Kuliner

Sejarah MSG, si Micin yang Disalahartikan

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 02 Februari 2024
Sejarah MSG, si Micin yang Disalahartikan

MSG kini mulai dilirik pemilik restoran (Foto: Pexels/Lorena Martínez)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MERAHPUTIH.COM - CALVIN Eng dengan bangga menatokan ‘MSG’ di lengannya. Pemilik restoran Kanton-Amerika di New York, Bonnie’s, itu tak malu-malu mengakuikecintaannya terhadap MSG, si micin yang acap disalahartikan.

“Makanan apa pun lebih enak dengan MSG. Entah masakan Barat ataupun Kanton,” kata Eng kepada CNN. Ia secara terbuka mengakui bahwa ia menggunakan MSG di semua makanan di restorannya. Dahulu, pengakuan Eng seperti sebuah bom yang sudah pasti akan menghalau pengunjung.

BACA JUGA:

Micin Bikin Bodoh, Benarkah?

Namun, Bonnie’s membuktikan sebaliknya. Restoran ini tercatat sebagai salah satu restoran paling hit di New York. Bonnie’s bahkan memenangi berbagai penghargaan restoran terbaik dari berbagai media. Eng, sebagai pemilik, bahkan digelari best new chefs 2022 oleh majalah Food and Wine. Ia bahkan masuk ke daftar Forbes 30 under 30 pada 2023.

Sebenarnya, apa yang membuat MSG begitu dimusuhi? Mispersepsi bahwa si micin berpengaruh buruk pada tubuh.

Kisah MSG berawal pada 1907, ketika ahli kimia Jepang Kikunae Ikeda menemukan glutamate. Ikeda merebus rumput laut kombu yang kemudian menghasilkan glutamate yang memberikan rasa gurih pada sajian tertentu, seperti kuah dashi.

Ia kemudian menemukan istilah rasa ‘umami’. Ikeda memecah glutamate menjadi MSG, yang kemudian diubah jadi dan bisa digunakan seperti garam dan gula.

micin
MSG membuat makanan lezat. (Foto: Businessinsider.com)

Setahun kemudian, pengusaha Saburosuke Suzuki mendapat paten MSG bersama Ikeda. Keduanya kemudian membuat perusahaan Ajinomoto yang memproduksi bumbu penyedap.

Tak butuh waktu lama hingga produk mereka diganjar penghargaan, terutama di kalangan ibu rumah tangga kela menengah di Jepang. Satu dekade kemudian, MSG menjadi amat terkenal di seluruh dunia. Pihak militer AS bahkan menggelar sebuah simposium setelag Perang Dunia II untuk mendiskusikan bagaimana bumbu penyedap bisa meningkatkan rasa pada ransum militer. Pada akhirnya, tujuannya ialah menaikkan moral prajurit.

Namun, pada 1968, kisah MSG berganti. Seorang dokter AS menulis jurnal yang berjudul ’Sindrom Restoran Tiongkok’. Ia memaparkan gejala seperti mati rasa di belakang leher, kelelahan secara umum, hingga jantung berdebar sebagai gejala yang timbul akibat menikmati masakan restoran Tiongkok. Ia mencurigai bahan masak, seperti arak masak, garam berlebih, dan MSG sebagai penyebabnya.

Dengan tulisan itu, sayangnya, MSG yang paling terdampak. Banyak restoran yang kemudian secara publik menyatakan tak lagi menggunakan MSG. Para konsumen restoran yang merasakan ketidaknyamanan setelah makan selalu menyalahkannya pada MSG.

Namun, kini beberapa chef ternama, seperti Eng, secara terbuka menggunakan MSG dalam sajiannya. Seperti Uncle Roger yang secara lantang menyebut MSG ialah rahasia dari kelezatan makanan.(dwi)

BACA JUGA:

Studi: MSG Bisa Bantu Pemenuhan Gizi Lansia

#Kuliner #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Kuliner
Remaja China Kencingi Kuah Hotpot, Diharuskan Ganti Rugi Rp 4,7 Miliar
Pengadilan juga menyatakan orangtua remaja tersebut gagal menjalankan kewajiban pengawasan sehingga merekalah yang harus menanggung ganti rugi.
Dwi Astarini - Selasa, 16 September 2025
Remaja China Kencingi Kuah Hotpot, Diharuskan Ganti Rugi Rp 4,7 Miliar
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Fun
'Demon Slayer: Infinity Castle' Jadi Inspirasi Kolaborasi Menu Minuman Eksklusif
Kolaborasi Chatime dan Demon Slayer menghadirkan tiga menu spesial yang terinspirasi dari karakter ikonik.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 11 September 2025
'Demon Slayer: Infinity Castle' Jadi Inspirasi Kolaborasi Menu Minuman Eksklusif
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Indonesia
Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut
UMKM kini menjerit di District Blok M, Jakarta Selatan. Kenaikan harga sewa menjadi alasan mengapa banyak tenant yang cabut.
Soffi Amira - Rabu, 03 September 2025
Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan