Penyaluran Bansos Ugal-Ugalan Disinyalir Bikin Harga Beras Mahal


Penyaluran beras. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog diklaim total ada 1,4 juta ton. Penyerapan beras yang bersumber dari petani dalam negeri di tahun ini realisasinya telah menyentuh angka 107 ribu ton. Sementara itu untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPP) hingga minggu kedua Februari, total secara keseluruhan terdapat 7,5 ribu ton.
Namun, beras premium terpantau langka di ritel modern beberapa waktu terakhir. Selain itu, dengan stok yang diklaim banyak tersebut, harga beras mengalami melonjak yang signifikan.
Baca Juga:
Bapanas Klaim Stok Beras Aman, Masyarakat Tak Perlu 'Panic Buying'
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menduga, langka dan mahalnya beras di pasaran selama beberapa bulan terakhir ini bisa jadi akibat dari kebijakan bansos yang salah penerapan. Kondisi ini mengkhawatirkan karena dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap bahan pokok.
"Padahal sebentar lagi kita memasuki bulan suci Ramadan dan Idulfitri di mana kebutuhan akan bahan pokok meningkat,” kata Netty kepada wartawan di Jakarta, Minggu (25/2),
Netty tidak sependapat dengan pemerintah yang menyebut langka dan mahalnya beras di pasaran karena perubahan cuaca yang membuat hasil panen turun. Alasan adanya El Nino dan gagal panen bukanlah faktor tunggal yang membuat beras menjadi langka dan mahal.
"Kebijakan bansos yang ugal-ugalan tanpa memikirkan ketersediaan pasokan juga menjadi faktor penyebab beras langka,” katanya.
Dia menilai, bansos jor-joran ini tidak urgen sebagaimana pandemi COVID-19. Anehnya lagi, bansos jelang pemilu kemarin lebih sering dan lebih banyak ketimbang pada masa pandemi.
"Pemerintah harus berani mengakui dan mengevaluasi kebijakan tersebut," katanya.
Netty meminta pemerintah melakukan langkah-langkah penanggulangan dengan aksi nyata daripada sibuk klarifikasi soal bansos dan kelangkaan beras. Tanggung jawab negara untuk menyediakan bahan pangan murah dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Ia mendesak, agar pemerintah segera atasi kelangkaan dan kemahalan beras ini dengan cara-cara efektif, seperti operasi pasar dan kontrol distribusi.
"Pastikan tidak ada kelompok yang bermain di air keruh, misalnya, adanya penimbunan guna mengeruk keuntungan," katanya.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo menegaskan, harga beras dipengaruhi oleh harga gabah, di mana jika harga gabah naik, harga beras pun akan mengikuti.
"Misalnya rata-rata Rp8.000-Rp8.500 memang harga berasnya akan Rp16.000. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah pemerintah akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," terang Arief. (Knu)
Baca Juga:
Pemprov DKI Buka Bulog Siaga Hingga 10 Maret, Tersedia Beras SPHP
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
KJP Plus tak Bisa Dicairkan Tiap Bulan, Pramono Ungkap Alasannya

Tinjau Pasokan Bahan Pokok di Pasar Nyanggelan Bali, Mendag Busan: Stok Cukup, Harga Terkendali

Pemprov DKI Akui Stok Beras Premium di Jakarta Alami Penurunan, Sejumlah Faktor Jadi Penyebab Kelangkaan

Harga Beras Mulai Turun, Pemerintah Diminta Gencarkan Operasi Pasar

Harga Beras di Retail Moderen Bisa Capai Rp 130 Per 5 Kilogram, YLKI Pertanyakan Stok Beras Melimpah

Celios Desak Reset Ekonomi Indonesia, Copot Menkeu Sampai Pemberian Subsidi Tunai ke Rakyat

Berbagai Harga Pangan di Jakarta Berfluktuasi, Beras Premium, Minyak Goreng dan Gula Masih Alami Kenaikan

Setelah 2 Tahun Impor Beras, Pemerintan Stop Beli Dari Luar Negeri

Harga Beras SPHP Diklaim Lebih Murah Dibanding Beras Medium, Hari Ini Harga Beras Capai Rp 13.954 Per Kg Masih di Atas HET

Stok Melimpah Namun Harga Melambung Jadi Pertanda Masalah Serius, Pemerintah Diminta Waspadai Spekulasi dan Kartel Beras
