SEGUDANG Wajah Para Penantang Masa Depan, film dokumenter garapan Forum Lenteng, tayang perdana secara terbuka di Indonesia, Senin (31/10) di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta. Pemutaran ini disambut antusiasme tinggi para penggemar film. Seluruh tiket yang disediakan sebanyak 300 tiket ludes dipesan.
Film yang masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2022 untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik ini sebelumnya telah tayang di EXiS Experimental Film and Video Festival di Seoul, Korea Selatan pada Juli 2022 dan Reassemblage Summer Film Screening di Toronto, Kanada pada September 2022.
Digarap oleh dua orang realisator, I Gde Mika dan Yuki Aditya, film ini mengisahkan bagaimana sinema Indonesia masa Orde Baru menggambarkan kehidupan masyarakat di bawah Rezim Orde Baru, salah satu rezim yang kepemimpinannya paling panjang dalam sejarah dunia modern. Rezim ini juga memiliki perhatian khusus pada film (sinema) dan menyadari kekuatan film.
"Ia adalah suatu rezim yang sadar menggunakan sinema sebagai salah satu alat untuk memberitakan kabar terkini pembangunan negara dan melanggengkan kekuasaannya melalui pola-pola narasi dan aturan yang saling terjalin erat di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang gencar secara visual hadir sampai ke ruang-ruang keluarga lewat televisi," ungkap I Gde Mika dalam akun Instagramnya, @igdemika.
Baca juga:
View this post on Instagram
Sebagian besar materi film ini diambil dari materi digital kanal-kanal publik di dunia maya seperti YouTube. Materi digital tersebut berupa potongan adegan dalam film yang dibuat pada masa Orde Baru. Potongan itu lalu disusun sedemikian rupa untuk membentuk gagasan yang diajukan oleh dua realisator tersebut.
Karena itulah film dokumenter ini menggunakan pendekatan film esai, sebuah pendekatan untuk membaca ulang sekaligus memberi tafsiran baru terhadap materi-materi tersebut.
Beberapa potongan dalam film itu menampilkan adegan dari film Kerikil-Kerikil Tajam dan Pengemis dan Tukang Becak yang keduanya dibintangi oleh Christine Hakim, salah satu aktris legendaris Indonesia. Dua film itu mengangkat tentang perjuangan seorang perantau di Jakarta.
Dalam film Kerikil-Kerikil Tajam, Christine berlakon sebagai seorang buruh pabrik di Jakarta yang dikhianati. Sedangkan dalam Pengemis dan Tukang Becak, dia menjadi perempuan malang yang luntang-lantung di Jakarta.
Kedua potongan film tadi diangkat untuk menggambarkan persoalan dan situasi masyarakat Indonesia saat itu. Jakarta digambarkan sebagai tempat pertemuan tak disengaja dari orang-orang yang awalnya tak saling kenal, tak saling tahu, dan tak terencana. Namun kemudian agenda baru yang solider.
Baca juga:
In a Dream, Film Dokumenter Pertama NCT DREAM Tayang November Mendatang
Menanggapi penayangan perdana film dokumenter ini, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan mengapresiasi para pembuatnya. Menurut Ali Murthado, Pelaksana Tugas (Plt) Wakil Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan, film ini bisa jadi sarana pendidikan sejarah tentang kehidupan masyarakat pada masa Orde Baru.
"Selain sebagai media hiburan, film juga merupakan media edukatif, yang dapat mengomunikasikan pesan secara efektif kepada masyarakat yang menontonnya," kata Ali Murthadho, seperti dikutip Antara (1/11)
Ia berharap para pelaku seni khususnya anak muda untuk terus berkarya dan memperkenalkan kembali sejarah yang patut dikenang hingga kini.
Setelah tayang di Jakarta, film ini akan diputar di Singapore International Film Festival ke-33 di Singapura yang berlangsung 24 November-2 Desember 2022. (dru)
Baca juga:
'A Hollywood High', Film Dokumenter tentang Konser Duran Duran di Rooftop LA