Dari Segenggam Tanah Wangi Menjadi Tempat Pemakaman Para Raja

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Rabu, 06 April 2016
Dari Segenggam Tanah Wangi Menjadi Tempat Pemakaman Para Raja

Kompleks Pemakaman Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Kompleks Makam Raja di Dusun Pajimatan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, menyisakan kejayaan masa kerajaan Mataram. Di tanah inilah sang pemimpin Mataram dikebumikan.

Sejarah Makam Raja ini dimulai dari keinginan Sultan Agung agar dikebumikan di Tanah Wangi. "Dulunya, Sultan Agung maunya dimakamkan di tanah Arab, karena Sultan mencium wangi tanah Arab. Tapi gurunya, Sunan Kalijaga, tidak mengizinkan. Lalu Sunan Kalijaga melemparkan tanah yang dibawa dari Arab. Berdasarkan lemparan tanah wangi Sunan Kalijaga itu, nah jatuh tanahnya di sini," kata abdi dalem Bekel Jogro Nugroho yang juga juru kunci Makam Raja kepada merahputih.com, di kompleks Makam Raja, Pajimatan, Girirejo, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (5/4).

Sebelum menemukan tanah lemparan tersebut, Sultan Agung sempat bertapa di suatu tempat. Dalam pertapaan tersebut, Sultan Agung lantas melihat burung merak. Sultan Agung mendekatinya. Ternyata, burung tersebut menginjak sebongkah tanah yang tercium wangi semerbak.


(Pendopo utama Makam Raja. Foto MerahPutih/Fredy Wansyah)

Selanjutnya, Sultan Agung menjadikan tempat temuan tersebut menjadi lahan yang direncanakan sebagai tempat pemakaman dirinya. "Keinginan Sultan Agung terwujud, dikebumikan di Tanah Wangi, tapi bukan tanah wangi tanah Arab kayak apa yang diinginkan di awal," imbuh abdi dalem ini.

Tahun 1632, Sultan Agung mulai mendirikan tempat peristirahatan terakhirnya, atau bagi orang Jawa dikenal pasarean. Pembangunan diarsiteki oleh Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo. 13 tahun kemudian, Sultan Agung wafat. Jasadnya lantas dikebumikan di tanah yang telah ia siapkan jauh-jauh hari.

Tempat pemakaman tersebut kini juga menjadi tempat pemakanan para raja. Baik raja dari Keraton Yogyakarta maupun Surakarta.

Sultan Agung merupakan raja ketiga Mataram, setelah Penembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak. Di bawah kepemimpinannya, Mataram mampu berjaya di Tanah Jawa. Hampir seluruh tanah Jawa dikuasai Mataram, khususnya di lahan-lahan strategis pertanian. (Fre)


BACA JUGA:

  1. Melihat Pesona Malam Hari Kota Jakarta Di Puncak Monas
  2. Mengunjungi Makam Raja Imogiri di Yogyakarta
  3. Istana Putih Beralih Fungsi Menjadi Gedung Keuangan Negara
  4. Nyimas Gamparan, Perempuan Perkasa Banten yang Terlupakan
  5. Gedung Kementerian Perekonomian Peninggalan Belanda
#Keraton Yogyakarta #Makam Raja-Raja Mataram
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles
Manuskrip dirampas Thomas Stamford Raffles yang juga Letnan Gubernur di Jawa kala peristiwa penyerbuan Keraton oleh pasukan Inggris atau dikenal Geger Sepehi (Geger Sepoy) pada 1812.
Wisnu Cipto - Senin, 25 November 2024
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles
Berita Foto
Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Aksi panggung Yogyakarta Royal Orchestra dalam acara Syukran Rapat Pimpinan DPD RI di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Daerah Istiewa Yogyakarta, Sabtu (23/11/2024).
Didik Setiawan - Minggu, 24 November 2024
Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Tradisi
Pameran 'Sumakala' Ceritakan Masa Temaram Yogyakarta Setelah Peristiwa Geger Sepehi
Pameran menggambarkan masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 19 Oktober 2022
Pameran 'Sumakala' Ceritakan Masa Temaram Yogyakarta Setelah Peristiwa Geger Sepehi
Bagikan