tersebut. Setibanya di kediaman Yakub, Rozak langsung memeluk sang pelatih. Setelah itu mereka berbincang di ruang tamu rumah sederhana Yakub.

Yakub juga menceritakan bagaimana awalnya ia bertemu dengan Rozak. Sebelumnya ia heran dengan nama yang dimiliki oelh Rozak.

"Pertama-tama saya tanya nama dia (Rozak, red), kamu siapa? dia bilanng Abdul Rozak, saya kaget karena di Papua ada nama seperti itu, kamu muslim ya?. Setelah itu saya bertanya, kamu breniat latihan, dia bilang sangat berminat," ujar Yakub.

"Dia itu sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Sebagai anak kalau nakal itu, ya wajar-lah. Pada saat itu saya berharap dia itu bisa berguna dan berbuat baik pada masa mendatangnya, terutama untuk Taekwondo," terangnya menutup wawancara tersebut.

Namun, harapan Yakub Lubis itu akhirnya berbuah kenyataan. Ya, Rozak mencoba menciptakan klub-klub serta melakukan beberapa private olahraga beladiri itu di berbgai tempat yang membuatnya bisa menyambung hidup hingga saat ini.

Hal itu lakukan setelah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akhirnya membuka mata. Pemerintah memberi bantuan berupa satu unit rumah di Kabupaten Bogor pada akhir 2006 kepada Rozak. Hadiah itu sebagai wujud kepedulian terhadap atlet yang mengharumkan nama bangsa dan negara di ajang internasional.

Mulai 2007 Rozak pindah ke rumah baru itu dan menekuni taekwondo lagi, serta mendirikan klub kecil-kecilan. Berselangnya waktu klub yang diberi nama Art Club itu berkembang menjadi enam, tiga di Bogor dan tiga di Jakarta.

"Sekarang saya melatih, tiap hari juga ada beberapa tempat private yang saya kunjungi untuk dilatih. Setiap melatih private itu saya diberi imbalan uang Rp200 ribu atau Rp300 ribu. Itu dalam seminggu sekali atau seminggu dua kali," pungkas Rozak.

Tak hanya itu, anak didik Rozak juga dipanggil Pelatda Jawa Barat untuk proyeksi PON 2016. (GIE/N3)

BACA JUGA:

