DI masa pandemi ini, hidup semua orang seperti berpindah ke dunia digital. Mulai dari sekolah, bekerja, belajar, belanja, hingga bergaul, semuanya dilakukan di ranah digital. Jadi tidak mengherankan jika hal pertama kali kamu raih saat terbangun di pagi hari ialah ponsel pintar. Mengecek surat elektronik hingga melirik media sosial seperti jadi keharusan di rutinitas pagi.
Hal itu jadi bukti nyata betapa dunia digital telah menjadi pusat hidup banyak orang. Bahkan, dalam taraf yang ekstrem, banyak yang terkena adiksi digital.
BACA JUGA:
Adiksi digital merupakan suatu yang nyata. Ketergantungan berlebih pada gawai bisa berakibat buruk bagi kehidupan sosial, mental, hingga kesehatan seseorang. Saat adiksi sudah amat merugikan, inilah saatnya kamu melakukan detoks digital. Apa itu?
Detoks digital adalah sebuah periode waktu sementara untuk sepenuhnya tak terhubung dengan alat-alat digital. Tujuannya, untuk fokus pada interaksi sosial, mengurangi stres, dan hadir sepenuhnya di dunia nyata.

Istilah detoks digital pertama kali diperkenalkan lewat Oxford English Dictionary di 2013, enam tahun setelah peluncuran pertama iPhone. Kehadiran ponsel pintar tersebut memang benar-benar telah mengubah pola hidup manusia.
Tak hanya itu, kehadiran iPhone merevolusi pemakaian ponsel pintar. Namun, hal itu tak selamanya berdampak positif. Perubahan yang terlalu cepat, perpindahan dari dunia nyata ke interaksi maya telah menyeret banyak orang ke dalam keadaan adiksi.
Tak sedikit studi yang menemukan bahwa adiksi terhadap ponsel pintar bisa mengarah ke gangguan kejiwaan, bahkan hingga nomofobia. Ketakutan berlebih saat berjauhan dari ponsel itu membuat seseorang secara konstan selalu mengecek keberadaan ponselnya.
Ada pula mereka yang selalu kehilangan fokus saat bekerja demi mengecek notifikasi meski hanya beberapa detik. Lebih jauh, adiksi digital bahkan memaksa kamu untuk ikut dalam budaya selalu 'on'. Hal itu membuat kamu tak mau ketinggalan dalam segala hal terkini di dunia maya.
FOMO demikian istilahnya. Fear of missing out atau takut ketinggalan tren menjadi penanda bahwa adiksi digital memaksa kamu untuk selalu berusaha mengikuti hal-hal terkini di dunia maya alih-alih interaksi di dunia nyata.

Kelekatan pada gawai juga membuatmu kurang tidur. Cahaya biru dari layar ponsel akan membuat produksi melatonin terhambat. Akibatnya, kualitas tidur pun berkurang. Jika sudah demikian, jangan harap kau bisa punya fokus yang prima dan kemampuan mengolah informasi yang mumpuni.
Seperti dilansir It's Time to Log Off--sebuah platform untuk terlepas dari adiksi digital--detoks digital dengan mengatur waktu penggunaan gawai ataupun membatas penggunaannya akan berdampak besar bagi hidup kamu. Tambahan waktu tidur ialah salah satu impak positif detoks digital. Peningkatan fokus sebagai hasil dari istirahat yang cukup bisa kamu dapatkan dari detoks digital yang kamu jalankan.
Cara terbaik untuk melakukan detoks digital ialah memutuskan sepenuhnya koneksimu ke dunia digital dalam waktu tertentu. Selain itu, kamu perlu menetapkan batas-batasan tertentu untuk penggunaan gawai secara harian.
Platform detoks digital tersebut juga menyarankan kamu untuk menerapkan diet digital dengan perhitungan 5:2. Artinya, kamu bisa menggunakan gawai selama 5 hari dengan efektif, lalu 2 hari tanpa gawai sama sekali.
Berani coba?(dwi)