Prosesi Pernikahan Kaesang-Erina Dimulai, Ada Makna di Setiap Acara

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 09 Desember 2022
Prosesi Pernikahan Kaesang-Erina Dimulai, Ada Makna di Setiap Acara
Kaesang Pengarep dan Erina Gudona akan melangsungkan pernikahan Sabtu (10/12). (foto: Instagram @kaesangp)

BERBALUT kaus hitam dan kain jarik, Kaesang Pengarep tampak mengikuti arahan pemandu acara dalam geladi bersih yang digelar di Pendopo Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Selasa (6/12). Putra bungsu Presiden Jokowi itu tampak berlatih untuk persiapan acara akad nikah dan beberapa prosesi setelahnya. Semuanya digelar dalam adat Jawa.

Acara akad nikah yang rencananya digelar Sabtu (10/12) merupakan bagian dari prosesi pernikahan adat Jawa. Prosesi pernikahan Kaesang-Erina secara resmi dimulai Kamis (8/12). Sebelumnya, Erina telah menjalani pingitan sejak Kamis (1/12). Pingitan ini memiliki tujuan baik, yaitu menjaga kedua mempelai dari marabahaya dengan cara ‘pingit’. Istilah dipingit ini berarti kedua calon pengantin dilarang bertemu hingga hari H pernikahan. Calon pengantin perempuan dilarang beraktivitas keluar rumah.

BACA JUGA:

Calon Istri Kaesang Pangarep Jalani Tradisi Pingitan

Tradisi pingitan muncul dari kepercayaan bahwa calon pengantin memiliki ‘darah manis’ sehingga rentan akan gangguan yang sifatnya tidak terlihat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut, prosesi pingitan dalam pernikahan adat Jawa dilakukan. Selain itu, tradisi pingitan menjaga fisik calon pengantin tetap bugar dan terlihat ‘manglingi’ pada saat sesi pernikahan berlangsung.

Setelah pingitan, setidaknya ada tujuh acara dalam prosesi pernikahan Kaesang-Erina. Setiap prosesi memiliki makna nan mendalam.




1. Semaan Alquran

Ibu Iriana Jokowi dan Kaesang Pangarep mengikuti pengajian di kediaman, Kamis (8/12). (Foto: Dok Muchlis Jr)

Prosesi pernikahan Kaesang-Erina diawali dengan semaan Alquran yang digelar Kamis (8/12). Di kediaman masing-masing, kedua mempelai menyimak dan mendengar lantunan ayat-ayat Alquran.

Para jemaah akan membaca sejumlah surat dalam Alquran sebagai lambang upaya mencari berkah dan memanjatkan doa sebelum melangsungkan prosesi pernikahan.

Ketua Pengajian Turi Sari, Ahmad Suparno, yang hadir di kediaman Kaesang di Solo mengatakan pengajian ini membaca surat Yasin, Ayat Kursi, hingga tahlil. “Tadi (membaca) surah Yasin, lalu surah Al-Ikhlas, An-Nas, lalu ditutup ayat kursi tujuh kali dan tahlil," ujar Suparno.
Harapannya, dengan pengajian tersebut, kedua calon mempelai bisa menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.

2. Pemasangan bleketepe

jokowi
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana membuka bleketepe penanda dimulainya siraman Kaesang Pangarep di kediaman Solo, Jawa Tengah, Jumat (9/12). (foto: Merahputih.com/Ismail)

Pemasangan tarub di pintu gerbang kediaman calon mempelai mengawali serangkaian upacara pernikahan adat Jawa. Hal tersebut merupakan penanda sekaligus berita bahwa sang empunya rumah akan mengadakan hajatan mantu. Selain itu, pemasangan bleketepe dimaksudkan sebagai penolak bala.


Pembawa acara pernikahan adat Jawa, Wigung Wratsangka, saat diwawancarai CNN Indonesia, menjelaskan prosesi tarub sebagai pengingat akan leluhur-leluhur raja Jawa yang dimulai dengan Ki Ageng Tarub yang menikahkan putrinya, Dewi Nawangsih dengan putra Brawijaya V, Bondan Kejawen. “Secara umum, tujuannya ialah agar Allah memberikan pengayoman,” jelasnya.


Tarub merupakan rumah-rumahan yang beratapkan daun kelapa, sedangkan bleketepe ialah anyaman yang juga terbuat dari daun kelapa. “Sejak dulu anyaman daun kelapa digunakan sebagai peneduh. Harapannya, dengan bleketepe, rumah tangga akan teduh, adem,” katanya.


Sementara itu, tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang dipasang di sebelah kanan dan kiri pintu gerbang diartikan sebagai harapan orangtua agar anak yang akan dinikahkan memperoleh keturunan yang baik, cukup sandang, dan pangan. Tuwuhan yang dipasang berisi batang pohon pisang raja yang berbuah, tebu wulung, kelapa muda, daun randu atau batang padi, berbagai jenis daun-daunan, dan janur kuning.

3. Langkahan



Prosesi ini khusus akan dilakukan Erina karena ia mendahului menikah dari dua kakaknya. Langkahan digelar sebagai simbol permohonan izin kepada yang dilangkahi.

BACA JUGA:

Erina Gudono Deg-degan Jelang Menikah dengan Kaesang


4. Siraman

jokowi-kaesang
Presiden Jokowi bersama Ibu Iriana, Kaesang Pangarep, dan Bobby Nasution memberikan keterangan terkait siraman, Jumat (9/12). (Foto: Merahputih.com/Ismail)

Bertempat di kediaman masing-masing, kedua mempelai menjalani prosesi siraman, Jumat (9/12). Siraman bermakna pembersihan diri agar menjadi suci lahir batin. Prosesi yang berasal dari kata siram ini dilaksanakan sehari sebelum pernikahan.

Kedua mempelai akan disirami orangtua dan para pini sepuh yang dianggap berhasil dalam pernikahan. Maksudnya agar pasangan pengantin mendapatkan berkah kebahagian dalam kehidupan pernikahan yang langgeng, seperti halnya orangtua dan pini sepuh.

Juru bicara untuk pernikahan Kaesang-Erina, Gibran Rakabuming Raka, yang juga kakak Kaesang, mengatakan air yang digunakan untuk siraman diambil dari tujuh sumber mata air, yakni Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Masjid Agung Keraton Surakarta, Umbul Pengging, Istana Merdeka, Istana Bogor dan dari kediaman pribadi Presiden Jokowi.

Tujuh mata air melambangkan pertolongan. Dalam bahasa Jawa, tujuh atau pitu memiliki makna pitulungan atau pertolongan. Harapannya, Kaesang mendapat pertolongan agar lancar acaranya.

Biasanya akan ada utusan dari pihak keluarga calon pengantin perempuan yang membawakan air siraman, atau yang disebut banyu perwitasari, untuk dicampur ke dalam air siraman calon pengantin pria. "Air buat siraman Erina di Yogya juga dibawa ke Solo untuk disatukan dengan tujuh air dari Solo buat siraman Kaesang," ujar Gibran.

Prosesi siraman juga diisi dengan kerikan. Prosesi ini dijalani mempelai perempuan. Dalam prosesi ini, rambut halus di sekitar dahi mempelai perempuan dipotong. Maknanya ialah membuang berbagai hal buruk yang pernah menimpa calon pengantin. Dengan begitu, pada saat memasuki gerbang pernikahan, pengantin benar-benar bersih lahir batin.

5. Midodareni


Istilah midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari. Prosesi ini merupakan laku prihatin calon mempelai perempuan dalam menghadapi pernikahannya esok hari. Calon pengantin perempuan akan duduk tenang di kamar ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya perempuan hingga tengah malam.

Tradisi midodareni juga dikaitkan dengan legenda Dewi Nawangwulan, bidadari kahyangan yang berjanji turun ke bumi mengunjungi putrinya di malam sebelum melangsungkan pernikahan. Sang Dewi ingin memberikan restu untuk putrinya, serta menganugrahkan kecantikan hingga calon pengantin perempuan terlihat berbeda dari biasanya.

Pada malam midodareni ini juga kerap dilangsungkan prosesi tantingan. Saat itu, ayah calon pengantin perempuan akan menanyakan kemantapan hati putrinya untuk berumah tangga dengan pria pilihannya.

Saat upacara midodareni yang digelar Jumat (9/12), pihak Kaesang akan berkunjung ke rumah Erina untuk meminta restu. Dalam adat Yogyakarta, pengantin perempuan wajib mengenakan batik wahyu tumurun saat upacara midodareni. Motif tersebut menjadi perlambang untuk harapan, rahmat, dan petunjuk Tuhan. Sementara itu, Kaesang dan keluarga akan mengenakan pakaian adat Surakarta.

6. Akad nikah

Dalam tradisi adat Keraton Yogyakarta, kedua pengantin tidak dipertemukan dalam prosesi ijab kabul. Pengucapan ijab kabul dilakukan mempelai pria tanpa dihadiri pengantin perempuan. Kaesang nantinya mengucapkan ijab kabul menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa.

