Gelombang Panas di Pakistan Mereda


ANTARA FOTO/REUTERS
MerahPutih Internasional - Gelombang panas yang menewaskan ribuan warga Pakistan dilaporkan telah mereda.
Seperti dilansir Reuteurs, korban tewas akibat gelombang panas yang mendera sebagian besar wilayah Pakistan dilaporkan telah mencapai 1.000 jiwa. Gelombang panas di kota berpenduduk 20 juta orang itu terjadi bertepatan dengan padamnya listrik dan sulitnya air bersih.
Namun saat ini, pemerintah setempat Pakistan melaporkan bahwa gelombang panas tersebut sudah berangsur mereda. Angin laut yang membawa suhu dingin telah sampai pada wilayahnya.
"Suhu saat ini sudah mencapai 36 derajat celsius," ujar Mohammad Hanif, Direktur National Weather Forecasting Centre.
Sebelumnya suhu di Pakistan, tepatnya provinsi Sindh, telah mencapai 46 derajat celsius. Hal ini mengakibatkan listrik padam karena pemakaian yang melebihi kapasitas. Tak hanya itu ribuan warga tewas akibat head stroke.
BACA JUGA:
Seluruh Negara Bagian Amerika Serikat Legalkan Pernikahan Sesama Jenis
Pelaku Peledakan Pabrik di Prancis Belum Pernah Berbuat Kriminal
Istri Tak Percaya Suaminya Pelaku Peledakan Pabrik di Prancis
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
Perubahan Iklim, Pakistan Dilanda Banjir Mematikan Membuat Lebih dari Dua Juta Orang Dievakuasi

Hampir 1000 Orang Meninggal Akibat Banjir di Pakistan, 1 Juta Penduduk Kehilangan Tempat Tinggal

Bom Bunuh Diri Meledak di Pakistan Barat Daya, Tewaskan 13 Orang, Lukai 30 Lainnya

Cuaca Panas Makin Ekstrem Sampai 50 Derajat Celsius, Produktivitas Pekerja Turun

Pakistan Berbenah setelah Banjir Tewaskan Lebih daripada 300 Orang, Pulihkan Listrik dan Buka Jalan di Daerah Terdampak

Cuaca Panas, Negara-Negara Eropa Tutup PLTN, Harga Listrik Naik Tajam

Spanyol Didera Gelombang Panas 42 Celcius, Pemerintah Tetapkan Status Siaga

Yunani Dilanda Gelombag Panas, Akropolis Ditutup Sementara

Bom Bunuh Diri Hantam Bus Sekolah di Tengah Ketegangan Pakistan-India, Anak-Anak Jadi Korban

Belajar dari Perang India-Pakistan, Indonesia Didesak Tentukan Sikap di Tengah Polarisasi Geopolitik Global
