Tanaman Karnivora, antara Hobi, Bisnis dan Teman Saat Isolasi Mandiri

Muchammad YaniMuchammad Yani - Jumat, 02 Juli 2021
Tanaman Karnivora, antara Hobi, Bisnis dan Teman Saat Isolasi Mandiri
Kantong Semar XTricocarpa. (Foto: MP/Muchammad Yani)

SEKITAR delapan bulan sebelum presiden Joko Widodo mengumumkan pertama kalinya kasus COVID-19 di Indonesia, aku mulai belajar menanam tanaman karnivora. Drosera Intermedia dan Kantong Semar Gracilis dipilih sebagai bahan uji coba. Selain harganya murah, dua tanaman itu cukup mudah dirawat.

Tanaman karnivora memang mudah didapat di marketplace. Aku hanya perlu mengetik keyword 'tanaman karnivora', maka semua jenis akan muncul. Harganya bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan. Semakin mahal tanaman, tentu perawatannya juga semakin sulit.

Seiring berjalannya waktu, rasa penasaran tentang tanaman karnivora semakin tinggi. Akupun 'Ngilmu di Negeri Aing' dengan membeli buku, searching di Google hingga masuk ke dalam grup komunitas di Facebook. Semua aku lakukan untuk mengobati hasrat keingintahuan.

Baca juga:

Gegayaan Rambut Gori di Negeri Aing

Tanaman kesukaan

Nepenthes adalah jenis tanaman karnivora yang paling aku suka. (Foto: MP/Muchammad Yani)
Nepenthes adalah jenis tanaman karnivora yang paling aku suka. (Foto: MP/Muchammad Yani)

Koleksiku pun semakin bertambah. Namun dari semua jenis yang aku punya, Nepenthes adalah yang paling kusukai. Alasannya, jenis ini adalah tanaman karnivora dari daerah tropis, sehingga perawatannya tak terlalu sulit.

Sayangnya, periuk kera nama lain dari kantong semar mulai terancam kehidupannya. Pembakaran hutan, alih fungsi lahan, hingga perburuan liar menjadi penyebab utama terkikisnya tanaman ini dari alam. Bahkan untuk jenis-jenis tertentu sudah diambang kepunahan.

Kantong semar kurang juga populer di kalangan penghobi tanaman hias Indonesia, sehingga nasib hidup mereka semakin terabaikan. Padahal di beberapa negara, entuyut adalah komoditas yang menjanjikan. Dikutip dari majalah Trubus Info Kit Nepenthes Vol. 5 tahun 2006, di pasar lelang Belanda, tanaman ini termasuk salah satu top pot plant. Volume penjualannya bahkan mencapai 100 ribu hingga 500 ribu per tahun.

Sekadar saran, jika ingin merawat kantong semar, belilah tanaman hasil budidaya. Karena selain menjaga kelestariannya di alam, membeli tanaman hasil cabutan juga sangat berisiko mati. Alih-alih mau menambah koleksi tanaman hias, malah kekecewaan yang didapat.

Jika ingin mendapatkan tantangan, coba menanamnya dari biji. Keseriusan hobi menanam tanaman karnivora akan diuji. Karena untuk proses dari semai ke muncul tunas saja memakan waktu minimal 2 pekan. Itupun jika biji fresh, jika biji lebih dari tiga bulan semenjak panen, maka waktu sprout akan lebih lama, atau bahkan gagal.

Dari hobi ke bisnis

Dari hobi menjadi bisnis yang menjanjikan. (Foto: MP/Muchammad Yani)
Aku memiliki toko bernama Toko Umar Dary di Tokopedia. (Foto: MP/Muchammad Yani)

Hobi tanaman karnivora juga bisa jadi bisnis yang menjanjikan, setidaknya itu yang aku rasakan. Kini hobi yang aku jalani sejak tahun 2019 itu sudah bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Harga jual yang cukup stabil juga membuatku semakin semangat menjalani hobi.

Sebagai usaha sampingan, penghasilan penjualan tanaman karnivora aku cukup lumayan. Dalam sebulan, aku bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp1 juta hingga Rp4 juta. Sekitar 90 persen penjualan terjadi di marketplace.

Baca juga:

Alutsista Made In Negeri Aing Diminati Dunia

Pada awalnya, aku memang sedikit takut untuk menjual tanaman yang mulai banyak di halaman rumah. Tanaman rusak atau mati di perjalanan menjadi sebabnya.

Jadi untuk menghindari hal yang ditakutkan itu, aku belajar bagaimana cara mengirim tanaman menggunakan ekspedisi. Aku sengaja membagikan beberapa tanamanku ke teman-teman secara gratis. Sehingga aku tahu apakan cara packing yang aku lakukan sudah benar. Jika kemungkinan terburuk tanaman mati, aku tak mendapat komplain dari pihak pembeli.

Setelah percaya diri, aku mulai menjual tanaman-tanaman di grup-grup Facebook yang kemudian aku arahkan untuk membelinya di tokoku di marketplace Tokopedia. Trik ini pula yang membuat skor toko milikku cepat naik.

Menemani selama isolasi mandiri

Drosera Indica, salah satu tanaman yang aku miliki. (Foto: MP/Muchammad Yani)
Drosera Indica, salah satu tanaman yang aku miliki. (Foto: MP/Muchammad Yani)

Ketika bisnis tanamanku mulai naik, tiba-tiba aku mendapat cobaan. Bulan Oktober 2020 aku, istri dan anakku dinyatakan positif terserang virus COVID-19. Aku pun terpaksa menghentikan penjualan tanaman karnivoraku.

Meski demikian, apa yang dialami aku manfaatkan sebagai peluang. Untuk mengisi waktu selama isolasi mandiri, aku sengaja memperbanyak tanaman. Dengan begitu, ketika dinyatakan sembuh, aku sudah bisa berjualan tanpa harus takut kehabisan stok.

Tanaman karnivora yang aku miliki seperti nepenthes, drosera, utricularia dan venus flytrap menemani hari-hariku. Apalagi semua tanaman itu mengajarkan aku rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di alam bebas, tanaman karnivora hidup di tempat yang miskin unsur hara. Namun, Tuhan memberikan keadilan kepada mereka melalui penciptaan bagian tubuh tanaman untuk mencari nutrisi lain, yakni dengan menangkap serangga.

Hal itulah yang sering dilupakan oleh manusia, termasuk aku. Terkadang kita sering mengeluh dan merasa Tuhan tak adil. Padahal meski kita memiliki kekurangan, Tuhan pasti memberikan kelebihan di sisi lain yang mungkin tak kita syukuri. (Yni)

Baca juga:

NGELMU NEGERI AING

#Juli Ngilmu Di Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu
Bagikan