Mengupas Kisah Miris Mantan Atlet Taekwondo dari Papua


Mantan atlet Taekwondo berprestasi asal Papua, Abdul Rozak (baju kuning) saat berfoto bersama dengan anak didiknya. (foto: Youtube)
MerahPutih Olahraga - Seperti kata pepatah, 'Habis Manis Sepah Dibuang', hal itu-lah yang dialami oleh sejumlah mantan-mantan atlet Indonesia selepas pensiun.
Padahal sebelumnya, atlet-atlet ini pernah mengharumkan nama bangsa di mata dunia saat melakoni kejuaraan-kejuaraan internasional di berbagai negara.
Namun, setelah mereka pensiun pemerintah tidak pernah melihat para pejuang itu 'ada'. Bahkan, kebanyakan para mantan atlet ini hidupnya terantar usai pensiun, sehingga banyak dari mereka melakukan apa saja untuk bisa menyambung hidup.
Hal ini pun dialami oleh Abdul Rozak. Mungkin nama Addul Rozak tidak terkenal seperti mantan-mantan atlet lainnya. Namun, siapa sangka mantan atlet asal Papua ini pernah meraih emas di Asian Games 1986, Seoul, Korea Selatan cabang olahraga (cabor) Taekwondo.
Singkatnya, setelah pensiun, atlet yang sudah mengikuti Pra PON sejak tahun 1983-1984 dan mengikuti PON di tahun 1985 itu memiliki kehidupan yang terbilang sangat miris.
Dimana, atlet yang sudah masuk dalam pelatnas Taekwodo sejak tahun 1985 itu hidup lontang-lantung dalam kekurangan. Bahkan, peraih medali SEA Games 1987 di Jakarta, Indonesia itu harus bekerja serabutan demi menghidupi keluarganya.
Sebagai pendatang dari Papua, pria kelahiran 8 Mei 1967 itu menempati rumah kontrakan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, bersama keluarga. Padahal, dia sangat berharap memperoleh bantuan pemerintah sehingga bisa mengubah nasib.
Namun pemerintah belum membuka mata. Rozak tetap banting tulang bekerja seadanya. Bahkan dia rela menjadi debt collector atau juru tagih utang di Ibu Kota.
Tak ayal kisah miris yang dialaminya itu membuat dirinya membenci pemerintah. Bahkan ia enggan mengingat kejadian saat dirinya meraih medali emas pada ajang-ajang internasional yang pernah dilaluinya.
Ya, dalam sebuah wawancara khusus dengan N3 Channel yang diunggah ke laman Youtube, kisah yang dialaminya tersebut tidak sebanding dengan jerih payah latihan yang ia jalani sebelum mengikuti kejuaran-kejuaraan internasional tersebut.
Ia bercerita pada saat itu ketertarikan kepada dunia Taekwondo begitu menggebu-gebu di dalam dirinya. Bahkan, ia selalu berlatih bersunguh-sunguh saat dirinya dipanggil untuk mengikuti pelatnas pertama kali pada tahun 1985.
"Taekwondo adalah jati diri saya. Saya selalu bersungguh-sungguh berlatih saat saya latihan di unit (pelatnas) ataupun klub," tutur Rozak dalam sebuah wawancara khusus dengan N3 Channel yang diunggah ke laman Youtube.
"Bahkan saat saya libur saya juga selalu laltihan, dengan ber-jogging bersama teman saya Budi Setiawan di kawasan Jakarta Barat, dari Grogol sampai ke Kalideres," sambungnya.
Ia mengatakan saat melakukan jogging, dirinya sempat di bilang 'Orang Gila' oleh para tukang becak yang berada di sepanjang jalan Grogol-Kali Deras.
"Dulu kan masih banyak tukang becak di daerah sana, saya pernah di bilang orang gila oleh tukang becak karena saya jogging secara zig zag melewati becak-becak yang lagi pada mangkal itu," tuturnya sambil tersenyum.
Ia menyebutkan salah satu pelatih yang membawa dirinya bisa meraih emas di ajang ASEAN Games dan SEA Games itu. Menurutnya, Yakub Lubis-lah yang membuat dirinya bisa menjadi yang terbaik dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut.
"Saya bisa maju sampai tingkat nasional dan internasional karena pelatih saya Yakub Lubis. Sekarang dia masih ada berada di Tangerang," pujinya sambil menundukan kepala.
Tak segan-segan dalam video yang berdurasi 06 menit 34 detik itu, Rozak menyambangi kediaman sang pelatih idamannya tersebut. Setibanya di kediaman Yakub, Rozak langsung memeluk sang pelatih. Setelah itu mereka berbincang di ruang tamu rumah sederhana Yakub.
Yakub juga menceritakan bagaimana awalnya ia bertemu dengan Rozak. Sebelumnya ia heran dengan nama yang dimiliki oelh Rozak.
"Pertama-tama saya tanya nama dia (Rozak, red), kamu siapa? dia bilanng Abdul Rozak, saya kaget karena di Papua ada nama seperti itu, kamu muslim ya?. Setelah itu saya bertanya, kamu breniat latihan, dia bilang sangat berminat," ujar Yakub.
"Dia itu sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Sebagai anak kalau nakal itu, ya wajar-lah. Pada saat itu saya berharap dia itu bisa berguna dan berbuat baik pada masa mendatangnya, terutama untuk Taekwondo," terangnya menutup wawancara tersebut.
Namun, harapan Yakub Lubis itu akhirnya berbuah kenyataan. Ya, Rozak mencoba menciptakan klub-klub serta melakukan beberapa private olahraga beladiri itu di berbgai tempat yang membuatnya bisa menyambung hidup hingga saat ini.
Hal itu lakukan setelah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akhirnya membuka mata. Pemerintah memberi bantuan berupa satu unit rumah di Kabupaten Bogor pada akhir 2006 kepada Rozak. Hadiah itu sebagai wujud kepedulian terhadap atlet yang mengharumkan nama bangsa dan negara di ajang internasional.
Mulai 2007 Rozak pindah ke rumah baru itu dan menekuni taekwondo lagi, serta mendirikan klub kecil-kecilan. Berselangnya waktu klub yang diberi nama Art Club itu berkembang menjadi enam, tiga di Bogor dan tiga di Jakarta.
"Sekarang saya melatih, tiap hari juga ada beberapa tempat private yang saya kunjungi untuk dilatih. Setiap melatih private itu saya diberi imbalan uang Rp200 ribu atau Rp300 ribu. Itu dalam seminggu sekali atau seminggu dua kali," pungkas Rozak.
Tak hanya itu, anak didik Rozak juga dipanggil Pelatda Jawa Barat untuk proyeksi PON 2016. (GIE/N3)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Chelsea Hadapi 74 Dakwaan Terkait dengan Pembayaran Agen, Terancam Sanksi Denda hingga Larangan Transfer

Bangga Banget! Indonesia Bawa Pulang 4 Emas di World Cup Beach Woodball Championship 2025

Gerald Vanenburg Ingin Gelar Persiapan Panjang jika Ditunjuk Tangani Timnas SEA Games 2025

Bela Negara Run 2025 Sukses Digelar, Menyatukan Olahraga dan Patriotisme

Makin Naik Kelas, Kejurnas Layangan Aduan 2025 Resmi Digelar!

PSMS Punya Presiden Klub Baru, Fendi Jonathan Pimpin ‘Ayam Kinantan’ kembali ke Level Atas

Juara Umum Asian Cup Woodball Championship, Ketua NOC Indonesia Yakin Bisa Borong Medali Emas di SEA Games Thailand 2025

Badan Boleh Kecil, tetapi Tekad dan Semangat 2 ‘Bocah’ Woodball Indonesia Besar di Kejuaraan Asia

Woodball Disebut Cocok untuk Semua Kalangan, Hanya Butuh Konsentrasi dan Konsistensi

Atlet Hong Kong Puji Acara Pembukaan Asian Cup Woodball Championship 2025, Sebut Venue JSI Resort yang Terbaik
