BADAN POM (Pengawas Obat dan Makanan) kembali konfirmasi perkembangan pengawasan berkaitan temuan obat sirup yang mengandung cemaran Etilen (Etilena) Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Penny Kusumastuti Lukito, Kepala BPOM, dalam kesempatan konferensi pers (23/10) menjelaskan hasil penelusuran data registrasi terbaru seluruh obat yang berbentuk sirup dan drops.
"Yang kami lakukan dari awal, ada sebanyak 133 sirup obat terdaftar di Badan POM tidak menggunakan empat pelarut Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan atau Gliserin/Gliserol sehingga aman sepanjang digunakan sesuai aturan pakai,” jelas Penny.
Cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol diduga BPOM merupakan berasal dari empat bahan tambahan yang digunakan dalam obat sirup tersebut. Empat bahan tambahan itu adalah propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol.
“Keempat bahan tersebut, sebenarnya bukan merupakan bahan yang berbahaya atau pun dilarang penggunaannya dalam pembuatan obat sirup,” ucap Penny. Etilen Glikol dan Dietilen Glikol menjadi senyawa bawaan yang kadarnya tentu saja kecil.
Selain 133 produk, dengan metode lain, BPOM juga menemukan 13 obat yang aman. Kemudian dikembangkan lagi dengan data yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan yaitu 102 produk, ada 23 produk tidak menggunakan empat pelarut tersebut sehingga aman digunakan.
Baca juga:
Reaksi Berbahaya Dietilen Glikol dan Etilen Glikol Pemicu Gagal Ginjal Akut

"Ada 3 produk yang telah dilakukan pengujian dan dinyatakan mengandung cemaran EG dan DG melebihi ambang batas aman namun sebenarnya ketiga produk ini memang sudah kita laporkan ya. Lalu ada juga 7 produk yang telah dilakukan pengujian dan hasilnya dinyatakan aman digunakan sepanjang sesuai aturan pakai,” ujar Penny.
Pertambahan obat sirup yang dilarang tersebut menyisakan pertanyaan bagi para orangtua. Apa yang sebaiknya dilakukan? Menenangkan kekhawatiran orangtua, Prof. apt. Muchtaridi, PhD, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, menegaskan bahwa parasetamol merupakan analgesik paling aman untuk demam.
“Ada analgesik lain, contohnya ibuprofen. Ketika demamnya tinggi dan terindikasi demam berdarah di mana sel darahnya terganggu, minum ibuprofen justru akan memperparah. Yang paling aman justru parasetamol,” papar Prof. Muchtaridi.
Prof. Muchtaridi menyarankan masyarakat yang ingin menghindari dahulu penggunaan parasetamol sirup agar mengonsumsi parasetamol berbentuk tablet. Sementara untuk anak-anak disarankan menggunakan puyer karena dinilai lebih manjur untuk dikonsumsi.
Baca juga:

“Kalau anak-anak susah makan puyer, bisa dicampur dengan air yang bisa diperoleh di apotek. Itu kalau masih takut akan parasetamol sirup,” kata Muchtaridi.
Sementara itu, laman Family Doctor memuat tujuh poin yang wajib diperhatikan dalam memilih obat demam untuk anak sebagai berikut:
1. Pelajari dan teliti dalam membaca serta memahami semua komposisi dari label obat tersebut
2. Pilih jenis obat yang hanya akan mengobati gejala yang dialami anak saja. Misalnya, jika anak hanya pilek, jangan pilih obat yang juga mengobati sakit kepala dan demam.
3.Gunakan sendok pengukur yang tepat.
4. Cermat dalam membaca label obat. Pahami petunjuk dan saran pada kemasan, misalnya obat dikonsumsi sebelum atau sesudah makanan atau adakah aktivitas yang harus dihindari anak setelah minum obat.
5. Pastikan semua orang yang merawat anak seperti guru sekolah, guru di daycare ataupun pengasuhnya paham betul mengenai obat apa yang sedang dikonsumsi anak dan kapan ia harus diberikan dosis selanjutnya.
6. Simpan obat tersebut dalam kemasan aslinya untuk melacak label penting dan tanggal kedaluwarsa.
7. Jauhi semua obat dari jangkauan anak kecil.
8. Simpan obat di tempat yang sejuk dan kering. Ini akan membantu dan mencegah fungsi obat menjadi kurang efektif. (dgs)
Baca juga:
Sebabkan Gagal Ginjal, ini Bahaya Obat Batuk Berkandungan Dietilen Glikol dan Etilen Glikol