  1. Kisah Haru Mantan Taekwondo Indonesia Berbakat yang Rendah Hati
  2. Suharyadi, Petenis Peraih Emas yang Terlupakan
  3. Atlet Nasional Terpuruk di Penghujung Kariernya
#Abdul Rozak #Olahraga #Asean Games #SEA Games #Nasib Mantan Atlet Nasional #Mantan Atlet Nasional #Mantan Atlet Taekwondo Budi Setiawan #Bela Diri Taekwondo
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Ketum NOC Proaktif Akan Temui IOC Cari Solusi Larangan Gelar Ajang Olahraga Internasional
Langkah proaktif Ketum NOC ini bertujuan untuk membahas dampak dari penolakan visa terhadap atlet Israel yang hendak mengikuti Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta.
Wisnu Cipto - Sabtu, 25 Oktober 2025
Ketum NOC Proaktif Akan Temui IOC Cari Solusi Larangan Gelar Ajang Olahraga Internasional
Olahraga
Sempat Repotkan China, Pelajar Asal Situbondo Bawa Pulang Medali Cabor Sprint Thriathlon di AYG Bahrain 2025
Atlet muda Indonesia, Aira Martha Ardistri, membawa pulang medali perunggu di Asian Youth Games Bahrain 2025.
Soffi Amira - Jumat, 24 Oktober 2025
Sempat Repotkan China, Pelajar Asal Situbondo Bawa Pulang Medali Cabor Sprint Thriathlon di AYG Bahrain 2025
Indonesia
Jakarta Running Festival 2025 Segera Digelar, ini 9 Lokasi Parkir di Sekitar GBK
Jakarta Running Festival 2025 akan digelar 25-26 Oktober 2025. Berikut adalah lokasi parkir di sekitar GBK.
Soffi Amira - Jumat, 24 Oktober 2025
Jakarta Running Festival 2025 Segera Digelar, ini 9 Lokasi Parkir di Sekitar GBK
Indonesia
Desak Pemerintah Tak Gentar Ancaman IOC, DPR: Sikap Bela Palestina Jauh Lebih Bermartabat
Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengancam status Indonesia sebagai tuan rumah event olahraga dunia.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 23 Oktober 2025
Desak Pemerintah Tak Gentar Ancaman IOC, DPR: Sikap Bela Palestina Jauh Lebih Bermartabat
Indonesia
IOC Serukan Larangan Event Olahraga Internasional di Indonesia, DPR Minta Pemerintah Terus Lakukan Diplomasi
IOC diharapkan membuka ruang dialog dengan seluruh anggotanya untuk mencari solusi yang adil bagi semua pihak, termasuk bagi negara-negara yang memiliki prinsip solidaritas terhadap Palestina.
Dwi Astarini - Kamis, 23 Oktober 2025
IOC Serukan Larangan Event Olahraga Internasional di Indonesia, DPR Minta Pemerintah Terus Lakukan Diplomasi
Olahraga
Asian Youth Games Bahrain 2025: Busana Adat Mandailing, Betawi Hingga Batak Karo jadi Sorotan Dunia, Simbol Nyata Keharmonisan Sebelum Bertarung Habis-habisan
Dalam parade kontingen, Chef de Mission (CdM) Tim Indonesia, Akbar Nasution, memimpin barisan dengan mengenakan busana adat Mandailing
Angga Yudha Pratama - Kamis, 23 Oktober 2025
Asian Youth Games Bahrain 2025: Busana Adat Mandailing, Betawi Hingga Batak Karo jadi Sorotan Dunia, Simbol Nyata Keharmonisan Sebelum Bertarung Habis-habisan
Olahraga
Kalah di Babak Kualifikasi, Tim Kurash Indonesia Jadikan AYG Bahrain ‘Cek Ombak’ Menuju SEA Games 2025
Indonesia mengirim dua atlet terbaik di cabang olahraga Kurash untuk berlaga di Asian Youth Games (AYG) Bahrain 2025.
Dwi Astarini - Selasa, 21 Oktober 2025
Kalah di Babak Kualifikasi, Tim Kurash Indonesia Jadikan AYG Bahrain ‘Cek Ombak’ Menuju SEA Games 2025
Olahraga
Segrup dengan Kamboja di Sepak Bola SEA Games 2025, Pelatih Timnas Thailand U-23 Kesampingkan Isu Politik
Pertemuan Thailand U-23 vs Kamboja akan terjadi di penyisihan grup sepak bola putra SEA Games 2025.
Frengky Aruan - Selasa, 21 Oktober 2025
Segrup dengan Kamboja di Sepak Bola SEA Games 2025, Pelatih Timnas Thailand U-23 Kesampingkan Isu Politik
Olahraga
Terhenti di Babak Kualifikasi Kejuaraan Dunia Senam, Tim Indonesia Ambil Pelajaran Penting Menuju SEA Games 2025
Para atlet bisa tampil dengan pressure tinggi.
Dwi Astarini - Selasa, 21 Oktober 2025
Terhenti di Babak Kualifikasi Kejuaraan Dunia Senam, Tim Indonesia Ambil Pelajaran Penting Menuju SEA Games 2025
Indonesia
CFD Jakarta 26 Oktober Ditiadakan karena Ada Jakarta Running Festival 2025
Kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) di Jalan Sudirman-MH. Thamrin ditiadakan pada Minggu 26 Oktober 2025
Wisnu Cipto - Sabtu, 18 Oktober 2025
CFD Jakarta 26 Oktober Ditiadakan karena Ada Jakarta Running Festival 2025
Bagikan