Edi Djunaedi, Mengabdi Tanpa Digaji


Edi Djunaedi (kanan), penjaga palang pintu rel kereta api, Jalan Pipa Gas Pertamina, Depok, Senin (14/12). (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
MerahPutih Megapolitan - Di tengah peliknya kehidupan kaum urban, tentu tidak ada yang bisa menjamin akan kesejahteraan masyarakatnya. Seperti Edi Djunaedi yang harus mengabdi di perlintasan kereta tanpa digaji.
Ketimpangan yang timbul akibat kurangnya pendidikan dan perekonomian, jelas menjadi faktor utama nasib yang harus terima sekarang ini.
Lelaki ini sudah lebih kurang 15 tahun menggantungkan nasibnya pada sebuah pos penjagaan pintu rel kereta api Jakarta-Bogor, sampai sekarang kehidupannya belum juga tercukupi.
"Saya jaga pintu rel kereta api dari tahun 1993. Ga ada yang gaji. Dicukup-cukupin aja. Pekerjaan ini sukarela," ucapnya kepada merahputih.com dengan suara keras karena bisingnya lalu-lalang suara kendaraan yang melintas di palang pintu kereta api, Jalan Pipa Gas Pertamina, Depok, Senin (14/12).
Panasnya terik matahari disertai debu jalanan yang begitu tebal, jelas merupakan masalah lain yang dihadapi oleh Edi. Namun demikian, kata Edy, keadaan tersebut tetap dinikmatinya. "Ya beginilah, Mas. Cuma, dinikmatin aja," kata Edy sambil menghela napasnya yang panjang.
"Kondisi seperti ini mah, sudah biasa. Meski kita sering sakit. Mau bagaimana lagi, Mas," paparnya yang tidak pernah melepas senyuman.
Sambil menyeruput kopi hangat yang berada di pos, lanjut Edi, hal yang paling sering dirasakannya adalah dengan para pengendara yang lewat begitu saja tanpa basa-basi sedikitpun. "Yang paling ga enak, ketika ada pengendara yang melintas, nyelonong aja. Ga bilang apa-apa," ucapnya dengan nada getir.
Lelaki yang mulai berjaga dari jam setengah sepuluh pagi sampai jam tiga sore menambahkan bahwa sistem penjagaan di sana memiliki waktu yang sudah tersusun. "Main shift-shift-an. Sehari ada tiga orang yang jaga, ditambah satu orang yang membantu," tambahnya.
"Kerja begini, meskipun sukarela, cuma memiliki risiko yang tinggi, Mas. Apalagi kalau ada yang ketabrak kereta api. Bisa ditutup sama PJKA," tutupnya. (Ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
SisBerdaya dan DisBerdaya 2025 Gandeng 5.000 UMKM Perempuan, Beri Dampak Nyata untuk Ekonomi Indonesia

Perjuangan Ibu Pedagang Serabi asal Tebing Tinggi, Menabung Belasan Tahun hingga Berangkat Haji di 2025

Perjuangan Richard Scoyler, Seorang Ahli Patologi yang Selamatkan Nyawa Ribuan Orang, Tapi Justru Kena Kanker Otak yang Tak Bisa Disembuhkan

BTS Jadi Inspirasi Remaja Lawan Depresi
