Kesehatan

Tabir Surya Mineral Vs Kimia: Mana yang Harus Digunakan?

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 27 Juli 2022
Tabir Surya Mineral Vs Kimia: Mana yang Harus Digunakan?

Tabir Surya merupakan salah satu produk yang penting bagi kulit. (Foto: Pexels/Moose Photos)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MEMAKAI tabir surya bisa membuat kulit terlindungi dari sinar paparan sinar matahari saat kamu sedang melakukan aktivitas di luar ruangan. Hingga saat ini, masih banyak juga yang menyepelekan fungsi dari tabir surya dan malas menggunakannya karena merasa tidak ada efeknya.

Namun, banyak juga yang justru sangat menyukai pemakaian tabir surya karena dirasa benar-benar bermanfaat. Baru-baru ini, semakin banyak produk tabir surya yang muncul. Ada tabir surya mineral dan kimia.

Baca Juga:

Memilih Tabir Surya yang Aman bagi Ibu Hamil

Dikutip dari Instyle, tabir surya merupakan salah satu produk perawatan kulit yang paling susah untuk dijelajahi. Tidak hanya mengenai kapan dan bagaimana cara penggunaanya, tapi juga yang menjadi perbincangan di media sosial yaitu mengenai tabir surya mana yang lebih aman untuk digunakan. Tabir surya terbagi menjadi dua, yakni mineral atau tabir kimia. Apa perbedaan keduanya?

1. Tabir surya mineral

Namun ternyata ada dua jenis tabir surya, yaitu mineral dan kimia. (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)

Tabir surya atau sering juga disebut sebagai tabir surya fisik, terdiri dari bahan aktif seng oksida dan titanium dioksida. Bahan-bahan ini berada di atas kulit untuk menyebarkan dan juga membelokkan sinar UV dan secara fisik menghalangi sinar UV agar tidak masuk ke dalam kulit.

Perlu diketahui bahwa partikel mineral nano dapat diserap ke dalam aliran darah. Adapun manfaatnya yaitu meminimalkan gips putih yang terkait dengan filter mineral dalam berat molekul aslinya.

2. Tabir surya kimia

Untuk kulit yang tetap terlindungi, jangan pernah lupa untuk memakai tabir surya. (Foto: Pexels/Tara Winstead)

Tabir surya kimia terdiri dari bahan kimia yang bisa menyerap sinar UV dan menciptakan reaksi kimia yang mengubah sinar UV menjadi panas. Panas tersebut kemudian dilepaskan dari kulit kamu. SPF pada tabir surya ini mengandung satu atau lebih bahan aktif, seperti oxybenzone, avobenzone, octisalate, octocrylene, homosalate, atau octinoxate.

Dalam beberapa tahun terakhir, filter kimia mendapat kecaman karena potensi risiko kesehatan dan juga lingkungan. Namun, menurut American Academy of Dermatology, FDA mengatakan bahwa bahan-bahan ini masih aman untuk digunakan. Secara ilmiah juga membuktikan bahwa tabir surya tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Baca Juga:

Mengungkap 5 Mitos Tabir Surya yang Bikin Gagal Paham

Oleh karena itu, beberapa filter kimia dapat mengiritasi dibandingkan dengan filter mineral atau fisik. Beberapa filter kimia, seperti avobenzone, dikaitkan dengan prevalensi dermatitis kontak alergi dan iritan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tabir surya fisik yang kurang alergi. Jadi alangkah baiknya apabila kamu menemukan kandungan ini dalam produk tabir surya yang kamu pakai, hindari.

Dari kedua tabir surya tersebut, yang menjadi perbedaan utama yaitu filter tabir surya mineral berada di atas kulit dan menghalangi sinar di permukaan, sedangkan tabir surya kimia berfungsi untuk menyerap sinar. Tabir surya mineral memiliki reputasi buruk sebagai lotion kental dan lengket, sedangkan tabir surya kimia cenderung ringan dan tipis, namun seringkali bisa mengiritasi dan menyumbat pori-pori. (yos)

Baca Juga:

Tips Berbisnis Produk Kecantikan dengan Menjadi Reseller

#Kecantikan #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Bagikan