DATA IQAir pada 2021 menempatkan Kota Jakarta di posisi ke-12 dalam kategori kota-kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Fakta tersebut tak terlalu mengherankan mengingat betapa kemacetan dan industri menyumbang asap nan mengotori udara. Paparan polusi udara jadi tak terhindarkan saat kita beraktivitas di luar ruang.
Namun, jika kamu berpikir solusi tidak terpapar polusi udara ialah berdiam diri di dalam ruangan, kamu salah besar. Faktanya, berdasarkan data dari Nafas, perkantoran memiliki 90 persen kemungkinan kebocoran polusi dari luar ke dalam dan sekolah punya 82 persen kemungkinan kebocoran. Itu menjadi bukti bahwa berdiam di dalam ruangan pun tidak menjamin kamu menghirup udara yang sehat.
BACA JUGA:
Atas fakta-fakta tersebut, Direktur Mighty Minds Preschool Lilie Kuniawan memutuskan memasang air purifier di lingkungan sekolah. “Kami mendapat pesan dari orangtua murid bahwa kualitas udara cukup mengkhawatirkan, apalagi anak-anak menghabiskan waktu di sekolah cukup lama, yakni tiga hingga empat jam. Jadi, beberapa waktu lalu kami menginstalasi air purifier dengan HEPA filter di setiap ruangan. Kami merasa ini cukup bagus karena pada waktu itu tidak banyak sekolah yang pasang air purifier,” kata Lilie dalam acara peluncuran Clear Air Zone di Mighty Minds Preschool, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3).

Namun, seiring berjalannya waktu, Lilie tersadar bahwa tidak ada data untuk mengukur apakah kualitas udara di ruangan yang dipasangi air purifier sudah baik atau belum. Setelah bertemu dengan Co-Founder dan Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski, Lilie mengetahui ternyata memasang air purifier saja tidak cukup.
“Saya merasa, ‘oh kurang cukup ya’. Jadi setelah diskusi dengan Pak Piotr kami memasang air quality monitor di beberapa titik sekolah kami. Dengan adanya air quality monitor ini, kami bisa melihat yang gampangnya saja itu berwarna hijau, merah, oranye, atau kuning. Jadi tersadar meskipun kita sudah ada air purifier di setiap kelas, ‘kenapa warnanya masih belum hijau?’ Itu yang banyak kita tanyakan,” jelasnya.
Mengacu pada Airbook 2022 yang dibuat Nafas, udara dapat dikatakan sehat ketika skor PM2.5-nya berada di bawah 55. Skor 0-12 hijau artinya baik, 13-35 kuning artinya moderat; 36-55 oranye artinya tidak sehat, 56-150 merah artinya tidak sehat, 151-250 ungu artinya sangat tidak sehat, dan di atas 250 cokelat artinya beracun.
PM2.5 adalah partikel udara yang memiliki ukuran sangat kecil yaitu kurang dari 2.5 mikrometer yang saking kecilnya hanya dapat dilihat di bawah mikroskop elektron. Partikel ini merupakan jenis partikel paling berbahaya dan merupakan ancaman bagi kesehatan karena ukurannya yang kecil membuat partikel ini dapat melayang di udara untuk waktu yang cukup lama dan dapat masuk ke alirah darah jika terhirup.
BACA JUGA:
Air purifier yang dipasang Lilie tidak berwarna hijau karena ternyata kerap kali air purifier yang sudah dipasang di tiap ruangan lupa dinyalakan dan pintu serta jendala tak jarang dibuka. Alhasil, udara dari luar masuk dan air purifier tidak dapat menyaring polusinya lantaran dalam keadaan mati.
Namun, sejak menggunakan aplikasi Nafas | Indonesia Air Quality, monitor kualitas udara di ruangan kelas selalu hijau karena air purifier dapat dikontrol lewat aplikasi. Jadi, tak perlu khawatir air purifier akan mati setelah berapa jam penggunaan. Terlebih lagi, Indoor Air Quality PM2.5 Monitor dapat mendeteksi keberadaan manusia di dalam ruangan. Jadi, penggunaan HEPA Smart Air Purifier hemat dan efisien karena lama kelamaan air purifier akan mati sendiri ketika tidak ada orang yang mengisi ruangan. Dengan begitu, listrik tidak akan terbuang sia-sia.
“Kalau lihat monitor berwarna hijau itu senang ya. Setiap datang ke kelas, guru-guru dan orangtua murid jadi tenang karena tahu kita ada monitor dengan data, yang pasti terjamin udara bersih di dalam ruangan. Terlebih, pastinya itu memberikan ketenangan hati dan kenyamanan bagi siswa yang datang ke kelas,” ujarnya.
Namun, mengontrol udara di dalam ruangan saja tidak cukup. Mighty Minds Preschool merupakan sekolah yang selalu meluangkan setidaknya 30 menit setiap harinya untuk aktivitas luar ruangan, hal ini membuat wilayan luar ruangan membutuhkan perhatian yang lebih.

Air purifier dirancang untuk digunakan di dalam ruangan. Maka dari itu, Mighty Minds Preschool hanya memasang air quality monitor saja untuk di luar ruangan dan dibarengi dengan pemberlakuan SOP yang tepat.
“Kita ada outdoor policy. Jadi kita sangat suka untuk main di outdoor, playground, dan olahraga di luar. Nah, itu biasanya kita memberlakukan SOP. Guru akan mengecek terlebih dahulu dari aplikasi Nafas bagaimana kualitas udara saat itu di luar. Jika udaranya merah kita tidak akan beraktivitas di luar dan akan ada opsi aktivitas pengganti di dalam ruangan.”
Saat ini, Mighty Minds Preschool menjadi satu-satunya sekolah di Indonesia yang telah menerapkan pembelajaran dengan Clean Air Zone berbasis data. Penerapan ini mungkin bisa dicontoh oleh sekolah-sekolah lainnya yang ingin menciptakan lingkungan belajar yang sehat.(kmp)
BACA JUGA: