"Maradona" Perlihatkan Semangat Membangun Sepak Bola Indonesia


Timnas Indonesia (Foto: Antara/Widodo S Yusuf)
MerahPutih Sepak Bola - Tidak mempersiapkan bekal yang matang ketika menjadi pesepakbola, mantan pemain tim nasional Indonesia dari klub PSMS Medan era 1970-an, Zulkarnaen Lubis yang dijuluki sebagai Maradona, telah melalui banyak ujian kehidupan.
Baik itu yang menyenangkan ataupun kesulitan, diakuinya sudah diraskan. Namun, terus dilalui dengan mengedepankan semangat. Karena itu, ditambahkannya, tidak lupa untuk selalu mengucapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
"Karena sudah cinta mati dengan dunia bola, sekarang di hari tua juga tetap urus bola. Tapi bukan pria, namun putri. Saya masih punya semangat membangun sepak bola Indonesia. Apalagi, banyak talenta-talenta muda bertebaran. Saya ingin sepak bola Indonesia bisa kembali mencapai puncak prestasi, hingga dunia," kata sosok yang pada eranya sering dijuluki sebagai Maradona tersebut kepada merahputih.com.
"Kalau orang bilang, dari bola lalu kembali ke bola. Saya masih mengurusi SSB putri milik sendiri di Bandung yaitu SSB Queen. Sesekali ada tawaran memantau pemain atau undangan bermain ke daerah-daerah, tentu saya ambil. Lumayan hasilnya, sebab di SSB kan tidak ada uangnya, hanya karena kecintaan," sambung pemain yang dua kali membawa klub Krama Yudha Tiga Berlian menjadi juara Kompetisi Galatama (1987 dan 1988).
Di SSB yang didirkan sejak 2002 tersebut, Zulkarnaen menambahkan, membina pemain berusia 12 hingga 17 tahun. Menurutnya, apa yang selama ini dikerjakan tidak bisa diukur dengan materi. Sebab dalam penilaiannya, sangat menyenangkan dan memberikan banyak manfaat.
"Di putri itu ternyata lebih banyak seninya. Sebab belum tentu semua orang bisa pegang. Itu yang buat saya tertantang, sekalipun tidak ada uangnya," tutur suami dari Papat Yunisal, pembina sepak bola putri di PSSI tersebut.
Sementara ini, diakui mantan pemain Timnas SEA Games (1983), PSSI Garuda I (1984), Timnas SEA Games, PSSI Pratama, Timnas Pra Piala Dunia 1985) dan Timnas Asian Games, Seoul (1986) tersebut, masih kesulitan dalam hal lapangan.
Karena itu, lokasi latihan tidak menentu dan lebih banyak dilakukan di lapangan sintetis di daerah Supratman, Bandung.
"Itu, di lapangan yang dibuat pak Ridwan Kamil (Walikota Bandung), di Buah Batu, Bandung. Jaraknya 5 kilometer dari tempat tinggal saya," pungkas mantan pemain Krama Yudha Tiga Berlian, Persegres Gresik, Petrokimia Putra dan PSM Makassar tersebut. (esa)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Komisi III DPR Terima Masukan Pemred Media Massa terkait Larangan Liputan Sidang

Indonesia U-17 Libas India 3-1, Ketum PSSI Erick Thohir Belum Puas

Legislator Ingatkan Pemerintah Kedepankan DBON, Bukan Naturalisasi

Keluarga Korban Sempat Protes saat Sidang Perdana Tragedi Kanjuruhan

Korban Meninggal Tragedi Stadion Kanjuruhan Bertambah lagi

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tolak Autopsi

Jaminan FIFA, Piala Dunia U-20 Tetap di Indonesia

8 Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Dirawat di RS

Menpora tak Ingin Sepak Bola Tanah Air Berhenti Terlalu Lama

Seluruh Stadion Sepak Bola di Indonesia Bakal Diaudit Total