"Ijab kabul pakai bahasa Indonesia, karena membacakan ijab kabul pakai bahasa Jawa susah," kata Kaesang di Pura Mangkunegaran, Solo, seperti dilansir Merahputih.com, Rabu (7/12).

7. Panggih

Setelah resmi jadi suami-istri lewat ijab kabul, kedua mempelai dipertemukan dalam prosesi panggih. Keduanya kemudian akan disandingkan di pelaminan.

Rangkaian prosesi panggih biasanya didahului dengan tarian edan-edanan oleh penari pria dan perempuan dengan dandanan jenaka. Tradisi ini memiliki makna bahwa pasangan pengantin berparas rupawan dianggap membutuhkan keseimbangan yang diwujudkan oleh penampilan abdi dalem dengan dandanan compang-camping. Tarian ini juga dimaksudkan sebagai penolak ruh jahat yang bisa mengganggu jalannya upacara panggih.

Ada beberapa tahapan yang harus dijalani dalam prosesi panggih, yakni:

• Penyerahan Sanggan

Sanggan merupakan simbol atau sarana menebus pengantin perempuan. Wujudnya berupa dua sisir pisang raja matang pohon, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, kenangan), serta benang lawe yang ditata dalam satu wadah. Pembawa sanggan berdiri di depan rombongan pengantin pria untuk kemudian menyerahkan sanggan kepada ibu pengantin perempuan.

• Balangan Gantal

Gantal merupakan daun sirih yang dipilin kemudian diikat dengan benang lawe. Di dalamnya berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, serta tembakau hitam. Gantal menjadi simbol pertemuan jodoh antarkedua mempelai yang disatukan dengan benang kasih suci. Lantaran itu, upacara balangan gantal juga merupakan lambang saling melempar kasih antarkedua mempelai.

• Wijikan

Kadang disebut juga ranupada atau prosesi membasuh kaki pengantin pria oleh pengantin perempuan. Hal tersebut melambangkan bakti istri kepada suami. Selain itu, wijikan juga berarti menghilangkan halangan dalam menempuh perjalanan menuju keluarga bahagia.

• Pondongan atau Kanten Asto


Pada pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono, mempelai pria memondong (menggendong) mempelai wanita, yang bermakna mempelai pria menghargai mempelai perempuan sebagai putri raja.
Namun, pada pernikahan masyarakat Yogya di luar Kraton, prosesi ini digantikan dengan Kanten Asto, yakni kedua mempelai saling mengaitkan jari kelingking sambil berjalan perlahan menuju pelaminan.

• Tampa Kaya

Tampa kaya atau yang sering juga disebut kacar-kucur merupakan simbol tanggung jawab suami sebagai pencari nafkah yang menyerahkan hasil jerih payahnya kepada istri. Sementara itu, istri bertugas mengaturnya agar tidak tercecer hingga mencukupi semua.
Pada prosesi ini, pengantin pria menuangkan kaya (biji-bijian, uang logam, dan kembang) dari anyaman tikar pandan ke dalam bentangan sapu tangan di atas pangkuan pengantin perempuan. Semuanya kemudian dibungkus agar tak ada yang tercecer.

• Dahar Klimah

Prosesi ini menggambarkan kerukunan suami istri dalam cinta kasih. Pengantin pria akan membuat kepalan nasi kuning kecil sebanyak tiga buah, diletakkan di piring yang dipegang mempelai perempuan. Kepalan nasi tersebut kemudian dimakan mempelai perempuan.

• Ngunjuk Rujak Degan

Kedua mempelai dan orangtua mencicipi rujak degan, yakni berupa minuman serutan kelapa muda yang dicampur gula merah. Prosesi ini berarti segala sesuatu yang manis tidak dinikmati sendiri, tapi dibagikan ke seluruh keluarga.

• Mapag Besan

Karena orangtua mempelai pria tidak diperkenankan hadir pada upacara panggih, seusai prosesi ngunjuk rujak degan, orangtua mempelai perempuan akan menjemput orangtua mempelai pria.

• Sungkeman

Ini menjadi prosesi terakhir dalam upacara panggih. Kedua mempelai akan sembah sujud kepada kedua pasang orangtua sebagai tanda bakti seorang anak kepada orangtua yang telah membesarkan juga permohonan restu agar kelak mereka dapat menjadi keluarga yang bahagia.

Setelah acara akad nikah pada Sabtu (10/12), pasangan Kaesang-Erina akan menggelar tasyakuran dan ngunduh mantu di Pura Mangkunegaran Solo, Minggu (11/12).(dwi)

BACA JUGA:

6.000 Tamu Undangan Bakal Hadiri Ngunduh Mantu Kaesang Pangarep








Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan