Dituding Legalkan Nikah Mut'ah, Animo Masuk SMA Muthahhari Merosot

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Sabtu, 08 Agustus 2015
Dituding Legalkan Nikah Mut'ah, Animo Masuk SMA Muthahhari Merosot

Murid dan guru SMA Plus Muthahhari Bandung (Foto Facebook SMA Plus Muthahhari)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Nasional - Sebuah Sekolah Menengah Atas di kawasan Jalan Kampus, Kiaracondong, Bandung belakangan menjadi buah bibir masyarakat. Sekolah yang bernama SMA Plus Muthahhari, dianggap sebagai salah satu sekolah dengan pendidikan syiar syiah.

Selain diajarkan tentang ajaran-ajaran syiah yang menjadi perdebatan di Indonesia, di sekolah itu, konon dilegalkan nikah mut'ah, atau nikah kontrak yang menjadi kontroversi di kalangan umat Islam, bahkan dinilai haram. Benarkah demikian?

Pembicaraan tentang syiah dan hubungannya dengan SMU Plus Muthahhari tak lepas dari sosok salah satu founder-nya, Dr KH Jalaluddin Rakhmat, Msc. Kajian-kajian Kang Jalal, sapaan akrabnya, tentang syiah pun menjadi tulisan panjang media-media dakwah Islam yang memang kontra terhadap keberadaan syiah di Tanah Air.

Belakangan ia berkecimpung di dunia politik dengan menjadi anggota DPR daerah pemilihan Jawa Barat. Kang Jalal maju diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia masuk dalam Komisi VIII DPR yang mengurus persoalan agama, sosial, penanganan bencana, perempuan, dan anak.

Belum lama ini, Merahputih.com menyambangi sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Muthahhari itu. Kebetulan saat itu tengah diadakan acara halal bi halal Ikatan Alumni SMA Plus Muthahhari (Ilmu) yang baru terbentuk bersama para guru dan kepala sekolah, Miftah Rakhmat atau yang akrab disapa Usmif.

"Sekolah saat ini mengalami penurunan jumlah siswa, dari sekitar 150 siswa, menurun drastis selama tiga tahun terakhir menjadi 33 siswa untuk angkatan 2015," ujar Usmif saat memberikan kata sambutannya.

Dalam kata sambutannya itu, putra Jalaluddin Rakhmat tersebut juga mengakui, jika penurunan jumlah siswa di SMU Plus Muthahhari dikarenakan banyaknya isu-isu negatif yang beredar, seiring dengan aktivitas Kang Jalal sebagai founder meski sudah tidak terlalu aktif ikut dalam proses belajar mengajar di SMA Plus Muthahhari.

"Namun, kita akan tetap berjalan karena pendidikan itu sangat penting," ujarnya.

Miftah pun enggan terlalu banyak berkomentar perihal situasi yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya tersebut. Ia menyerahkan kepada ikatan alumni untuk memberikan testimoni, apakah pendidikan di SMA Plus Muthahhari memaksakan atau mendoktrin salah satu mazhab tertentu dan terjadi praktik nikah mut'ah seperti yang tersiar di media.

"Tidak benar (didoktrin ajaran tertentu)," tegas Ali, alumni SMA Plus Muthahhari yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Ilmu (Ikatan Alumni SMA Plus Muthahhari), kepada Merahputih.com menyikapi sinyalemen negatif tersebut.

"Waktu kecil saya hanya tahu Islam yang diajarkan keluarga, tapi di (SMA) Muthahhari, wawasan saya terbuka tentang banyaknya mazhab dan golongan dalam Islam. Tidak hanya itu, kami juga diajarkan untuk saling menghormati tidak hanya dengan sesama muslim, melainkan dengan keyakinan lainnya," tegasnya lagi.

Hal senada diungkapkan Agus Baladurrahman, alumni angkatan 1994 yang hadir dalam acara tersebut.

"Mengenai isu-isu yang mengakibatkan penurunan siswa, kami alumni memang tidak bisa apa-apa. Tapi kami selalu mendorong para alumni dan siswa memperbaiki kualitas individunya. Saya juga berharap pihak sekolah bisa memperbaiki kualitasnya. Kalau sekolahnya bagus, pasti akan tetap dilihat orang," ujarnya.

Agus juga menambahkan, tidak mudah untuk mengubah citra sesuatu yang telah dicap negatif oleh sebagian masyarakat.

"Memang butuh waktu dan tidak secepat itu kembali normal," tuturnya.

Perihal praktik nikah mut'ah yang digembar gemborkan sebuah media di Bandung, pihak alumni pun berharap, masyarakat tidak percaya begitu saja tanpa melihat sendiri kenyataannya.

"Selama sekolah, saya bahkan tidak tahu apakah ada yang nikah mut'ah. Sementara mut'ah sendiri kan masih menjadi kontroversi," ujar Ali.

"Kami Alumni sudah menggunakan hak jawab kepada media bersangkutan dan menyatakan itu tidak benar. Karena kami dari awal hingga angkatan 21 saat ini tidak pernah atau mengalami hal itu (nikah mut'ah)," imbuhnya.

Saat ini, pihak alumni masih mencoba mengumpulkan alumni lainnya yang masih tercecer hingga ke luar negeri, untuk membentuk ikatan yang diharapkan bisa memberikan jawaban terhadap apa yang terjadi di sekolah, selama mereka mengenyam pendidikan di SMA Plus Muthahhari.

"Kami sedang mengumpulkan database alumni yang saat ini sudah tersebar hingga ke Jerman sampai Amerika Serikat. Kita ingin mengumpulkan lagi, supaya bisa sama-sama membendung pemberitaan negatif di media sosial maupun konvensional. Kami juga berusaha membantu meningkatkan kualitas sekolah," ujar Ali lebih lanjut.

SMA Plus Muthahhari berdiri pada tanggal 1 Juli 1992. SMA yang terletak di Jalan Kampus Bandung, Jawa Barat itu telah mengalami tiga kali proses akreditasi. Pendiri sekolah tersebut antara lain Jalaluddin Rakhmat, dosen UIN Bandung Ahmad Tafsir dan pendiri penerbit Mizan Haidar Bagir pada cendikiawan muslim yang merintis karier dan menggeluti ilmu dari Bandung. Nama SMA ini terinspirasi pemikiran dari ulama dan pemikir Iran terkemuka Murtada Muthahhari. 

Baca Juga

Renata Kusmanto antara Mualaf dan Ramadan

Satgas Yonif 400 Raider di Papua Partisipasi MOS SMA Negeri 1 Arso

SMAN 31 Jakarta Gelar MOS

 

#Jalaluddin Rakhmat #Nikah Mut'ah #SMA Plus Muthahhari Bandung
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan