Dinkes Bekasi Akan Verifikasi RS Pengguna Vaksin Palsu di Wilayahnya
Ilustrasi Vaksin Palsu (Foto: Instagram @rikastevany)
MerahPutih Nasional - Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, akan merespon laporan Kementerian Kesehatan perihal empat rumah sakit swasta di wilayahnya yang terindikasi memasarkan vaksin palsu.
"Respon kami adalah melakukan verifikasi terkait kebenaran kabar tersebut dengan mendatangi satu per satu rumah sakit yang dimaksud," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tety Menurung di Bekasi, Kamis (14/7) seperti dikutip Antara News.
Adapun rumah sakit swasta yang dimaksud adalah RS Sayang Bunda Ponduk Ungu Bekasi Utara, RS Permata Kecamatan Mustikajaya, RS Elisabeth Kecamatan Narogong dan RS Hosana Medica Bekasi Kecamatan Rawalumbu.
Rumah sakit itu diindikasikan menyuntikan vaksin palsu jenis anti tetanus serum (ats), anti difteri serum (ads) dan anti bisa ular (abu), serta Purified Protein derivative (PPD).
Keempat vaksin itu dipalsukan karena harganya cukup mahal dan bukanlah vaksin dasar yang selama ini gratis dari pemerintah.
Melihat peluang itu, maka tersangka menjual vaksin itu jauh lebih murah sekira Rp300 ribu sampai Rp400 ribu dari harga normal.
"Seperti vaksin ATS, kalau dijual seharga Rp115 ribu per kemasan, ADS Rp868 ribu per kemasan dan ABU Rp430 ribu per kemasan. Harga itu belum termasuk PPN dan ongkos distribusi," katanya.
Vaksin dasar seperti Polio, BCG, Hepatitis dan sebagainya tidak dipalsukan oleh tersangka, karena vaksin ini gratis dari pemerintah.
Vaksin palsu itu diduga diproduksi oleh dua orang tersangka yang merupakan pasangan suami istri Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina warga Perumahan Kemang Pratama Regency Kota Bekasi.
Dikatakan Tety, upaya verifikasi kebenaran kabar tersebut merupakan pekerjaan berat dan lama yang harus ditempuh pihaknya.
"Kami akan menulusuri sejak kapan dia (manajemen rumah sakit) memesan vaksin itu serta siapa saja konsumennya," katanya.
Selain rumah sakit swasta, kata Tety, pihaknya juga akan memverifikasi sekitar 300 klinik yang beroprasional di wilayah itu.
"Kalau tidak segera kita cek, khawatir data dan bukti perihal tudingan penggunaan vaksin palsu sudah dimusnahkan," katanya.
Tety menambahkan, penggunaan vaksin palsu masuk dalam kategori berbahaya bagi kesehatan.
"Bahaya sekali (vaksin palsu). Kalau daya tahan tubuh anak kuat, mungkin masih bisa aman. Kalau tidak kuat daya tahan tubuhnya bisa berbahaya. Misalnya, ada faktor lingkungan atau dari luar virusnya," katanya.
Bagikan
Berita Terkait
Penemuan Bayi Laki-laki di Gerobak PKL Gegerkan Warga Sragen
Bayi 5 Bulan Ibu Korban KDRT Dibawa Lari Suami, Polisi Anggap Kasus Selesai Kekeluargaan
Ibu di Pesanggrahan Jadi Korban KDRT, Bayi 5 Bulan Dibawa Lari Suami
Bayi Dikubur Hidup-Hidup di Banyuwangi, DPR Serukan Alarm Sosial Pentingnya Edukasi KB
PDPI Beberkan Dosa-Dosa Gaya Hidup Pemicu ISPA dan Cara Menghindarinya Tanpa Ribet
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Dugaan Malapratik Amputasi Tangah Bayi Arumi, Majelis Profesi Periksa 89 Tenaga Medis Bima
Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya
Komisi III DPR Desak Polisi Usut Tuntas Sindikat Perdagangan Bayi Lintas Negara