Atlet Nasional Terpuruk di Penghujung Kariernya


KET FOTO: Marina Segedi, mantan atlet pencak silat jadi supir taksi. (Foto: Ist)
MerahPutih Olahraga - Bagi seorang atlet atau olahragawan, biasanya bisa dipuja-puja banyak orang dan dielu-elukan ketika meraih kemenangan. Hal itu tentu saja membawa kebanggaan tersendiri bagi sang atet. Apalagi jika mampu terjun ke kancah olahraga internasional dan mengharumkan nama bangsa di mata dunia.
Namun, setelah masa kejayaan mereka berlalu yang terjadi bukannya sebuah penghormatan dan penghargaan, melainkan banyak atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia, justru hidup memprihatinkan di masa pensiunnya. Seperti beberapa atlet dalam rangkuman yang dihimpun tim merahputih.com ini.
1. Ellyas Pical, mantan petinju Indonesia jadi Satpam hingga office boy.
Memang, jalan hidup sang atlet tinju ini tidak semulus pukulannya saat memukul lawan-lawannya di dalam ring. Ya, pada tahun 80an nama Ellyas Pical memang mentereng. Hampir sama seperti terkenalnya Chris John seperti saat ini.
Kerennya, dalam waktu singkat Ellyas udah berhasil juara kelas internasional. Pers menyebutnya "The Exocet", nama yang merujuk pada rudal yang digunakan Argentina di Perang Malvinas.
Petinju kelahiran Saparua, Ambon 24 Maret 1960 silam itu merebut gelar juara IBF Kelas Bantam Yunior atau kelas super terbang dari lawannya Chun Ju-do. Lewat kepalan tangan Ellyas Pical, tinju Indonesia mulai diperhitungkan dunia.
Sejak saat itulah karir Elly sapaan Ellyas Pical moncer. Tercatat sejak terjun dalam dunia tinju Elly sudah melakoni 26 pertandingan.
Rekor karir profesionalnya yaitu meraih 20 kemenangan dengan sebelas di antaranya di raihnya lewat kemenangan Knock Out (KO), sekali imbang dan lima kali kekalahan.
Tercatat beberapa pertandingan bergengsi yang dijalaninya seperti melawan petinju asal Australia Wayne Mulholland pada 25 Agustus 1985 silam. Saat ini Elly mampu mempertahankan gelar kelas super terbangnya.
Namun sayang, sejak gantung sarung tinju-nya, Ellya Pical harus merasakan beban hidup yang cukup pahit. Guna menyambung hidup Pical mnekuni beberapa profesi salah satunya sebagai Satpam di sebuah diskotik.
Didiskotik itu pada tahun 2005, nama Elyyas Pical kembali mencuat. Bukan dalam ring tinju, nama Elly justru kembali mencuat lantaran harus berurusan dengan polisi. Pical ditangkap polisi karena dididuga melakukan transaksi narkoba.
Setelah tujuh bulan lamanya di penjara, Pical mendapat nasib beruntung karena ditunjuk sebagai asisten Agum Gumelar saat menjabat Ketua KONI. Namun, setelah berganti kepengurusan KONI, hidup Pical kemabli terombang-ambing. Bahkan, ironisnya dia pernah menjadi office boy di Kementerian Pendidikan dan Olahraga, yang dilakoninya hingga saat ini.
2. Tati Sumirah, mantan atlet legenda bulu tangkis Indonesia.
Tati Sumirah adalah mantan atlet legenda bulutangkis yang terlupakan. Pada tahun 1975 ia telah mengarumkan nama bangsa dengan mengantarkan tim bulutangkis single putri meraih Piala Uber. Bahkan ia juga sering menyabet emas di arena PON.
Namun, setelah gantung raket pada tahun 1981 berpuluh-puluh tahun Tati bekerja sebagai seorang kasir di sebuah apotek. Karena kebaikan Rudi Hartono (pengusaha yang juga juara All England delapan kali), kini Tati Sumirah bekerja di perusahaan oli milik Rudi Hartono.
Tati mengaku sedih jika mengingat mas kejayaannya dulu. Meski demikian ia tida pernah menyesal untuk menjadi atlet. oleh sebab itu ia berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan lagi jasa atlet nasional yang sudah berjuang di kancah olahraga internasional.
3. Surya Lesmana, hidup beralasan kardus dan meninggal karena serangan jantung.
Pada era 60-an, Surya Lesmana adalah pemain sepak bola Indonesia andalan PSSI. Selain bermain di Persija, dia juga pernah main untuk klub Hongkong. Namun, hidup sebagai pesebakbola ternyata gak seglamor yang dibayangkan.
Kalo sekarang kamu pernah denger pemain sepakbola yang gajinya ditunggak dan hidupnya gak punya tanggungan masa tua. Dulu juga terjadi.
Sayangnya, hidupnya yang dipenuhi foya-foya saat muda berakibat buruk padanya saat tua. Surya hidup gak karuan, dia bahkan pernah menumpang di rumah temannya di kawasan Glodok, Jakarta Barat dan hanya tidur beralaskan kardus. Tahun 2012, Surya Lesmana meninggal karena serangan jantung.
4. Marina Segedi, mantan atlet pencak silat jadi supir taksi.
Marina adalah mantan atlet pencak silat yang mendapatkan medali emas pada SEA Games di Filipina 1981. Namun, sekarang ia bekerja sebagai sopir taksi untuk menghidupi keluarganya.
5. Lenni Haeni, mantan atlet dayung jadi tukang cuci baju.
Lenni saat masih berstatus atlet dayung nasional, telah susk mempersembahkan 20 medali untuk Indonesia. Bahkan, pada SEA Games 1997, Lenni sukses mendulang tiha medali emas dan satu perak.
Namun raihan itu tak sebanding seperti nasib yang diterimanya saat ini. Untuk menghidupkan keluarganya, sebagai tukang cuci baju. Ironisnya, pada tahun 2012 Lenni tidak mampu untuk membiayai pengobatan anaknya yang menderita hepidemolosis gulosa (kulis sensitif) di RS Cipto Mangunkusumo.
6. Amin Ikhsan, mantan atlet senam jadi gelandangan.
Ikhsan adalah mantan atlet senam nasional yang telah membawa nama harum Indonesia di kejuaraan senam Asia. Pria yang pernah meraih peringkat ke-7 atlet senam terbaik Asia dalam ajang Suzuki World Cup di Jepang pada tahun 2000.
Kini bertahan hidup sebagai gelandangan lantaran rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun digusur.
Bahkan kondisinya juga lemah lantaran penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
7. Hapsani, mantan atlet lari estafet jual medali SEA Games-nya ke pasar loak.
Hapsani, atlet lari estafet 4x100 meter, udah meraih 2 medali selama keikutsertaannya di Sea Games.
Karena pemerintah gak pernah ngurusin hidupnya. Medali tersebut dijual ke pasar loak di Jatinegara. Hidupnya pas-pasan dan bisa dibilang gak pantes untuk orang yang ngorbanin dirinya untuk bangsa.
8. Suharto, mantan atlet balap sepeda nasional jadi tukang becak.
Suharto adalah atlet balap sepeda yang pernah merebut medali emas pada SEA Games 1979 di Malaysia untuk nomor “Team Time Trial” jarak 100 kilometer, bersama tiga rekannya.
Selain itu Suharto juga sempat mewakili Indonesia di ajang Tour d'Thailand pada 1977 silam. Namun, saat ini ia harus terus mengayuh pedal. Bukan sebagai atlet balap sepeda melainkan menjadi tukang becak.
9. Hasan Lobubun, mantan atlet tinju jadi pemulung.
Mungkin nasib Ellyas Pical masih terbilang beruntung dibandingkan dengan petinju yang pernah meaih juara nasional kelas bantam Junior tahun 1987 ini.
Ya, mantan atlet tinju yang diketahui bernama Hasan Lobubun kini harus menjalani hidup yang sangat tragis, mencari rezeki dengan mengais-ngais di tempat sampah dan tumpukan barang-barang bekas layaknya pemulung.
10. Gurnam Singh, manusia tercepat yang hiduprnya terlunta-lunta.
Gurnam Singh adalah seorang mantan atlet maraton yang terkenal pada zamannya. Ia meninggal dunia pada 7 Desember 2006 dalam usia 75 tahun di Jakarta.
Gurnam cukup tenar pada tahun 1960-an. Pria keturunan Sikh yang besar di Medan, Sumatera Utara, ini adalah pelari peraih medali perak di Asian Games IV di Jakarta tahun 1962.
Karena kehebatannya itu, dia diundang sebagai tamu kehormatan Presiden Soekarno dan diganjar hadiah berupa 20 ekor sapi, dua buah mobil, serta sebuah rumah di Gang Sawo, Medan.
Ironisnya, pada tahun 1972 rumahnya digusur oleh pemerintah daerah karena tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Rumah yang dikasih pemerintah sendiri ternyata adalah rumah illegal.
Setelah itu, ia-pun berpindah-pindah tempat tinggal sampai pernah menumpang di sebuah Kuil di Medan. Semua medalinya telah dijual untuk menyambung hidupnya. Di umur 80 tahun, pria ini sekarang hanya hidup mengandalkan belas kasih.
Bagikan
Berita Terkait
Eks Menpora Dito Bicara tentang Haornas 2025 Usai Kena Reshuffle, Bahas Transformasi Olahraga Indonesia
