BEBERAPA orang mungkin memiliki sejumlah aplikasi yang digunakan untuk menunjang aktivitas. Namun, pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, gawai yang memiliki terlalu banyak aplikasi rentan diretas.
“Semakin banyak aplikasi, kamu semakin banyak menyediakan pintu untuk orang asing masuk,” kata Alfons, seperti dilansir ANTARA, Kamis (27/4).
Para era kemajuan teknologi saat ini, beragam jenis aplikasi makin menjamur dengan tujuan menunjang keseharian penggunanya.
Namun, tanpa pengetahuan dan kewaspadaan, siapa pun yang lengah dapat menjadi korban eksploitasi data. Salah satunya dari aplikasi yang digunakan sehari-hari.
Baca juga:
Microsoft Rilis Aplikasi Family Safety, Bisa Awasi Anak Bermain Gawai

“Setiap aplikasi itu pasti ada setidaknya satu persen atau 0,1 persen celah keamanan. Kalau di handphone ada 10 aplikasi saja berarti kerentanannya 10 kali lipat lebih tinggi,” kata Alfons.
Menurut Alfons, banyak kasus eksploitasi data yang telah terjadi dari aplikasi atau perangkat lunak tanpa disadari oleh penggunanya sehingga celah keamanan tidak bisa dianggap sepele.
Pendiri perusahaan antivirus komputer Vaksicom itu menyarankan para pengguna gawai secara rutin melakukan declutter, yakni merapikan, termasuk menghapus beberapa aplikasi yang jarang bahkan tidak pernah digunakan.
Baca juga:
Rayakan Hari Persahabatan Internasional dengan Cara Unik Lewat Snapchat

"Cara memulainya susun aplikasi ke dalam beberapa kategori, misalnya kategori game, finansial, media sosial, dan lain-lain. Dengan ini kita akan menyadari aplikasi mana saja yang tidak perlu,” kata Alfons.
Selain itu, penting juga memperbarui seluruh aplikasi yang dimiliki. Setiap aplikasi pasti akan memerlukan pembaruan secara berkala untuk menambah beberapa fitur baru hingga membenahi beberapa kesalahan atau bug.
Pembaruan itu juga kerap kali memperkuat sistem keamanan aplikasi dari serangan para peretas.
"Meski sudah diperbarui pun masih ada kemungkinan kerentanan, tidak 100 persen aman, namun, setidaknya mengurangi resiko itu,” tambah Alfons.
Aplikasi yang jarang atau bahkan tidak pernah diperbaharui, jelasnya, sangat berbahaya dan rentan untuk dieksploitasi oleh para peretas. Terlalu banyak aplikasi juga membuat pembaruan secara otomatis terhambat. (and)
Baca juga:
Twitter akan Blokir Tautan yang Mengandung Ujaran Kebencian dan Kekerasan