BI: Oktober Deflasi 0,08 Persen Didorong Harga Bahan Pangan


Petani kubis sedang merawat kubis siap panen di Desa Bokor, Malang, Jawa Timur, Selasa (3/11). (Foto Antara/Ari Bowo Sucipto)
MerahPutih Keuangan - Indeks Harga konsumen (IHK) pada Oktober 2015 mengalami deflasi sebesar 0,08% (mtm), berbeda dari historisnya yang mencatat inflasi. Realisasi IHK Oktober 2015 tersebut tidak jauh berbeda dari perkiraan Bank Indonesia (BI).
Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Andiwiana mengatakan hal ini bersumber dari deflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food), yang dipengaruhi terutama oleh koreksi harga aneka daging dan aneka cabai yang masih berlanjut pada bulan Oktober 2015.
Dengan demikian, inflasi IHK sejak Oktober 2014 – Oktober 2015 (year on year) mencapai 6,25% (yoy), sementara inflasi Januari-Oktober 2015 (year to date) tercatat sebesar 2,16% (yoy).
"Deflasi pada kelompok volatile food mencapai 1,22% (mtm) yang merupakan deflasi terbesar pada bulan Oktober selama lima tahun terakhir," ujarnya dalam siaran pers, di Jakarta, Selasa (3/11).
Sementara itu, secara tahunan inflasi volatile food tercatat sebesar 6,95% (yoy). Deflasi bulan Oktober terutama bersumber dari masih berlangsungnya deflasi daging ayam, daging sapi, serta aneka cabai. Selain itu, inflasi inti dan inflasi administered prices bulan ini juga tergolong rendah dibandingkan historisnya.
"Inflasi inti mencapai 0,23% (mtm) atau 5,02% (yoy) seiring dengan menguatnya rupiah, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Inflasi administered prices mencapai 0,03% (mtm) atau 9,83% (yoy), didorong oleh penurunan harga solar dan masih berlangsungnya dampak penurunan harga LPG 12 kg pada September lalu," kata Andiwiana.
Berdasarkan perkembangan inflasi hingga Oktober 2015, BI meyakini bahwa inflasi untuk keseluruhan tahun 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran 4%, dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah. Perkembangan inflasi hingga Oktober 2015 tersebut menunjukkan bahwa stabilitas harga terkendali.
BACA JUGA:
- Sesi Siang, Rupiah Semakin Perkasa
- Menkop dan UKM Tutup 62.000 Koperasi
- BMKG: Jabodetabek Masuki Musim Hujan
- Pengamat Ekonomi: Penurunan Harga Solar Sudah Tepat
- Antisipasi El Nino, Pemerintah Siapkan Rencana Pangan Nasional
Bagikan
Berita Terkait
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah

Utang Luar Negeri Pemerintah Meningkat 6,7 Persen, Begini Peruntukannya

Cadangan Devisa RI Turun Rp 33 T, BI Jamin Masih Aman Buat Bayar Utang Luar Negeri 6 Bulan

Inflasi September Capai 0,21 Persen, Tertinggi di Deli Serdang Sebesar 6,81 persen

BI Pangkas Suku Bunga, Perbankan Diminta Lebih Giat Salurkan Kredit untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Masih Dalam Tren Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Akan Rendah

Suku Bunga Acuan Kembali Dipangkas 25 Basis Poin, Ekonomi Masih Melemah

Enam Bank Himbara Dapat Kucuran Dana Rp 200 Triliun, Menkeu Minta Jangan Dibelikan SRBI atau SBN

Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS
