Devaluasi Yuan Perkuat Anjloknya Rupiah


Devaluasi Yuan perparah anjloknya Rupiah sehingga mencapai Rp14.000 per dolar AS (Foto Antara/Rivan Awal Lingga)
MerahPutih Keuangan - Mata uang rupiah terus menunjukan pelemahan terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. Bahkan pasalnya, kurs rupiah hingga sore tadi menembus Rp.14.038 per Dollar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh faktor eksternal salah satunya devaluasi yang dilakukan oleh Negara Tirai Bambu terhadap mata uangnya.
"Jadi memang kebijakan dari China untuk mendevaluasi Yuan," tutur Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, I Kadek Dian Sutrisna, ketika ditemui merahputih.com, di Jakarta, Senin, (24/8).
Berdasarkan data yang dihimpun merahputih.com, Ekspor China turun 8,3% pada bulan Juli. Pasalnya, ekspor China ke Uni Eropa pada Juli turun 12,3%, ekspor ke AS turun 1,3%, dan Jepang juga mengalami penurunan 13%.
Selain itu, impor Negara Tirai Bambu itu juga menurun tajam dan lebih di perparah lagi dengan permintaan domestik yang tercatat sangat melemah. Padahal, untuk mengimbangi melemahnya permintaan global dalam aktivitas ekspor, permintaan domestik sangat bergantung.
"Untuk menggenjot ekspor mereka (China). China memilih untuk mendevaluasi nilai tukarnya, dan itu berdampak pada nilai tukar mata uang rupiah," sambungnya.
Menurut Kadek, melemahnya nilai tukar rupiah juga disebabkan dari hal-hal lain seperti The Fed yang kembali menunda untuk menaikan suku bunga acuan pada September mendatang.
"Rencana The Fed yang menaikan suku bunganya pada September. Tetapi rencananya September ini akan ditunda juga. Nah ini yang membuat ketidak pastian. Karena memang ketidakpastian ini membuat otomatis semua negara melmahkan nilai nilai tukarnya. Dan itu berdampak pada nilai tukar rupiah," pungkasnya.(rfd)
Baca Juga:
Rupiah Jeblok, Ini Doa Yusril Ihza Mahendra untuk Jokowi
BI Tidak akan Devaluasi Rupiah
Mirip Nomor Telepon Restoran Cepat Saji, Kurs Rupiah Ditutup Rp14.050 per Dollar AS
Bagikan
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat

Apa Itu Payment ID Yang Disorot Karena Ditakuti Memata-Matai Transaksi Keuangan Warga

Solo Raya Alami Lonjakan Transaksi QRIS, Volume Capai 51,91 Juta

Bank Indonesia Bongkar Rahasia Mengapa Ekonomi Jakarta Melaju Kencang di Kuartal III 2025

Pedagang Tolak Transaksi Uang Logam Rp 100 dan Rp 200 Bisa Dipidana, BI Sebut Hukumannya 1 Tahun Bui

KPK Telusuri Dugaan Aliran Dana CSR BI dan OJK ke Partai Politik

Staf Dinas, Guru, Ibu Rumah Tangga Jadi Saksi Kasus Dugaan Korupsi Dana CSR BI

Bank Indonesia Segera Luncurkan Payment ID, Bakal Pantau Transaksi Keuangan Masyarakat
