MerahPutih.com - Berbagai strategi penanganan banjir di Jakarta terus diupayakan melalui sinergi Pemerintah DKI bersama Pemerintah Pusat.
Salah satu sinergi tersebut yakni kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung (BBWSC) membangun sodetan Sungai Ciliwung sepanjang 1,26 kilometer.
Baca Juga
DKI Anggarkan Rp 469 Miliar untuk Normalisasi Ciliwung pada 2023
"Yang dapat mengalihkan 60 meter kubik per detik air dari Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT) di Jakarta Timur," kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono di Jakarta, Jumat (17/3).
Proyek ini diharapkan dapat mengurangi 200 hektare dari 600 hektare wilayah terdampak banjir, seperti Kampung Melayu dan Manggarai.
Normalisasi Sungai Ciliwung sepanjang 47 kilometer dari total panjang sungai 120 kilometer juga terus dikerjakan sebagai rencana induk sistem pengendali banjir di Jakarta sejak 1973.
Kemudian pembangunan tanggul pantai National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang dilakukan sinergi dengan Kementerian PUPR untuk mencegah banjir rob dan penurunan muka tanah.
"NCID akan dibangun dengan total panjang 37,119 km, di mana panjang trase kewenangan DKI sepanjang 19,169 km, dan sisa yang belum dibangun sepanjang 11,112 km," tuturnya.
Selain itu, juga dilakukan identifikasi titik rawan banjir termasuk kesiapan personil; tindakan preventif melalui peningkatan kapasitas kali/sungai, situ, waduk, embung, dan saluran drainase lingkungan, serta pompa dan polder.
Baca Juga
Sodetan Kali Ciliwung ke BKT Ditargetkan Rampung Pertengahan 2023
Kemudian mengakselerasi lokasi prioritas Sungai Ciliwung, Krukut, termasuk waduk pengendali banjir; mengakselerasi proses eksekusi pembangunan sarana prasarana pengendalian banjir bersama Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
"Meningkatkan peran lurah dalam penanganan sampah di badan air; dan percepatan penyelesaian Proyek 942 yaitu pembangunan 9 polder, 4 waduk, serta 2 sungai/kali besar yang mencapai 79 persen (4 waduk dan 1 sungai telah selesai dibangun)," katanya.
Sementara itu, sarana dan prasarana pengendali banjir turut disiagakan, terdiri dari Pompa Stationer (506 unit di 181 lokasi), Pompa Mobile (566 unit), Alat Berat (236 unit), dan Pintu Air (799 unit di 547 lokasi).
"Alat berat digunakan untuk mengeruk sedimen sampah dan lumpur untuk meningkatkan daya tampung waduk/situ/embung, kali/sungai, saluran dalam program Grebeg Lumpur," paparnya.
Segala upaya tersebut membutuhkan partisipasi dan peran aktif warga untuk menjaga lingkungan sekitar dan menerapkan budaya sadar sampah, dengan mengurangi, menggunakan, dan mendaur ulang sampah, mengolah, serta tidak membuang sampah sembarangan, terutama di saluran air.
"Selain itu, rajin membersihkan saluran air di sekitar rumah, agar tidak terhambat saat musim hujan," tutupnya. (Asp).
Baca Juga