MerahPutih.com - Pengamat politik Ujang Komaruddin menilai, langkah Andi Taufan Garuda Putra mundur sebagai Staf Khusus Presiden Jokowi adalah tepat. Menurutnya, kontroversi yang dibuat Andi bikin gaduh karena mencatut nama negara untuk kepentingan pribadi.
“Memang Andi Taufan harus mundur. Karena telah membuat kesalahan fatal dan agar tidak membebani Jokowi,” ujar Ujang Komarudin kepada wartawan Jumat (24/4).
Baca Juga
Buntut Kasus Surat ke Camat, Andi Taufan Mundur dari Stafsus Milenial Jokowi
Ujang melanjutkan, walaupun yang bersangkutan sudah mundur dari jabatannya, penegakan hukum terhadap Andi Taufan yang diduga telah melakukan maladministrasi harus tetap jalan.
“Ini kan negara hukum. Hukum harus ditegakkan kepada siapa pun. Yang salah memang harus mundur. Agar Istana tidak diisi oleh orang-orang yang tak mengerti pengelolaan pemerintahan,” tegas Ujang.
Ia melihat, stafsus kalangan milenial dianggap minim kinerja. Mereka justru membuat ulah dengan berbagai kontroversi.
"Semenjak diangkat, tak kelihatan sama sekali (kinerja). Justru yang terlihat kontroversinya. Ini yang berbahaya," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini kepada wartawan.

Dia menuturkan hal itu terlihat dari beberapa polemik yang menjadi sorotan beberapa waktu belakangan. Misalnya, polemik yang menyeret Andi Taufan Garuda Putra dan Belva Devara.
"Lalu, juga ada Billy Mambrasar yang mengambil proyek UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) lalu ditolak. Banyak lagi yang tidak saya sebutkan," ungkap dia.
Ujang menilai kelompok anak muda yang diangkat menjadi stafsus memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Dia menegaskan hal itu tidak diperbolehkan.
"Ini tidak boleh dan sangat vulgar. Dan ini baru terjadi pada pemerintahan saat ini," sebut dia.
Ujang mempermasalahkan langkah Jokowi mengangkat anak muda berprestasi menjadi stafsus. Namun, mereka mestinya menjaga integritas.
"Bagaimana agar ada kontribusinya terhadap bangsa dan negara ini baik dibayar atau tidak dibayar untuk kepentingan masyarakat dan negara. Ini kan tidak, kebalikannya menggunakan perusahaanya mengambil proyek pemerintah," kata dia.
Dia mendesak Jokowi mengevaluasi stafsus milenial. Mereka mesti dipecat bila ditemukan indikasi memanfaatkan jabatan.
"Kalau mau halusnya sebaiknya mundur atau pecat saja," ujar dia.
Baca Juga
Komisi III Sebut Stafsus Andi Taufan Offside, Jokowi Diminta Turun Tangan
Sebelumnya, Belva Devara memutuskan mundur sebagai staf khusus presiden. Dia mundur usai ribut-ribut polemik Ruang Guru yang menjadi mitra pelatihan program Kartu Prakerja. Belva merupakan CEO Ruang Guru.
Andi Taufan Garuda Putra juga sempat bermasalah. Dia menggunakan jabatannya sebagai staf khusus presiden untuk menyurati para camat di wilayah Jawa, Sulawesi, dan Sumatra agar mau berkerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) terkait penanganan virus corona. Andi Taufan diketahui memimpin perusahaan itu. (Knu)