Musem MACAN Hadirkan Pameran Bertajuk 'di sini, d.l.l.'
Meluncurkan pameran bertajuk di sini, d.l.l. (Foto: Museummacan)
MUSEUM MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) mengumumkan sebuah pameran baru bertajuk di sini, d.l.l.. Lewat pameran ini, Museum MACAN menampilkan lukisan-lukisan karya para perupa ternama mulai dari Raden Saleh hingga Walter Spies.
Dalam laman resminya, di sini, d.l.l. disebut sebagai sebuah pameran Sepilihan Karya dari Koleksi Museum MACAN. Judul pameran itu merujuk pada sebuah kalimat dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno di pagi hari 17 Agustus 1945. Penggunaan 'd.l.l', yang merupakan kepanjangan dari 'dan lain-lain', merujuk pada arti 'hal serupa lainnya'.
"Referensi 'dan lain-lain' secara puitis mengizinkan kita untuk memposisikan berbagai gagasan lokalitas yang beragam dan terkadang bertentangan ke dalam diskusi yang ada saat ini. Dengan kesadaran bahwa ada banyak pembicaraan penting yang perlu dikemukakan," kata Direktur Museum MACAN Aaron Seeto, seperti dilansir ANTARA, Selasa (30/5).
Baca juga:
Museum MACAN Hadirkan Pameran 'The Theater of Me' Karya Agus Suwage
Lihat postingan ini di Instagram
Pada pameran ini, istilah "d.l.l" menjadi titik awal untuk terlibat dalam beberapa percakapan kompleks yang muncul ketika kita berpikir tentang manifestasi kekuasaan di ranah publik dan hubungannya dengan bentang alam dan kedaerahan Indonesia.
Aaron menambahkan bahwa pameran ini mengingatkan pada isu-isu terkiat identitas, kepemilikian, dan keterikatan pada suatu wilayah merupakan proses yang berkesinambungan.
Ada beberapa lanskap dalam pameran "di sini, d.l.l". Contohnya lukisan Indische Landschap (1853) dan Javanese Mail Station (1879) karya Raden Saleh yang menggambarkan pengalaman kolonial. Kedua lukisan Raden Saleh itu terlihat kontras dengan View across the Sawah to Gunung Agung (1939) karya Walter Spies yang menggambarkan imajinasi Eropa mengenai Bali yang mistis, sensual, dan sinematik.
Baca Juga:
Ada juga karya-karya S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Itju Tarmizi, Sudjana Kerton, dan perupa Indonesia lainnya yang hadir pada masa Kemerdekaan Indonesia dari zaman penjajahan. Karya-karya mereka menandai sejumlah cara yang dilakukan oleh para perupa untuk merepresentasikan rakyat jelata dalam bentuk seni lukis, dan menjadi upaya untuk mendefinisikan identitas nasional yang merefleksikan pengalaman sosial dan budaya setempat
Pameran ini juga menampilkan karya dari Adrien-Jean Le, Ahmad Sadali, Alexander Sebastianus, Arahmaiani, Ashley Bickerton, I Gusti Nyoman Lempad, hingga Trubus Soedarsono. (and)
Baca Juga:
Merspons Pandemi, Museum MACAN Hadirkan 'Present Continuous/Sekarang Seterusnya'
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung
Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025
Buka Art Jakarta 2025, Menbud Fadli Zon Janji Kirim Perupa Indonesia Ikut Pameran Internasional
Dari Paris ke Bali, Pameran ‘Light and Shadow Inside Me’ Eugene Kangawa Siap Jadi Koleksi Permanen di Eugene Museum 2026
JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer
Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur