KEHADIRAN Toby Maguire, Andrew Garfield, dan Tom Holland dalam satu frame menjadi pemicu kenangan terhadap para generasi Milenial yang bertumbuh bersama film Spider-Man sejak awal 2000-an.
Penampilan ketiga Spider-Man dari universe yang berbeda ini memperkuat situasi bahwa Spider-Man: No Way Home akan mendapatkan piala Oscar untuk kategori Best Picture. Enggan memikirkan soal penghargaan, sang sutradara Spider-Man: No Way Home, Jon Watts, hanya memiliki rasa syukur dan terimakasih yang mendalam kepada semua orang yang terlibat.
Baca juga:
Mulai mengerjakan storyboard pada Oktober 2019, produksi harus terhenti akibat COVID-19. Akhirnya, Watts dan tim produksi baru melanjutkannya pada Mei 2020, tentunya dihantui ketakutan akan keselamatan jiwa dari semua orang yang terlibat. “Ada pertanyaan ‘apakah akan ada film lagi?. Ada juga perasaan bahwa seluruh pengalaman pembuatan film kali ini sungguh berbahaya,” ungkap Watts kepada Variiety.

Syuting baru dimulai pada Oktober 2020. “Hari pertama syuting (Spider-Man: No Way Home) sangat berbeda dengan hari pertama syuting film manapun yang pernah aku rasakan, karena situasinya. Jadi untuk bisa hadir di set dan bekerja, aku merasa sangat bersyukur. Aku rasa semua orang juga merasa bersyukur dan aku harap itu bisa muncul,” tambahnya.
Rencana yang seharusnya dilakukan di New York dengan banyak orang pun tak bisa lagi dilakukan. Bahkan bidikan dasar ketika Peter Parker berjalan di jalan raya saja harus menjadi bidikan gambar VFX dengan beberapa layer.
Baca juga:
Tidak hanya itu, kehadiran tiga aktor legendaris pemeran karakter Spider-Man ini juga membuat Watts sangat girang. “Kami duduk di kursi lipat dalam lingkaran dan membaca naskah bersama. Aku telah berbicara kepada tiap orang secara terpisah, tetapi untuk melihat semua orang bersama-sama untuk membicarakan cerita film, bagaimana tiap potongan cocok dengan potongan lainnya, dan apa makna Spider-Man bagi mereka, itu sangat menarik untukku,” ungkapnya. “Kita memiliki ketiga aktor yang pernah memerankan Spider-Man di film, dan tiap orang telah melalui begitu banyak, bair di layar maupun di luar layar. Ini terasa seperti sesi terapi Spider-Man.”
Watts juga mengaku memiliki koneksi personal terhadap karakter-karakter Spider-Man ini selama hampir setengah hidupnya. Ia lahir di Colorado dan belajar di New York University. Ia masih berusia 20 tahun ketika film Spider-Man (2002) garapan Sam Raimi dirilis. Rilisnya film ini beriringan dengan luka emosional dari kejadian penyerangan pada 9/11/2001 di keempat titik di Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3000 orang.

“Menyaksikan film ini (Spider-Man (2002)) sangat berarti bagiku. Aku selalu mengaitkan film Spider-Man dengan momen itu (insiden 9/11), sebagai healing, dan pengalaman katarsis,” ungkapnya.
Spider-Man: No Way Home juga merupakan film penyembuhan yang tiba pada waktu yang tepat untuk menghibur penonton di tengah pandemi. Film ini menjadi salah satu tanda bangkitnya perfilman kembali setelah terhenti selama hampir dua tahun. Terpenting, film ini berkaitan dengan kehilangan, pengorbanan, tanggung jawab pribadi, pertemanan, keluarga, dan cinta. Ini membawa pesan bahwa dalam situasi apapun, semuanya akan baik-baik saja. (SHN)
Baca juga: