Tradisi Ekstrem Suku Dani Papua Ketika Bersedih

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Senin, 20 Desember 2021
Tradisi Ekstrem Suku Dani Papua Ketika Bersedih
Gambar ilustrasi: suku pedalaman papua. (Foto: Unsplash/Surya Prakosa)

APA yang kamu lakukan ketika sedih? Mungkin mendengarkan musik mellow sampai meneteskan air mata, menyantap berbagai makanan untuk menghibur diri, menonton film favorit, atau bercerita pada sahabat. Akan tetapi, tidak seperti orang kebanyakan, suku Dani di pedalaman Papua mempunyai tradisi adat yang ekstrem ketika menghadapi kesedihan.

Suku Dani dari Timur Indonesia pertama kali diketahui dari berbagai penelitian yang dilakukan antara tahun 1900-1940. Namun, orang yang pertama kali berinteraksi langsung dengan suku ini ialah Richard Archbold pada 1983. Demikian seperti dilansir dari laman Good News From Indonesia.

Baca juga:

Pentingnya Perlindungan Masyarakat Adat untuk Keanekaragaman Alam

Suku tersebut memiliki banyak tradisi dan ritual khas, tapi Iki Palek jelas yang paling ekstrem. Dalam tradisi tersebut, masyarakat akan melakukan pemotongan jari untuk mengungkapkan kesedihannya. Sebab, bagi masyarakat itu, kehilangan anggota keluarga atau orang dicintai merupakan sebuah hal yang sangat menyedihkan. Begitu menyakitkan sampai-sampai mereka rela memotong salah satu ruas jarinya.

Tradisi Ekstrem Suku Dani Papua Ketika Bersedih
Ketika ditinggal pergi orang terkasih, mereka mengungkapkannya dengan memotong ruas jari. (Foto: archipelagos.id)

Buat Suku Dani, keluarga adalah segala-galanya dan pokok dari kehidupan. Jadi untuk menghormati, mengungkapkan kesetiaan, dan ikut merasakan kesedihan ketika ditinggal pergi, tradisi pemotongan jari ini pun dilakukan. Ketika melihat jari warganya, kamu bisa mengetahui jumlah anggota keluarga yang telah meninggal. Biasanya tradisi ini dilakukan oleh perempuan. Sementara laki-laki menunjukkan kesedihannya dengan memotong kulit telinga.

Ada alasan mengapa jari yang dikorbankan. Mereka menganggap jari sebagai simbol harmoni, persatuan dan kekuatan. Jari yang panjang memiliki kesatuan dan kekuatan untuk meringankan pekerjaan. Jemari akan bekerjasama untuk membuat tangan berfungsi. Sehingga ketika kehilangan salah satunya tentu akan mengurangi kebersamaan dan kekuatannya.

Baca juga:

Membedah Artefak Peninggalan Prasejarah Tatar Sunda

Lebih lanjut, jari juga merupakan lambang hidup bersama satu keluarga, marga, rumah, suku, nenek moyang, sejarah, bangsa, dan asal-usul. Jadi sepertinya mereka merasa jari adalah anggota tubuh yang tepat untuk mengungkapkan rasa kehilangan.

Tradisi Ekstrem Suku Dani Papua Ketika Bersedih
Jari dilambangkan sebagai simbol persatuan dan kekuatan sehingga tepat untuk menggambarkan kehilangan anggota keluarga. (Foto: Pixabay/@takmeomeo)

Prosesinya bisa dibilang cukup mengerikan. Para perempuan akan melilit jarinya dengan benang sampai aliran darah berhenti dan mati rasa. Baru kemudian memotongnya. Entah digigit sampai putus atau menggunakan alat seperti kapak dan pisau. Setelahnya, luka akan dibalut dengan daun dan mengering setelah satu bulan.

Selain itu, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Pertama, mereka harus membaca mantra sebelum melakukan pemotongan jari. Kemudian jika yang meninggal ialah orang tua maka dua ruas jari yang dipotong. Sementara untuk sanak saudara hanya satu saja.

Meskipun sangat mengerikan, inilah bentuk hormat dan cinta akan saudara yang sudah meninggal. Sampai saat ini, prosesi ini sudah jarang dilakukan Suku Dani. Namun, perempuan-perempuan dengan jari tak utuh masih bisa ditemukan di sana. Sebagai lambang dari ksedihan terdalam mereka bagi anggota keluarga tercinta yang sudah tiada. (sam)

Baca juga:

Ragam Seni Gambar Prasejarah Indonesia, Salah Satunya Manusia Jadi-jadian

#Tradisi #Budaya #Budaya Papua #Papua #Suku Dani
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.
Bagikan